A.
Munculnya Jepang
sebagai Negara Imperialis
Jepang telah menjadi Negara kuat dan modern, karena
itu Jepang ingin bertindak juga seperti Negara-negara besar lainnya.
Negara-negara besar lainnya (Inggris, USA, Perancis, Jerman, dan Rusia) pada waktu
itu baru mabuk imperialism. Di Negara tetangga Jepang, Tiongkok, mereka
berebutan jajahan. Jepang sebagai Negara besar segera mengikuti jejak
Negara-negara besar tersebut.
1.
Sebab-sebab
Jepang Menjadi Negara Imperialis
Sebab-sebab
Jepang menjadi negara imperialistis adalah :
a.
Kemajuan Jepang
mengakibatkan berlipatgandanya jumlah penduduk. Penduduk Jepang yang padat
menjadikan Jepang sebagai negara minus. Karena itu Jepang ingin mendapatkan
jajahan sebagai tempat tinggal untuk penduduknya.
b.
Restriksi
(pembatasan) imigrasi bangsa Jepang yang dijalankan oleh negara-negara lainnya
menimbulkan reaksi berupa imperialism di Jepang.
c.
Industri besar-besara
di Jepang membutuhkan sumber bahan mentah (besi, minyak, batu-bara, dan kapas),
dan pasar barang industri juga luas.
d.
Harga diri
sebagai negara besar yang ingin bertindak sebagai Negara-negara besar seperti
Inggris, USA, Perancis, Jerman, dan Rusia
e.
Pelajaran Shinto
tentang Hakko-ichi-u[1]
(dunia sebagai satu keluarga) yang mengatakan bahwa Jepang harus menyusun dunia
ini menjadi satu keluarga yang besar (dengan Jepang sebagai kepala
keluarganya).
2.
Perang-Perang
jepang
Ekspansi Jepang
sebagai Negara imperialis dilakukan dengan cara meluaskan daerah kekuasaannya
untuk memenuhi tuntutan imperialisnya, seperti :
a)
Korea yang subur
dan kaya akan pertambangan. Letak Korea juga dekat dengan Jepang dan merupakan
pintu gerbang ke Mantsyuria.
b)
Mantsyuria yang
luas, subur, dan kaya akan besi yang sangat dibutuhkan Jepang untuk industry
perangnya.
c)
Tiongkok dengan
minyak dan batu-bara yang berlimpah serta dipandang baik sebagai pasar barang
industry Jepang dikarenakan banyak pendudunya.
d)
Seluruh asia
Sasaran pertama
dalam inperialisme Jepang aadalah merebut daerah–daerah di sekitar Jepang untuk
dijadikan sebagai tempat pelemparan hasil industry dan paralehan dan perolehan
sumber daya alam yang di butuhkan untuk industri. atas dasar sasaran tersebut
pecahlah perang Jepang-Tiongkok I (1894 – 1895), perang Jepang dengan Rusia
(1904 -1905), perang Jepang-Tiongkok II (1937 – 1945) dan perang Pasifik (1941
– 1945).[2]
Keinginan Jepang
untuk menduduki Korea yang disebabkan karena Korea merupakan Negara yang subur
dan kaya akan pertambangan tidak dapat berjalan dengan mulus. Korea adalah
Negara yang termasuk kedalam negeri bawahan dari Tiongkok. Dilain sisi Korea
merupakan kerajaan yang pada haakikatnya merdeka penuh. Pada tahun 1894
timbullah perebutan kekuasaan di Korea. Kedutaan Jepang ikut diserang. Kejadian
ini dipergunakan Jepang untuk menyerbu dan menduduki Korea. Tiongkok protes
karena Korea adalah daerah Tiongkok yang akhirnya menimbulkan perang antara
Jepang dan Tiongkok.
Perang antara
Jepang melawan Tiongkok ini berlangsung pada tahun 1894 sampai tahun 1895.
Tentara Tiongkok dengan mudah dapat dikalahkan dengan tentara Jepang. Perang
ini berakhir dengan sebuah perjanjian yang bernama Perjanjian Perdamaian
Shimonoseki (1895) yang isinya :
1)
Jepang mendapat
Port Arthur.
2)
Jepang mendapat
Taiwan (Formosa)
Akan tetapi,
perjanjian ini mendapat protes dari Negara Rusia, Jerman, dan Prancis.
Negara-negara tersebut mengancam Jepang sehingga Jepang dengan terpaksa
menyerahkan Port Artur ke tangan Rusia.
Tindakan-tindakan Negara-negara
besar ini dianggap sebagai penghinaan terhadap Jepang. Jepang ingin membalas
dendam terutama kepada Rusia yang telah mengambil Port Arthur dari tangan
Jepang.
Keinginan balas
dendam Jepang terhadap Rusia menjadi salah satu penyebab terjadinya perang anatar Rusia dengan Jepang
(1904-1905) yang terjadi pada tahun 1905. Selain itu, penyebab lain timbulnya
perang Rusia-Jepang antara lain :
1)
Rusia dalam
usahanya mendapatkan pelabuhan-pelabuhan bebas dari gangguan es (Politik Air
Hangat) telah berhasi menduduki Mantsyuria dan ingin mendapatkan Korea juga
hingga ke daerah Wladiswotok, Liau-Tung (Port Arthur) dengan Korea menjadi
kesatuan daerah pengaaruh Rusia.
2)
Jepang ingin
menjalankan ekspansinya untuk mendapatkan Mantsyuria. Dan Korea merupaka pintu
gerbang ke Mantsyuria dan ke Tiongkok Utara. Jepang tidak dapat membiarkan
Korea begitu saja jatuh ke tangan Rusia.
Perang
Rusia_Jepang berakhir dengan sebuah perdamaian. Amerika bertindak sebagai
pemisah dan perantara dalam Perang Rusia-Jepang ini. Karena itu perdamaian diadakan di kota Portsmouth sebelah utara New
York. Sebagai perantara bertindak Teodore Roosevelt, Presiden USA.
Putusan perdamaian Portsmouth 1905 berisi tentang :
1)
Jepang
mendapatkan Port Arthur dan Sakhalin Selatan
2)
Korea menjadi
mandate (daerah yang dilindungi dan diurus oleh Negara lain) dari Jepang (tahun
1910 Korea daeneksir Jepang).
3)
Jepang akan
mengundurkan diri dari Mantsyuria
Akibat yang
ditimbulkan Karenna adanya perang rusia-Jepang ini adalah :
1)
Jepang timbul
sebagai Negara besar dan Negara Asia yang terkuat.
2)
Kepercayaan
Jepang akan kekuatan diri sendiri bertambah besar sehingga menimbulkan
keinginan ekspansi yang lebih luas.
3)
Pengaruh bangsa
barat di Tiongkok terdesak oleh pengaruh Jepang. Jepang menjadi saingan besar
bagi Negara barat yang sangat disegani hingga bangsa-bangsa Barat menyebutnya
“bahaya Kuning”.
4)
Rusia tenggelam
sebagai Negara besar dan merosot derajatnya.
5)
Rusia tidak
berani menjalankan ekspansi (Politik Air Hangat) di Timur dan menggerakkan
ekspansinya di Balkan.
6)
Kemenangan Jepang
membuka mata bangsa Asia lainnya bahwa bangsa Eropa dapat dikalahkan oleh
bangsa Asia
B.
Jepang dalam
Perang Dunia I (1914-1918)
Pada tahun
1914-1918, Jepang ikut terlibat dalam Perang Dunia I melawan Jerman, hanya
untuk mendapatkan jajahan Jerman di Tiongkok (Kiautsou) dan di Pasifik. Selama
Perang Dunia I, semua perhatian dunia Barat diarahkan ke Eropa, hingga Jepang
bebas menjalankan politiknya di Asia. Pada tahun 1915, Jepang mengajukan 21
tuntutan kepada Tiongkok yang mengandung arti menghina Tiongkok (kedaulatan
Tiongkok dikurangi dan Manstsyuria ditempatkan dibawah pengaruh Jepang).
Setelah Jepang
berhasil meguasai Mantsyuria, maka Jepang sekarang ingin menguasai Tiongkok
Utara. Jepang bermaksud untuk menjelmakan suatu Republik Tiongkok Utara sebagai
Negara boneka Jepang untuk dipergunakan sebagai Negara pemisah (bufferstaat) antara pengaruh Tiongkok
(USA), pengaruh Rusia, dan pengaruh Jepang. Kemudian Tiongkok Utara itu hendal
menjelma menjadi pangkalan Jepang untuk menjerat Tiongkok maupun Rusia.
Maksud Jepang
ini ditentang oleh bangsa Tiongkok dengan boikot, sabotase, gerakan-gerakan
gelap anti Jepang. Dan pada akhirnya Tiongkok bersatu untuk menggempur Jepang
dan pecahlah perang Jepang-Tiongkok.
C.
Munculnya Jepang
seebagai Negara Peserta Perang Dunia II
1.
Jepang Sebelum
Perang Dunia II
Jumlah penduduk
Jepang pada awal masa Showa (Era Kaisar Hirohito yang mulai diangkat menjadi
kaisar pada tahun 1926) berjumlah sekitar 62 juta jiwa. Kondisi perekonomian
dalam negeri Jepang mengalami kegoncangan seiring dengan krisis ekonomi yang
melanda seluruh dunia pada 1933. Kehidupan masyarakat pada waktu ini
benar-benar mengalami penderitaan yang luar biasa, terutama kehidupan para
petani. Tadashi Fukutake menggambarkan bagaimana susahnya kaum petani. Mereka
terbebani kerja keras sepanjang hari di bawah sengatan matahari dan guyuran
hujan, tetapi hasil pertaniannya hanya cukup menunjang hidupnya yang sederhana.
Di hampir seluruh desa Jepang diidentifikasikan dengan kemiskinan dan
keterbelakangan budaya. Kaum petani biasanya disebut Hyakusho, sebuah istilah
yang kini dapat menjadi ejekan, tetapi dahulu tidak demikian halnya. Dengan
urbanisasi dan pembangunan, istilah Hyakusho memuat konotasi kemiskinan dan
status sosial yang rendah. Petani dianggap sebagai anggota masyarakat yang
bemasib malang.
Sebelum Perang
Dunia II, sangat mudah membedakan anak desa dan anak kota hanya dengan melihat
cara berpakaian. Tidak mengherankan apabila Hyakusho berarti sama dengan
kemiskinan (Tadashi, 1989:16). Beberapa tahun sebelum depresi melanda seluruh
dunia, termasuk Jepang, antara 1926 dan 1927, Biro Statistik Kabinet membuat
survei pendapatan . Hasilnya menunjukkan bahwa pada umumnya kemiskinan melanda
hampir seluruh desa di Jepang (Tadashi, 1989:16). Keluarga petani rata-rata
berpendapatan tujuh persepuluh dan pegawai kantor dan sekitar 95% dari
pendapatan buruh pabrik yang tidak diberi upah secara wajar. Pengeluaran para
petani untuk ke- butuhan pangan berbeda jauh dengan penge- luaran yang sama
dari kaum pekerja yang berada di kota-kota. Kaum petani hampir lima puluh
persen Iebih pengeluarannya diper-Hidup sederhana dan kerja keras dipaksakan
lagi oleh kesenjangan dalam gaya hidup yang merupakan akibat dari adanya sistem
stratifikasi sosial. Di desa, tuan tanah dan petani tingkat paling rendah
memiliki gaya hidup masing-masing
Gaya hidup se-
macam ini bertahan terus sejak era Tokugawa Bakufu abad XVII sampai dengan
akhir Perang Dunia II. Dengan perkembangan-perkembangan ekonomi kapitalis dan
perkembangan masyarakat kota, masyarakat desa tampak makin terbelakang. Akan
tetapi, tidak ada usaha sama sekali dari masyarakat desa untuk mengatasi
keterbelakangan mereka. Para petani Jepang percaya bahwa mereka sudah
ditakdirkan tidak dapat maju lebih baik daripada keadaan mereka sekarang. Hidup
petani telah pasti, selalu tidak berubah seperti semula dan selalu ketinggalan
dari masyarakat kota. Untuk menghargai sikap yang mengalah itu serta untuk
memberikan sekadar imbalan bagi perasaan rendah din sesuai dengan gambaran
hidup Hyakusho, petani diberi pembenaran ideologis untuk situasi itu oleh
penguasa di atasnya, yang disebut Nohonshugi (Fukutake, 1989:18).
Ideologi
Nohonshugi yang dapat diterjemahkan sebagai "Fundamentalisme
Agraris", menempatkan pertanian pada pusat kehidupan bangsa. Berbagai
bentuk pemikiran semacam ini telah dikenal sebelumnya dalam abad sebelum
modemisasi dan selalu digembar-gemborkan sampai pada zaman modernisasi.
Perang Dunia II
terjadi antara tahun 1939-1945. Perang ini lebih dahsyat dibandingkan dari
Perang Dunia I, karena hampir seluruh dunia dan diawali dengan munculnya
imperialism di berbagai kawasan.
Meluasnya
totalisme ditandai dengan oleh kelahiran Komunisme Uni Soviet, Fasisme Italia,
Nazisme Jerman, dan Militerisme Jepang. Perang Dunia II diawali dengan
penyerangan Jepang kepada Amerika di Pearl Harbour pada tanggal 7 Desember 1941
(Pusat Angkatan Laut Amerika di Pasifik) yang membuat Amerika balas menyerang.[3]
Jepang terjun
dalam kancah Perang Dunia II pada tanggal 7 Desember 1941 (serangan Pearl
Harbor) dan juga sebagai penanda jepang membuka perang besar-besaran di seluruh
Asia Tenggara.
1.
Sebab-Sebab
Jepang Ikut dalam Perang Dunia II
Faktor-faktor yang menjadi penyebab
Jepang ikut dalam Perang Dunia II adalah sebagai berikut :
a)
Adanya
imperialism Jepang yang tidak hanya ingin menguasai Korea, Mantsyuria,
Tiongkok-Utara (Jehol), tetapi juga ingin menguasai seluruh Asia.
b)
Jepang ingin
menggantikan kedudukan negara-negara Barat di Asia. Keuntungan-keuntungan yang
tak terhingga besarnya yang mengalir ke
saku negara-negara Barat akan mengalir ke kantong Jepang, niscaya Jepang akan
menjadi negara yang besar di dunia.
c)
Jepang merasa
lebih kuat dari kekuatan negara-negara barat di Asia.
d)
Kemenangan-kemenangan
Jerman yang gemilang di Eropa yang berarti merosotnya kekuatan Negara-negara
sekutu (moril dan materil) meyakinkan Jepang bahwa ini kesempatan yang baik
untuk melaksanakan cita-citanya untuk menguasai Eropa.
2.
Persiapan Jepang
dalam Menghadapi Perang Dunia II
Persiapan yang dilakukan
Jepang dalam menghadapi Perang Dunia II adalah sebagai berikut :
a)
Perjanjian
Anti-Komintren (Anti-Cominten Pact : 1936)
Perjanjian ini
dilakukan antara Jerman dan Jepang, kemudian pada tahun 1973 Italia ikut serta
dalam perjanjian ini. Perjanjian ini ditujukan untuk menahan ekspansi Rusia dan
membatasi kemauan Rusia.
b)
Perjanjian As
(Axis Pact :1940)
Perjanjian Anti-Komintren kemudian dipererat
menjadi perjanjian AS untuk membulatkan
persekutuan Jerman, Italia, dan Jepang dalam menghadapi Perang Dunia II.
c)
Perjanjian
Jepang-Rusia (1941)
Perjanjian ini diadakan oleh Jepang untuk meringankan
bebannya di Mantsyuria, agar tentara Jepang yang menjaga batas Mantsyuria-Rusia
dapat dikurangi da pengurangannya itu dapat digunakan untuk tugas lain.
d)
Perjanjian
Jepang-Prancis (1941)
Perjanjian ini dipaksakan oleh Jepang kepada Prancis
yang tidak berdaya (Prancis telah menyerah kepada Jerman). Perjanjian ini
berisi : Jepang diperkenankan mempergunakan dan menjaga semua
pelabuhan-pelabuhan di sepanjang pantai Indo-China.
Kronolis keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II
secara garis besar sebagai berikut :
1)
Tahun 1941-1942
Dengan kecepatan yang mengagumkan, angkatan perang
Jepang berhasil menduduki Malaya, Singapura, Birma, Indonesia, Philipina, dan
membujur sampai Kepulauan Solomon.
2)
Tahun 1942
Pada tahun ini
Jepang mulai kalah. Kekalahan besar pertama ialah dalam pertempuran Laut Karang
(4 Mei 1942) kemudian disusul dengan kekalahan Jepang di Guadalcanal (6
November 1942) dan setelah itu terjadi kekalahan yang besar bagi Jepang di
dalam pertempuran laut dekat Kepulauan Bismarck (1 Maret 1943). Disinilah
Laksamana Yamamoto gugur.
3)
Tahun 1943-1945
Setelah
pertempuran laut di Kepulauan Bismarck, Jepang tidak sanggup lagi menahan
serangan pembalasan sekutu. Setelah Kepulauan Jepang berada dalam jarak pemboman
B 29 USA, maka kekalahan Jepan tidak dapat dihindarkan lagi.
Pada
tanggal 14 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu dan baru
pada tanggal 2 September 1945 dengan resmi ditandatangani di atas kapal perang
USA.
Isinya :
1)
Jepang kehilangan
Korea, Mantsyuria, Formosa, Sakhalin-Selatan dan Kepulauan Kurile
2)
Selama
perjanjian perdamaian antara Sekutu dan Jepang belum ditandatangani, selama itu
Jepang akan diduduki oleh tentara Sekutu (USA).[4]
Setelah kalah dalam Perang Dunia II, selama kurang
lebih 7 tahun Jepang berada di bawah pendudukan tentara Sekutu pimpinan AS.
Semasa pendudukan AS, Jepang mencurahkan perhatiannya pada pembangunan bidang
industri dan ekonomi. Hal ini dilakukan dengan kerja keras dan sungguh-sungguh
sehingga secara luar biasa dalam waktu yang relatif singkat, Jepang tumbuh
menjadi negara industri yang dapat dikatakan sejajar dengan negara- negara yang
telah maju sebelumnya.
Pada era 1950-an ekonomi Jepang mengalami kemajuan
yang pesat. Lebih kurang sepuluh tahun setelah itu rata-rata tingkat. Pertumbuhan
mencapai kurang lebih 10%. Hal ini adalah suatu rekor yang tidak pernah disamai
negara besar mana pun (Reischauer, 1982: 147). Jepang menjadi negara yang
benar-benar makmur dari hasil kemajuan dalam bidang perekonomian. Orang Jepang
dilanda semangat konsumerisme yang tinggi. Kamera yang indah, stereo, lemari
es, mesin cuci, AC, bahkan mobil menjadi barang yang hampir dapat dimiliki oleh
setiap orang yang menginginkannya di kota-kota maupun di desa-desa. Orang-orang
Jepang membanggakan negaranya, yang tidak pernah dirasakan selama bebeiapa
tahun.
Negara-negara lainnya menanggapi dengan keheranan dan
kekaguman. Pertumbuhan dalam GNP per kapita dibantu oleh stabilnya jumlah angka
kelahir- an yang diperkirakan tingkat kelahirannya kurang lebih satu persen per
tahun. Pada 1960-an jumlah penduduk Jepang sekitar 94 juta jiwa. Anjuran
pembatasan kelahiran secara umum dan aturan yang longgar dalam hal aborsi,
membantu menekan jumlah kela- hiran per tahunnya. Keluarga yang tinggal di
kota-kota besar umumnya hanya memiliki dua anak. Hal ini disadari betul oleh
orang Jepang karena mereka tinggal di apartemen-apartemen kecil yang jumlah
ruangannya sangat terbatas.
Walaupun jumlah penduduk kota makin bertambah, karena
adanya urba- nisasi dari desa ke kota-kota besar, tingkat kejahatan tetap
rendah . Hampir semua keluarga Jepang mampu menyekolahkan anak-anak mereka
sampai tingkat universitas. Putus sekolah praktis tidak dikenal. Persentase
kelompok usia yang menyelesaikan dua belas tahun tepat untuk lulus dari sekolah
menengah atas naik menjadi kira-kira 90%. Hal ini merupakan suatu rekor dunia.
Lebih 30% dari kelompok usia itu melanjutkan ke perguruan tinggi. Hal ini
melebihi persentase di negara-negara Eropa Barat (Reischauer, 1982:149). Awal
1970-an, Jepang telah menjadi partner perdagangan yang pertama atau paling
tidak nomor dua terbesar di seluruh dunia. Jepang kini mulai menanamkan
investasi besar-besaran di berbagai negara, termasuk di negara yang sudah maju.
Daftar Pustaka
Bustamam.
2011. Sejarah Asia Timur.Padanng: UNP
Press.
Chitra,
Fernando. 1953. Sedjarah Asia.
Jogjakarta.
Suherman, Eman.
“Dinamika Masyarakat Jepang Dari Masa Edo Hingga Pascaperang Dunia Ii”. Humaniora. Volume 16, No. 2, Juni 2004: 201-210.
Sartini dan Saring Arianto.
“Jepang: “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Jurnal
SOSIO e-KONS. Vol. II No. 1. Edisi Februari – April 2010.
[1] Menurut Shinto, Hakko-ichi-u itu diperintahkan oleh
Jimmu Tenno sebagai dewa kepada bangsa Jepang untuk membentuk kekeluargaan yang
meliputi seluruh dunia, dengan ini Hakko-ichi-u
dianggap sebagai titah dewa yang harus dilaksanakan.
[3] Sartini
dan Saring Arianto, “Jepang: “Habis Gelap Terbitlah Terang””, Jurnal SOSIO e-KONS, Vol. II No. 1,
Edisi Februari – April 2010, hlm. 60
[4] Perjanjian antara
Sekutu-Jepang belum ada. Perjanjian Perdamaian San Fransisco 8 September 1961
hanya merupakan perjanjian perdamaian antara Jepang dan sebagian dari Negara
Sekutu. Rusia belum mengadakan perjanjian perdamaian dengan Jepang dan tidak
mau mengakui Perjanjian San Fransisco.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar