A. Restorasi
Meiji
Restorasi Meiji
merupakan peristiwa yang menandai runtuhnya system feudal pemerintahan Tokugawa
dan menempatkan kembali Tennoo (Kaisar) sebagai penguasa tertinggi pemerintahan
Jepang. Jepang yang sebelumnya menerapakan politik pintu tertutup yang disebut Sokoku, mulai memberlakukan Politik
Pintu Terbuka yang disebut dengan Kaikoku.
Dengan demikian dimulailah modernisasi Jepang secara besar-besaran.
Restorasi Meiji
merupakan salah satu periode yang paling istimewa dalam sejarah bangsa Jepang.
Di bawah pimpinan Kaisar Meiji, Jepang bergerak maju sehingga hampir dalam
beberapa dasarwarsa dapat mencontoh apa yang ada di Barat, yakni pembentukan
suatu bangsa yang modern yang memiliki perindustrian yang modern,
lembaga-lembaga politik yang modern, dan pola masyarakat yang modern.
Bangsa Jepang
berusaha dengan segala daya untuk segera membangun agar setaraf dengan dunia
Barat dan mencapai posisi agar mendapat tempat dalam batas hukum internasional.
Demi mencapai mencapai kedudukan ini, bangsa dan para pemimpin Jepang
mengerahkan kemampuan mereka dengan semangat dan antusiasme ke dalam studi dan
pengambilan peradaban Barat modern.[1]
Meizi-Restorasi terjadi pada tahun 14
Desember 1867, yang disebabkan oleh :
1.
Berkembangnya kembali
Shintoisme.
Shinto
yang pertama kali timbul pada tahun 885 dibawah pemerintahan Yomei Tennoe,
mula-mula hanya untuk membeda-bedakan pemerintahan agama asli Jepang dari
Tiongkok pada tahun 552. Shinto ini mengajarkan, bahwa Tennoe adalah turunan
Dewa Ameterasu dan merupakan pusat pemerintahan yang bersifat kedewaan yang
abadi. Karena itu keselamatan negara hanya tergantung pada Tennoo. Karena itu
juga pemerintah Jepang harus diambil dari tangan Shogun dan dikembalikan kepada
Tennoo, sebab pemerintah Bakufu merupakan pelanggaran jiwa Shinto.[2]
2.
Permusuhan antara
keluarga Tokugawa (Shogun) dan keluarga Satsuma, Choshu, Hizen, Tosa
Keluarga
Tokugawa sejak dahulu (1603) memegang jabatan Shogun yang pada hakekatnya
memegang pemerintahan Jepang. Tennoo oleh keluarga Tokugawa diasingkan sebagai
dewa di Kyoto. Kedudukan yang sangat tinggi dari Tokugawa ini menimbulkan iri
hati beberapa daimyo a.l yang terbesar ialah : Satsuma, Chosu, Hizen, Toso,
yang karena anti-Tokugawa memihak Tennoo. Jika mereka berhasil menjunjung
Tennoo kembali, mereka tentu akan mendapat kedudukan yang istimewa. Dan ini
betul terlaksana. Menteri-menteri dari Meizi Tennoo (lebih-lebih kalangan
militer) adalah keturunan Satsuma atau
(terkenal dengan nama sat-Cho).
3.
Pembukaan Jepang untuk
bangsa asing oleh Tokugawa Shogun
Pemberontakan
Satsuma dan Choshu (1863) pada hakekatnya tidak seperti apa yang mereka katakan
ialah karena Shogun lemah terhadap bangsa asing; tetapi karena pembukaan ini
tidak menguntungkan mereka. Dengan pembukaan itu pedagang teh, sutera, sangat
meningkat hingga mengakibatkan timbulnya golongan baru yang kaya-raya (golongan
Zeibatsu) yang makin lama makin kaya, padahal golongan samurai (yang tidak
punya apa-apa kecuali kepandaian berperang) seperti Satsuma dan Choshu tidak dapat kenikmatan dari
pembukaan Jepang untuk bangsa asing itu. Pembukaan Jepang dijadikan kedok untuk
menghantam kedukaan Shogun dan
mengembalikan Tennoo yang lebih bermanfaat bagi kedudukan mereka dari pada
pembukaan Jepang saja. Pada hakekatnya mereka tidak anti-pembukaan asal saja mempunyai
kedudukan yang enak. Pemberontakan mereka itu hanya merupakan semata-mata
letusan perasaan yang tidak puas dan bukan tindakan prinsipil.
Pada
tahun 1867 waktu keadaan antara Tennoo (dan Satsuma, Chosho) dan Shogun
(Yoshinobu:1866 – 1867) menjadi tegang sekali, bangsa asing (Inggris, Prancis)
hendak ikut campur tangan utuk melemahkan Jepang dengan mengobarkan perang
saudara (devide et inpera). Inggris ingin membantu Tennoo dan Prancis Shogun.
Tetapi baik Tennoo maupun Shogun menolaknya. “tidak aka ada perang saudara di
Nippon!” kata Yoshinobu dengan tegas. Pada tanggal 16 november 1867 Yoshinobu
menyerahkan kekuasaannyakepada Tennoo. Pada tanggal 14 Desember Maizi Tennoo
memegang tampuk pemerintahan Jepang dan membuka zaman baru yang gilang gemilang
bagi Jepang.
Maizi
Tennoo (Matsuhito: 1867 – 1912) memindahkan ibukota dari Kyoto ke Tokyo (1868).
Berdasarkan Shintoisme diciptakannya bendera kebangsaan Jepang yang bernama
Hinamaru (bedasarkan atas Ameterasu sebagai Dewa Matahari) dan lagu kebangsaann
Kimigayo (bedasarkan atas keabadian tennoo sebagai dewa). Shintoisme di
resmikan sebagai agama negara. Ini semua untuk menjamin kekokohan kebangsaan
Jepang yang akan dijadikan dasar moderenisasi Jepang yang nanti akan di
jalankan. Setelah itu Meizi Tennoo mengeluarkan proklamasinya yang terkenal
pada tanggal 6 april 1868.[3]
Dengan
ini maka Meizi Restorasi besar sekali artinya bagi Jepang, ialah: perrkembangan
besar – besaran hingga jepang menjelma
dari negara kolot menjadi negara modern, dari negara kecil menjadi negara besar
yang sangat ditakuti oleh dunia. Dan perubahan ini sebegitu cepatnya sehingga
mengagumkan dunia.[4]
B. Modernisasi
Jepang
Modernisasi
dimulai segera setelah Negara Jepang terpaksa membuka diri bagi pergaulan
internasional akibat ancaman dan tekanan dari luar, terutama dari Amerika
Serikat, Rusia, Inggris, Prancis, dan lain-lain. Perkembangan-perkembangan yang
terjadi selama masa Sokoku ternyata
tidak dapat mengimbangi perkembangan-perkembangan yang telah dicapai
Negara-negara Barat. Jepang menyadari bahwa pemerintahan yang dijalankan Shogun
Tokugawa sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman.
Di bawah slogan Wakon Yasai (kepribadian Jepang,
Teknologi Barat) serta slogan Shokusan
Kogyo (Meningkatkan produktivitas dengan menggalakkan industrialisasi) yang
dikaitkan dengan slogan Fukoku Kyohei (Negara
kaya, militer kuat), Jepang memacu modernisasi dengan kecepatan yang luar
biasa. Secara besar-besaran menimpor dan melaksanakan modernisasi di berbagai
bidang kehidupan seperti ekonomi, kebudayaan politik, pendidikan,
telekomunikasi, dan kemiliteran.
Pembaharuan
terjadi secara teratur dalam berbagai bidang. Pemerintah juga menetapkan
kebijakan-kebijakan baru untuk membuat Jepang menjadi modern. Diantaranya
adalah perombakan politik serta pembebasan Jepang dari tekanan baik dari dalam
maupun luarnegeri. Untuk melakukan modernisasi, pemerintah memusatkan
perhatiannya pertama-tama kepada masalah dalam negeri demi kepentingan
memperoleh posisi internasional. Untuk itu diperlukan modernisasi dalam segaa
bidang dengan mengandalkan sumber daya yang ada.[5]
Restorasi meiji
telah membawa perubahan besar dalam system politik Jepang, yang mendorong
masyarajat Jepang bersentuhan dengan peradaban barat modern. Telah diizinkannya
memeluk dan menyebarkan agama Kristen, yang telah lama dilarang dibawah
pemerintahan keshogunan Tokugawa, pengabar injil dari Eropa atau Amerika dating
mendirikan gereja-gereja dan sekolah-sekolah di Jepang, dan melancarkan
pendidikan dibawah prinsip-priinsip agama Kristen. Sekolah-sekolah ini sering
sering secara aktif dalam pendidikan wanita, suatu bidang yang kurang
diperhatikan oleh pemerintahan Jepang.
Melihat kemajuan
yang dimiliki oleh Barat baik dalam bidang militer maupun dalam bidang ilmu
pengetahuan, menyebabkan Jepang termotivasi untuk memperoleh kemajuan tersebut.
Kaisar Meiji sendiri mendorong langsung langkah-langkah tersebut dan mengeluarkan sumpah kekaisaran yang terdiri
dari lima bagian yaitu :
1.
Suatu majelis
harus diadakan secara luas, semua uundang-undang harus diputuskan dengan
diskusi terbuka.
2.
Tinggi dan
rendah harus bersatu dalam pikiran, dan keuangan serta ekonomi nasional harus
diperkuat.
3.
Pejabat-pejabat
sipil, militer, dan juga rakyat biasa, hanya mencapai aspirasi-aspirasi mereka,
sehingga tidak mengecewakan rakyat.
4.
Kebiasaan-kebiasaan
buruk di masa lalu harus dilarang dan tindakan-tindakan harus didasarkan pada
arturan internasional.
5.
Pengetahuan
harus dicari di seluruh dunia, dan landasan kekuasaan kekaisaran harus
diperkuat.[6]
Adanya dorongan
dari kaisar, dan juga pengalaman bertempur dengan pihak Barat telah merangsang
Jepang untuk melakukan pembaharuan/modernisasi dalam segala bidang. Pembangunan
besar – besaran secara modern di Jepang sebagai akibat restorasi meizi meliputi
:
1. Pemerintahaan
Tennoo menjadi kepala negara. Feodalisme
dihapuskan. Daimyo – Daimyo dijadikan pegawai negri (Han-Chiji) dan tanah-tanah
yang mereka kuasai diserahkan kepada Tennoo. Pemerintahaan di atur secara barat
dengan kabinet dan parlemen. Pada tanggal 11 januari 1890 UUD di sahkan oleh Tennoo.
Setelah
berlangsungnya Restorasi Meiji, dilakukan pembaharuan berupa sentralisasi dan
unifikasi dalam bidang pemerintahan. Di dalam organisasi pusat dibentuk 3 badan
penasehat Tennoo yaitu :
a.
Sosial, atau
Majelis Agung yang dikepalai oleh pangeran dari keluarga raja/Tennoo.
b.
Gijo atau dewan
penasehat yang terdiri dari bangsawan dan Daimyo terkemuka.
c.
Sanyo atau dewan
penasehat kedua yang terdiri dari Kuge dan Samurai.
Dalam perkembangannya badan
tersebut dilebur menjadi Dai-Jo-Kwan yang terdiri dari Dewan Negara yang dibentuk dari Gijo dan sanyo
dan Dewan Perwakilan golongan feodal. System pemerintahan feudal militeris
diganti dengan system pemerintahan monarki dengan sentralisasi kekuasaan. Para
Daimyo menyerahkan kekuasaan pada raja dan mereka diangkat sebagai gubernur
dari bekas daerah mereka. Lembaga pemerintahan banyak yang meniru Baratt dengan
perubahan yang disesuaikan. Misalnya Parlemen meniru Jerman dengan sedikit
perubahan begitu pula kabinetnya.
2. Angkatan
Perang (Militer)
Bidang militer
yang sebelumnya Jepang meniru dari Prancis, kemudian mengalihkan perhatiannya
kepada Prusia, karena Jepang memiliki keberhasilan tentara negeri itu dalam
beberapa perang di daratan Eropa. Militeir yang sebelumnya terdiri para samurai
setahap demi setahap mulai dihapuskan. Memang ada juga diantara samurai kecewa
terhadappembaharuan akibat Restorasi Meiji ini, sehingga ada yang memberontak,
namun pembaharuan dalam bidang militer tidak dapat dihindari oleh mereka.
Namun demikian
kebiasaan feodal yang telah lamma berlangsung dalam kalangan kehidupan
kehidupan rakyat Jepang dimana mereka biasa untuk memberikan sewa kepada
Daimyonya sulit untuk dirubah. Para daimyo ini menjadi pemimpin-pemimpin
setingkat provinsi yang diatur dengan system yang disebut prefektur. Para
prefektur ini mempunyai prefektur-prefektur yang berada di bawahnya. Para
prefektur ini harus membayarkan pajak kepada prefektur di atasnya.
Angkatan perang dibangun secara modern,
angkatan darat (dipegang oleh keluarga Choshu) secara Jerman dan angkatan laut (dipegang oleh
keluarga Satsuma) secara Inggris. Tiap warga negara yang berumur 20 tahun harus
mengikuti latihan militer dan setelah itu untuk praktek dikirim beberapa lama
ketempat-tempat yang berbahaya. Kementrian Pertahanan tidak bertanggung jawab
kepada parlemen, tetapi kepada Tennoo. Dengan ini kementrian pertahanan sangat
kuat kedudukannya dan akhirnya menjelma menjadi Gunbatsu ( pemerintahan
diktator – militer). Tidak ada seorangpu
yang berani menentang Gunbatsu. Separuh dari anggaran belanja negara di
ambil oleh Gunbatsu untuk memperkuat angkatan perang Jepang. Negara Jepang
akhirnya merupakan suatu benteng tentara yang besar dan kuat.
3. Industri
Mula-mula Jepang bekerja keras untuk
menambah produksi teh dan sutra yang sangat kaku di luar negeri, untuk
mendapatkan defisen di luar negeri yang cukup banyak untuk dapat membeli mesin-mesin
modern yang dibutuhkan bagi modernisasi perusahaan teh, sutra, pertanian dan
kemudian industri.
4. Pendidikan
Meizi Restorasi menimbulkan pendidikan
baru secara barat. Banyak pelajar di kirim keluar negeri untuk menyempurnakan
ilmu pengetahuan peradaban barat. Sekembalinya di Jepang mereka terus
ditugaskan dalam pembangunan dan modernisasi negara.
Dalam rangka
perolehan pendidikan, pemerintahan Jepang mengirimkan putra-putri mereka ke
luar negeri. Mereka disebar ke berbagai negeri yang menurut Jepang memang
pantas untuk diserap ilmu pengetahuan mereka. Di samping itu mulai dari sekolah
tingkat terendah sampai pada SMTA dibebaskan dari SPP dan juga bentuk-bentuk
pungutan lainnya. Selain itu pemerintahan Jepang juga mengirimkan para peneliti
dan peninjaunya ke luar negeri untuk melakukan studi banding atau mempelajari
sesuatu yang patut dibawa ke dalam negeri Jepang.
Stelah para
pelajar yang dikirimkan dan juga para peneliti dan peninjau keluar negeri itu
kembali, maka pihak Jepang melakukan pengkajian perolehannya dan mencoba untuk
menerapkannya untuk Jepang sendiri. Sehingga dengandemikian, Jepang melakukan
modernisasi dalam segala bidang.
5.
Social
Kebudayaan
Peraturan yang
membahas tentang pelarangan agama Kristen dihapuskan kembali dan dengan
demikian agama Kristen dapat kembali berkembang di Jepang. Banyak gereja dan
sekolah-sekolah didirikan oleh para misionaris-misionaris Kristen. Selain itu beberapintu
Barat untuk melakukan hubungan dengan Jepang menyebabkan banyak produk Barat yang
masuk ke Jepang. Produk Barat tersebut dipakai oleh beberapa penduduk Jepang.
C.
Akibat
Modernisasi Jepang
Pemerintahan Jepang melakukan usaha modernisasi secara
besar-besaran. Akan tetapi proses modernisasi tersebut juga mengalami
masalah-masalah dalam perjalanan perkembangannya, antara lain disebabkan karena
adanya goncangan budaya yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat Jepang. Hal
ini terjadi karena benturan-benturan seperti ini dirasakan sangat menganggu
cara hidup mereka yang telah terbiasa dengan system lama.
Dengan adanya pembaharuan di berbagai bidang, Jepang
berhasil keluar dari keisolirannya dan mencapai kemajuan yang sebelumnya belum pernah diraihnya. Kesejahteraan
penduduk berhasil diringkatkan sedemikian rupa. Akan tetapi kemajuan-kemajuan
yang diperoleh oleh Jepang itu ternyata membawa dampak-dampak negatif bagi
Jepang sendiri. Daalam satu hal Jepang tampil sebagai Negara industry, namun
pada bagian lain ia mengalami kesulitan dalam memperoleh bahan bakar karena
keterbatasan sumber daya alam yang dimilikinya. Selain itu, produk yang
dihasilkan oleh Jepang melalui modernisasi yang dilakukan menyebabkan Jepang
menjadi Negara yang surplus akan hasil industri sehingga membutuhkan suatu
tempat yang dapat dijadikan sebagai tempat untuk melemparkan hasil produksi
mereka. Bagi rakyat Jepang sendiri hasil produksi yang berlimpah tersebut tentu
tidak habis dipasarkan hanya dalam negeri, artinya bias jadi hasil-hasil yang
dicapai tersebut akan menjadi boomerang bagi kemerosotan ekonomi Jepang.
Peningkatan kesejahteraan penduduk,
menyebabkan naiknya tingkat kesehatan penduduk secara keseluruhan. Angka
kelahiran meningkat pesat, sementara angka kematian menurun secara drastic.
Akibatnya pertambahan penduduk di Jepang semakin pesat setelah dilakukan
modernisasi tersebut. Satu hal unik yang
telah dilakukan Jepang yang membedakannya dengan bangsa-angsa lain di
dunia terutama dengan Eropa adalah bahwa modernisasi modernisasi di Jepang
dengan pendirian pabrik-pabrik industry, dilakukan dari industry di desa-desa
dan bukan di kota-kota sebagaimana modernisasi yang dilakukan oleh orang Eropa.
Hal ini bermanfaat terhadap kemajuan desa dan juga untuk menghindari pengangguran
di desa disamping untuk menghindari urbanisasi besar-besaran yang biasa
dilakukan oleh penduduk suatu Negara.
Berbagai kendala tersebut menyebabkan
pemerintahan Jepang menjadi pusing. Pihak militer menawarkan alternatif yaitu
dengan melakukan penguasaan terhadap wilayah bangsa lain sekaligus sebagai
ajang untuk mencoba kemampuan militer yang dimiliki bangsa Jepang, sehingga
terjadilah imperialismeJepang terhadap bangsa lain.
Daftar Pustaka
Buku :
Bustamam. 2011. Sejarah Asia Timur.Padanng: UNP Press.
Chitra, Fernando. 1953.
Sedjarah Asia. Jogjakarta.
Selain
Buku :
Rehngenana, Sembiring : Pemikiran Mori Ogai Terhadap
Modernisasi Jepang dalam Doitsu
Sambusaku, 2007 USU e-Repository, 2009
[1] Rehngenana, Sembiring :
Pemikiran Mori Ogai Terhadap Modernisasi Jepang dalam Doitsu Sambusaku, 2007 USU e-Repository, 2009
[2] Setelah Meizi-restorasi 1867 maka Shinto ini dijadikan agama negara.
Tiap penduduk harus tunduk kepada Shintoisme ini. Shintoisme adalah jiwa Jepang
yang berpusat pada Tennoo sebagai pusat kekuasaan dan hidup nasional bangsa
Jepang. Tiap orang Jepang harus tunduk tanpa syarat apapun juga kepada Tennoo
dan inilah yang menjamin persatuan nasional bangsa Jepang yang merupakan
kekuatan luar biasa untuk mencapai barang sesuatu.
[4] Sebelum pembukaan jepang oleh commodore perry tahun 1854 dan meizi
restorsi tahun 1867, negara jepang tidak rapat – rapat tertutup dari dunia
luar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar