Senin, 01 Juli 2019

CERITA TODAY

Cerita hari ini (sekitar tahun 2016), lokasi di Lantai 3 gedung G Universitas jambi. Sengaja saya tidak menyebutkan fakultasnya, karena Gedung G digunakan oleh 2 fakultas. Yakni fakultas keguruan dan ilmu pendidikan (FKIP) dan Fakultas Ilmu Budaya (FIB). Hanya dibedakan oleh sisi saja. FKIP di sisi kanan jika menghadap gedung dan FIB di sisi kirinya. Bagian tengah menjadi ruang TU dan dosen FIB, karena untuk birokrasi FKIP sudah ada ruangannya di gedung F. kembali ke cerita, tepatnya di lantai 3 terdapat beberapa mahasiswa yang dengan setia menanti waktu untuk bertemu dengan dosen. Sepertinya para mahasiswa/i ini memiliki kepentingan dan ingin bertemu dengan dosen yang sama, karena posisi duduk yang berkelompok.
Di kanan-kiri pintu masuk ruang dosen terdapat kursi kapasitas 4 orang, kanan 1 dan kiri 1, namun jika dibeberapa kesempatan sering terlihat kursi tersebut diduduki oleh 5-6 orang. Pada hari ini, semua kursi dipenuhi oleh mahasiswa yang sibuk mondar-mandir sembari memegang kertas yang sepertinya bahan yang akan diajukan untuk bertemu dosen. Tidak hanya itu, di bagian tangga juga terdapat beberapa mahasiswa yang duduk lesehan menunggu kepastian. Tepatnya kepastian kapan mereka mendapat giliran. Masih ada juga beberapa mahasiswa yang berdiri di depan pintu ruang dosen seakan menunggu nomor antrian mereka dipanggil. Bahkan ada salah satu mahasiswa yang mengenakan kemeja merah menyandarkan kepalanya di daun pintu ruang dosen, mahasiswa yang mengenakan tas ransel hitam ini sepertinya sedang lelah. Lelah menunggu sebuah kepastian hingga membuat kepalanya tak dapat lagi berdiri tegak.
Mahasiswa yang tak dapat disebutkan namanya ini berinisial Bayu, lengkapnya Bayu Permana (ini mah bukan inisial lagi namanya). Mahasiswa Ilmu Sejarah semester medium (tulisan ini dibuat tahun 2016) yang sedang berjuang dengan tugas proposal. Ternyata ini yang menjadi alasan perkumpulan dadakan mahasiswa di lantai 3. Bimbingan proposal. Jangan berfikir jika proposal yang dimaksud adalah proposal penelitian untuk skripsi, karena tugas proposal ini hanyalah tugas akhir mata kuliah sejarah sosial Indonesia. Selain mahasiswa dengan inisial Bayu tadi, ada salah satu mahasiswa yang tampaknya layak dijadikan focus. Mahasiswa dengan sweater merah yang merupakan gubernur FIB ini sepertinya sedang berbahagia. Setelah mendapat giliran bimbingan, dan kemudian keluar dari ruang dosen dengan wajah sumringah. Saya kira ini bertanda bahwa proposal dia di acc, ternyata masih perlu di revisi lagi. Ealah le le, hasilnya tak sesumringah wajahmu. Tapi ya ra popo, wajah bahagia dapat memberikan energy positif ke yang lain. Siapa tau dengan melihat senyummu dapat menambah semangat untuk para mahasiswa yang lainyang sedang menunggu giliran dan kepastian.
Ternyata di lantai 3 ini, terdapat juga angkatan atas alias kakak senior. Sebut saja namanya Rudi. Lengkapnya Rudi Hartono. Palembang asalnya, tinggi orangnya. Kami biasanya memanggilnya Bang Rudi, karena semesternya yang di atas kami. Merupakan mahasiswa teladan yang paling panjang mukadimah jika sedang presentasi. Ntah apa kepentingan beliau ke lantai 3, yang jelas dia sempat ngobrol sebentar denga para mahasiswa penunggu dosen, kemudian tak lama dia pergi.
Gugur Bg Rudi muncul 1 mahasiswa berkemeja putih. Dengan wajah chubby kulit hitam manis dan proposal di tangan, sepertinya mahasiswa ini sudah sejak tadi berada di lantai 3 namun baru terlihat dari luar ruangan. Sekarang posisi mahasiswa tersebut sedang berjingkok, mungkin dia lelah ingin mengistirahatkan sendi dan otot kakinya, tapi sudah tidak ada kursi kosong yang tersisa. Namun dia tidak sendirian, ada satu mahasiswa yang juga berjongkok di sebelahnya. Mahasiswa ini memakai jaket berwarna navi dan tas selempang berwarna cokelat, badan gagah meski berkulit sedikit gelap. Inisialnya A. Jika diperhatian, wajah-wajah para mahasiswa ini hampir sama. Harap-harap cemas namun juga lelah.
Hampir terlupa, di lantai 3 ini tepatnya di ruang dosen bagian depannya (depan ruang dosen) hadir pula kating (Ketua tingkat) teladan dari angkatan 2015. Teladan ke-8 versi on the Spoot. Tapi ini beneran lo, beneran teladan. Dia sangan peduli terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kelas dan angkatan 2015. Tak usah ditanya bagaimana kinerjanya, yang jelas kami sekelas puas. Bahkan jika perlu, tak perlu ada pergantian kating sampai semua wisuda. Sayangnya, si orangnya (kating, red) yang tak kuat untuk menjadi kating seumur kuliah. Sehingga ketika memasuki semester 5, dia mengundurkan diri dari jabatan kating (posisi kating dijabat ketika memasuki semester 3 dan 4, sekitaran tahun 2016-2017).
Kating is the best (versi Ilmu Sejarah 2015) ini juga tak beda jauh kepentingannya dengan kami-kami yang ada di lantai 3 ini.membawa kertas yang berisi tugas dan menunggu giliran bertemu dosen yang bersangkutan. Ups, hampir lupa lagi, tidak memperkenalkan nama kating ini. Oke, namanya Syah Rudi. Panggilannya Rudi. Orangnya putih, tak terlalu tinggi, motornya vixion, penampilannya rapi, dan sepertinya tipe mahasiswa yang gak neko-neko.
Sudah cukuplah pengamatan kali ini melihat perkembangan dan situasi di lantai 3. Kebetulan saya lupa hari tanggalnya. Yang jelas tulisan ini dibuat tahun 2016 duduk di semester 3 dengan tugas kuliah berupa proposal penelitian mengenai sejarah sosial. Jika diwaktu itu, kami seolah-olah belajar bagaimana rasanya bimbingan maka kali ini kami harus siap-siap dengan siklus bimbingan yang sebenarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

CATATAN AKHIR TAHUN 2020

 31 desember 2020 pukul 18.09 aku memulai tulisan ini. sudah lama aku tak menulis. Kesenanganku satu ini terenggut oleh rutinitas pekerjaan....