Assalamu’alaikum Pak, apa kabar?
Baru kemarin rasanya Bapak masuk ke kelas, namun ternyata kini Bapak tak akan pernah masuk kembali ke kelas kami. Serasa ada yang berbeda pak.
Pak, salahkah kam jika berkata bapak jahat? Bapak pergi tanpa memberi kesempatan kami mengucapkan terimakasih. Bahkan sebatas kata perpisahan pun tak sempat kami ucapkan. Hanya kabar kepindahan bapak yang kami dengar.
Pak, salahkah kami jika kami marah? Marah karena kami tidak dapat lagi bertemu dengan bapak di dalam kelas. Marah karena kami tidak akan dapat lagi untuk mendengar bapak memberi kami tugas dan mengkritik tugas-tugas kami
Pak, salahkan jika kami merasa kehilangan dirimu meski kita belum lama bertemu? Mungkin kami terlalu cengeng dalam hal ini. Kita bukan keluarga, bukan pula saudara, kita hanya bertemu dalam jangka beberapa jam saja, tidak pula kita sering bercerita dan berbicara. Tapi beberapa jam dengan sederetan mukadimahmu yang membuat kami rindu. Mukadimah berisi nasehat yang terkadang membuat jemu bagi kami yang masih ingin bersuka ria tanpa mau berfikir bagaimana ke depan jalan kan kami lewati. Tapi kini terasa rindu itu. Ketika satu persatu hal-hal yang berisi namamu telah berganti nama baru, sungguh terasa berbeda.
Biasanya kami yang akan berkata, wiii bapak tu, atau kami yang akan berseru ah bapak tu, santai aja, kini harus berganti dengan “siapa penggantinya?” “sudah diganti ya?” dan pada akhirnya hanya kabar “beliau sudah diganti” yang kami dengar. Kami tau, di luar kita masih dapat bersua. Kami masih dapat meminta dan engkau tentu sudi memberi. Tapi tetap akan berbeda karena harapan untuk menjadi salah satu yang kan engkau bimbing langsung di tugas akhir benar-benar berakhir.
Maaf pak, jika kami hanya menjadi makhluk cengeng yang terlalu lebay dengan hal ini. Mungkin karena terlalu larut dalam rasa kehilangan. Maaf jika kami hanya dapat berdo’a, mungkin diluar lebih baik dari disini, tanpa dapat berbuat apa-apa. Maaf jika kami pernah menganggap remeh tugas-tugas yg diberikan. Kami menyadari hal seperti ini sudah umum terjadi, bukan suatu hal paling menyedihkan yang harus ditangisi. Gonta-ganti nama yg mengisi kelas adalah hal biasa. Tapi ada yang berbeda. Kami tidak memiliki banyak nama. Kami hanya memiliki beberapa nama yang kami anggap orang tua. Dan salah satunya nama Bapak. Wajar jika kami kehilangan karena sudah sedikit nama kini semakin sedikit yang ada.
Tapi bahagia kami yakin menyertai Bapak. Potensi bapak punya, tentu akan mudah diterima dimana saja. Jangan lupakan kami Pak meski Bapak tidak dapat mengingat kami satu persatu. Cukup Bapak kenang kami sebagai anak yang sulit diatur dan tidak dapat dinasehati, itu sudah cukup bagi kami. Setidaknya kita tetap saudara meski bukan keluarga dan jarang bersua.
Tertanda dari kami yang sama sekali tidak penting dalam berargument dan sering asal-asalan mengerjakan tugas.
Muridmu

Tidak ada komentar:
Posting Komentar