Tulisan karya Mutiah Amini menjelaskan latar belakang munculnya biro konsultasi perkawinan pada masyarakat Jawa awal abad 20. Secara historis, kemunculan biro onsultasi perkawinan ini dipicu oleh sedikitnya permasalahan perkawinan yang terselesaikan dalam kehidupan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh tidak terungkapnya permasalahan perkawinan kepada orang lain. Dalam tradisi keluarga Jawa, permasalahn keluarga dianggap privat, tidak boleh diceritakan kepada orang lain.
Dalam kehidupan keluarga Jawa, awal abad ke-20 dikenal sebagai periode perubahan, yaitu ketika berbagai perubahan masyarakat menyentuh hampir semua aspek kehidupan (politik, ekonomi, hingga budaya) yang berlanjut pada perbaikan berbagai aspek kehidupan. Perbaikan kehidupan perempuan pun kemudian tidak hanya menjadi perhatian perempuan, tetapi juga seluruh masyarakat keseluruhan.
Dalam kehidupan keluarga Jawa, perkawinan merupakan sebuah institusi yang sangat penting karena perkawinan merupakan pertanda terbentuknya keluarga baru yang mandiri dan lepas dari orang tua. Belum adanya peraturan tentang perlindungan perkawinan kemudian menjadi permasalahan penting dalam keluarga Jawa, mengingat ketika organisasi sosial-politik semakin aktif dalam menyuarakan kepentingan perempuan, permasalahan-permasalahan itu kemudian mulai teridentifikasi. Biro konsultasi diciptakan sebagai solusi atas persoalan yang terjadi di perkawinan.
Biro konsultasi perkawinan berdiri pada April 1939 dengan pendirinya adalah Komite perlindungan, dengan tujuan pendirian untuk memberikan pertolongan kepada perempuan Indonesia jika ada kesukaran atau masalah dalam perkawinan. Terdapat perbedaan signifikan anatara biro konsultasi perkawinan di Jakarta dan biro konsultasi perkawinan di surat kabar pesat (Semarang). Di biro konsultasi perkawinan di Jakarta, terdapat permasalahan yang benar-benar berkisar pada perkawinan dan diajukan oleh para istri. Sementara itu,biro konsultasi perkawinan di surat kabar pesat, permasalahan yang muncul lebih bervariasi dan datang dari berbagai usia dan jenis kelamin, dengan solusi yang netral.
Pada akhirnya, melalui biro konsultasi perkawinan dapat dilihat bagaimana menyelesaikan masalah yang terjadi dalam perkawinan dan bagaimana ide tentang perkawinan ideal di dalam keluarga Jawa, yang menitikberatkan pada sebuah perkawinan yang lebih menempatkan perempuan pada tempat yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar