Jumat, 05 Juli 2019

RESTORASI MEIJI DAN MODERNISASI JEPANG



A.    Restorasi Meiji
Restorasi Meiji merupakan peristiwa yang menandai runtuhnya system feudal pemerintahan Tokugawa dan menempatkan kembali Tennoo (Kaisar) sebagai penguasa tertinggi pemerintahan Jepang. Jepang yang sebelumnya menerapakan politik pintu tertutup yang disebut Sokoku, mulai memberlakukan Politik Pintu Terbuka yang disebut dengan Kaikoku. Dengan demikian dimulailah modernisasi Jepang secara besar-besaran.

Restorasi Meiji merupakan salah satu periode yang paling istimewa dalam sejarah bangsa Jepang. Di bawah pimpinan Kaisar Meiji, Jepang bergerak maju sehingga hampir dalam beberapa dasarwarsa dapat mencontoh apa yang ada di Barat, yakni pembentukan suatu bangsa yang modern yang memiliki perindustrian yang modern, lembaga-lembaga politik yang modern, dan pola masyarakat yang modern.
Bangsa Jepang berusaha dengan segala daya untuk segera membangun agar setaraf dengan dunia Barat dan mencapai posisi agar mendapat tempat dalam batas hukum internasional. Demi mencapai mencapai kedudukan ini, bangsa dan para pemimpin Jepang mengerahkan kemampuan mereka dengan semangat dan antusiasme ke dalam studi dan pengambilan peradaban Barat modern.[1]
Meizi-Restorasi terjadi pada tahun 14 Desember 1867, yang disebabkan oleh :
1.        Berkembangnya kembali Shintoisme.
Shinto yang pertama kali timbul pada tahun 885 dibawah pemerintahan Yomei Tennoe, mula-mula hanya untuk membeda-bedakan pemerintahan agama asli Jepang dari Tiongkok pada tahun 552. Shinto ini mengajarkan, bahwa Tennoe adalah turunan Dewa Ameterasu dan merupakan pusat pemerintahan yang bersifat kedewaan yang abadi. Karena itu keselamatan negara hanya tergantung pada Tennoo. Karena itu juga pemerintah Jepang harus diambil dari tangan Shogun dan dikembalikan kepada Tennoo, sebab pemerintah Bakufu merupakan pelanggaran jiwa Shinto.[2]

2.        Permusuhan antara keluarga Tokugawa (Shogun) dan keluarga Satsuma, Choshu, Hizen, Tosa
Keluarga Tokugawa sejak dahulu (1603) memegang jabatan Shogun yang pada hakekatnya memegang pemerintahan Jepang. Tennoo oleh keluarga Tokugawa diasingkan sebagai dewa di Kyoto. Kedudukan yang sangat tinggi dari Tokugawa ini menimbulkan iri hati beberapa daimyo a.l yang terbesar ialah : Satsuma, Chosu, Hizen, Toso, yang karena anti-Tokugawa memihak Tennoo. Jika mereka berhasil menjunjung Tennoo kembali, mereka tentu akan mendapat kedudukan yang istimewa. Dan ini betul terlaksana. Menteri-menteri dari Meizi Tennoo (lebih-lebih kalangan militer) adalah keturunan Satsuma atau  (terkenal dengan nama sat-Cho).

3.        Pembukaan Jepang untuk bangsa asing oleh Tokugawa Shogun
Pemberontakan Satsuma dan Choshu (1863) pada hakekatnya tidak seperti apa yang mereka katakan ialah karena Shogun lemah terhadap bangsa asing; tetapi karena pembukaan ini tidak menguntungkan mereka. Dengan pembukaan itu pedagang teh, sutera, sangat meningkat hingga mengakibatkan timbulnya golongan baru yang kaya-raya (golongan Zeibatsu) yang makin lama makin kaya, padahal golongan samurai (yang tidak punya apa-apa kecuali kepandaian berperang) seperti Satsuma  dan Choshu tidak dapat kenikmatan dari pembukaan Jepang untuk bangsa asing itu. Pembukaan Jepang dijadikan kedok untuk menghantam kedukaan Shogun  dan mengembalikan Tennoo yang lebih bermanfaat bagi kedudukan mereka dari pada pembukaan Jepang saja. Pada hakekatnya mereka tidak anti-pembukaan asal saja mempunyai kedudukan yang enak. Pemberontakan mereka itu hanya merupakan semata-mata letusan perasaan yang tidak puas dan bukan tindakan prinsipil.
Pada tahun 1867 waktu keadaan antara Tennoo (dan Satsuma, Chosho) dan Shogun (Yoshinobu:1866 – 1867) menjadi tegang sekali, bangsa asing (Inggris, Prancis) hendak ikut campur tangan utuk melemahkan Jepang dengan mengobarkan perang saudara (devide et inpera). Inggris ingin membantu Tennoo dan Prancis Shogun. Tetapi baik Tennoo maupun Shogun menolaknya. “tidak aka ada perang saudara di Nippon!” kata Yoshinobu dengan tegas. Pada tanggal 16 november 1867 Yoshinobu menyerahkan kekuasaannyakepada Tennoo. Pada tanggal 14 Desember Maizi Tennoo memegang tampuk pemerintahan Jepang dan membuka zaman baru yang gilang gemilang bagi Jepang.
Maizi Tennoo (Matsuhito: 1867 – 1912) memindahkan ibukota dari Kyoto ke Tokyo (1868). Berdasarkan Shintoisme diciptakannya bendera kebangsaan Jepang yang bernama Hinamaru (bedasarkan atas Ameterasu sebagai Dewa Matahari) dan lagu kebangsaann Kimigayo (bedasarkan atas keabadian tennoo sebagai dewa). Shintoisme di resmikan sebagai agama negara. Ini semua untuk menjamin kekokohan kebangsaan Jepang yang akan dijadikan dasar moderenisasi Jepang yang nanti akan di jalankan. Setelah itu Meizi Tennoo mengeluarkan proklamasinya yang terkenal pada tanggal 6 april 1868.[3]
Dengan ini maka Meizi Restorasi besar sekali artinya bagi Jepang, ialah: perrkembangan besar – besaran hingga jepang menjelma dari negara kolot menjadi negara modern, dari negara kecil menjadi negara besar yang sangat ditakuti oleh dunia. Dan perubahan ini sebegitu cepatnya sehingga mengagumkan dunia.[4]

B.     Modernisasi Jepang
Modernisasi dimulai segera setelah Negara Jepang terpaksa membuka diri bagi pergaulan internasional akibat ancaman dan tekanan dari luar, terutama dari Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Prancis, dan lain-lain. Perkembangan-perkembangan yang terjadi selama masa Sokoku ternyata tidak dapat mengimbangi perkembangan-perkembangan yang telah dicapai Negara-negara Barat. Jepang menyadari bahwa pemerintahan yang dijalankan Shogun Tokugawa sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman.
Di bawah slogan Wakon Yasai (kepribadian Jepang, Teknologi Barat) serta slogan Shokusan Kogyo (Meningkatkan produktivitas dengan menggalakkan industrialisasi) yang dikaitkan dengan slogan Fukoku Kyohei (Negara kaya, militer kuat), Jepang memacu modernisasi dengan kecepatan yang luar biasa. Secara besar-besaran menimpor dan melaksanakan modernisasi di berbagai bidang kehidupan seperti ekonomi, kebudayaan politik, pendidikan, telekomunikasi, dan kemiliteran.
Pembaharuan terjadi secara teratur dalam berbagai bidang. Pemerintah juga menetapkan kebijakan-kebijakan baru untuk membuat Jepang menjadi modern. Diantaranya adalah perombakan politik serta pembebasan Jepang dari tekanan baik dari dalam maupun luarnegeri. Untuk melakukan modernisasi, pemerintah memusatkan perhatiannya pertama-tama kepada masalah dalam negeri demi kepentingan memperoleh posisi internasional. Untuk itu diperlukan modernisasi dalam segaa bidang dengan mengandalkan sumber daya yang ada.[5]
Restorasi meiji telah membawa perubahan besar dalam system politik Jepang, yang mendorong masyarajat Jepang bersentuhan dengan peradaban barat modern. Telah diizinkannya memeluk dan menyebarkan agama Kristen, yang telah lama dilarang dibawah pemerintahan keshogunan Tokugawa, pengabar injil dari Eropa atau Amerika dating mendirikan gereja-gereja dan sekolah-sekolah di Jepang, dan melancarkan pendidikan dibawah prinsip-priinsip agama Kristen. Sekolah-sekolah ini sering sering secara aktif dalam pendidikan wanita, suatu bidang yang kurang diperhatikan oleh pemerintahan Jepang.
Melihat kemajuan yang dimiliki oleh Barat baik dalam bidang militer maupun dalam bidang ilmu pengetahuan, menyebabkan Jepang termotivasi untuk memperoleh kemajuan tersebut. Kaisar Meiji sendiri mendorong langsung langkah-langkah tersebut dan  mengeluarkan sumpah kekaisaran yang terdiri dari lima bagian yaitu :
1.      Suatu majelis harus diadakan secara luas, semua uundang-undang harus diputuskan dengan diskusi terbuka.
2.      Tinggi dan rendah harus bersatu dalam pikiran, dan keuangan serta ekonomi nasional harus diperkuat.
3.      Pejabat-pejabat sipil, militer, dan juga rakyat biasa, hanya mencapai aspirasi-aspirasi mereka, sehingga tidak mengecewakan rakyat.
4.      Kebiasaan-kebiasaan buruk di masa lalu harus dilarang dan tindakan-tindakan harus didasarkan pada arturan internasional.
5.      Pengetahuan harus dicari di seluruh dunia, dan landasan kekuasaan kekaisaran harus diperkuat.[6]
Adanya dorongan dari kaisar, dan juga pengalaman bertempur dengan pihak Barat telah merangsang Jepang untuk melakukan pembaharuan/modernisasi dalam segala bidang. Pembangunan besar – besaran secara modern di Jepang sebagai akibat restorasi meizi meliputi :
1.    Pemerintahaan
Tennoo menjadi kepala negara. Feodalisme dihapuskan. Daimyo – Daimyo dijadikan pegawai negri (Han-Chiji) dan tanah-tanah yang mereka kuasai diserahkan kepada Tennoo. Pemerintahaan di atur secara barat dengan kabinet dan parlemen. Pada tanggal 11 januari 1890 UUD di sahkan oleh Tennoo.
Setelah berlangsungnya Restorasi Meiji, dilakukan pembaharuan berupa sentralisasi dan unifikasi dalam bidang pemerintahan. Di dalam organisasi pusat dibentuk 3 badan penasehat Tennoo yaitu :
a.       Sosial, atau Majelis Agung yang dikepalai oleh pangeran dari keluarga raja/Tennoo.
b.      Gijo atau dewan penasehat yang terdiri dari bangsawan dan Daimyo terkemuka.
c.       Sanyo atau dewan penasehat kedua yang terdiri dari Kuge dan Samurai.
Dalam perkembangannya badan tersebut dilebur menjadi Dai-Jo-Kwan yang terdiri dari  Dewan Negara yang dibentuk dari Gijo dan sanyo dan Dewan Perwakilan golongan feodal. System pemerintahan feudal militeris diganti dengan system pemerintahan monarki dengan sentralisasi kekuasaan. Para Daimyo menyerahkan kekuasaan pada raja dan mereka diangkat sebagai gubernur dari bekas daerah mereka. Lembaga pemerintahan banyak yang meniru Baratt dengan perubahan yang disesuaikan. Misalnya Parlemen meniru Jerman dengan sedikit perubahan begitu pula kabinetnya.
2.      Angkatan Perang (Militer)
Bidang militer yang sebelumnya Jepang meniru dari Prancis, kemudian mengalihkan perhatiannya kepada Prusia, karena Jepang memiliki keberhasilan tentara negeri itu dalam beberapa perang di daratan Eropa. Militeir yang sebelumnya terdiri para samurai setahap demi setahap mulai dihapuskan. Memang ada juga diantara samurai kecewa terhadappembaharuan akibat Restorasi Meiji ini, sehingga ada yang memberontak, namun pembaharuan dalam bidang militer tidak dapat dihindari oleh mereka.
Namun demikian kebiasaan feodal yang telah lamma berlangsung dalam kalangan kehidupan kehidupan rakyat Jepang dimana mereka biasa untuk memberikan sewa kepada Daimyonya sulit untuk dirubah. Para daimyo ini menjadi pemimpin-pemimpin setingkat provinsi yang diatur dengan system yang disebut prefektur. Para prefektur ini mempunyai prefektur-prefektur yang berada di bawahnya. Para prefektur ini harus membayarkan pajak kepada prefektur di atasnya.
Angkatan perang dibangun secara modern, angkatan darat (dipegang oleh keluarga Choshu) secara  Jerman dan angkatan laut (dipegang oleh keluarga Satsuma) secara Inggris. Tiap warga negara yang berumur 20 tahun harus mengikuti latihan militer dan setelah itu untuk praktek dikirim beberapa lama ketempat-tempat yang berbahaya. Kementrian Pertahanan tidak bertanggung jawab kepada parlemen, tetapi kepada Tennoo. Dengan ini kementrian pertahanan sangat kuat kedudukannya dan akhirnya menjelma menjadi Gunbatsu ( pemerintahan diktator – militer). Tidak ada seorangpu  yang berani menentang Gunbatsu. Separuh dari anggaran belanja negara di ambil oleh Gunbatsu untuk memperkuat angkatan perang Jepang. Negara Jepang akhirnya merupakan suatu benteng tentara yang besar dan kuat.
3.      Industri
Mula-mula Jepang bekerja keras untuk menambah produksi teh dan sutra yang sangat kaku di luar negeri, untuk mendapatkan defisen di luar negeri yang cukup banyak untuk dapat membeli mesin-mesin modern yang dibutuhkan bagi modernisasi perusahaan teh, sutra, pertanian dan kemudian industri.
4.      Pendidikan
Meizi Restorasi menimbulkan pendidikan baru secara barat. Banyak pelajar di kirim keluar negeri untuk menyempurnakan ilmu pengetahuan peradaban barat. Sekembalinya di Jepang mereka terus ditugaskan dalam pembangunan dan modernisasi negara.  
Dalam rangka perolehan pendidikan, pemerintahan Jepang mengirimkan putra-putri mereka ke luar negeri. Mereka disebar ke berbagai negeri yang menurut Jepang memang pantas untuk diserap ilmu pengetahuan mereka. Di samping itu mulai dari sekolah tingkat terendah sampai pada SMTA dibebaskan dari SPP dan juga bentuk-bentuk pungutan lainnya. Selain itu pemerintahan Jepang juga mengirimkan para peneliti dan peninjaunya ke luar negeri untuk melakukan studi banding atau mempelajari sesuatu yang patut dibawa ke dalam negeri Jepang.
Stelah para pelajar yang dikirimkan dan juga para peneliti dan peninjau keluar negeri itu kembali, maka pihak Jepang melakukan pengkajian perolehannya dan mencoba untuk menerapkannya untuk Jepang sendiri. Sehingga dengandemikian, Jepang melakukan modernisasi dalam segala bidang.
5.      Social Kebudayaan
Peraturan yang membahas tentang pelarangan agama Kristen dihapuskan kembali dan dengan demikian agama Kristen dapat kembali berkembang di Jepang. Banyak gereja dan sekolah-sekolah didirikan oleh para misionaris-misionaris Kristen. Selain itu beberapintu Barat untuk melakukan hubungan dengan Jepang menyebabkan banyak produk Barat yang masuk ke Jepang. Produk Barat tersebut dipakai oleh beberapa penduduk Jepang.
C.     Akibat Modernisasi Jepang
Pemerintahan Jepang melakukan usaha modernisasi secara besar-besaran. Akan tetapi proses modernisasi tersebut juga mengalami masalah-masalah dalam perjalanan perkembangannya, antara lain disebabkan karena adanya goncangan budaya yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat Jepang. Hal ini terjadi karena benturan-benturan seperti ini dirasakan sangat menganggu cara hidup mereka yang telah terbiasa dengan system lama.
Dengan adanya pembaharuan di berbagai bidang, Jepang berhasil keluar dari keisolirannya dan mencapai kemajuan yang sebelumnya  belum pernah diraihnya. Kesejahteraan penduduk berhasil diringkatkan sedemikian rupa. Akan tetapi kemajuan-kemajuan yang diperoleh oleh Jepang itu ternyata membawa dampak-dampak negatif bagi Jepang sendiri. Daalam satu hal Jepang tampil sebagai Negara industry, namun pada bagian lain ia mengalami kesulitan dalam memperoleh bahan bakar karena keterbatasan sumber daya alam yang dimilikinya. Selain itu, produk yang dihasilkan oleh Jepang melalui modernisasi yang dilakukan menyebabkan Jepang menjadi Negara yang surplus akan hasil industri sehingga membutuhkan suatu tempat yang dapat dijadikan sebagai tempat untuk melemparkan hasil produksi mereka. Bagi rakyat Jepang sendiri hasil produksi yang berlimpah tersebut tentu tidak habis dipasarkan hanya dalam negeri, artinya bias jadi hasil-hasil yang dicapai tersebut akan menjadi boomerang bagi kemerosotan ekonomi Jepang.
      Peningkatan kesejahteraan penduduk, menyebabkan naiknya tingkat kesehatan penduduk secara keseluruhan. Angka kelahiran meningkat pesat, sementara angka kematian menurun secara drastic. Akibatnya pertambahan penduduk di Jepang semakin pesat setelah dilakukan modernisasi tersebut. Satu hal unik yang  telah dilakukan Jepang yang membedakannya dengan bangsa-angsa lain di dunia terutama dengan Eropa adalah bahwa modernisasi modernisasi di Jepang dengan pendirian pabrik-pabrik industry, dilakukan dari industry di desa-desa dan bukan di kota-kota sebagaimana modernisasi yang dilakukan oleh orang Eropa. Hal ini bermanfaat terhadap kemajuan desa dan juga untuk menghindari pengangguran di desa disamping untuk menghindari urbanisasi besar-besaran yang biasa dilakukan oleh penduduk suatu Negara.
      Berbagai kendala tersebut menyebabkan pemerintahan Jepang menjadi pusing. Pihak militer menawarkan alternatif yaitu dengan melakukan penguasaan terhadap wilayah bangsa lain sekaligus sebagai ajang untuk mencoba kemampuan militer yang dimiliki bangsa Jepang, sehingga terjadilah imperialismeJepang terhadap bangsa lain.


Daftar Pustaka
Buku :
Bustamam. 2011. Sejarah Asia Timur.Padanng: UNP Press.
Chitra, Fernando. 1953. Sedjarah Asia. Jogjakarta.

Selain Buku :
Rehngenana, Sembiring : Pemikiran Mori Ogai Terhadap Modernisasi Jepang dalam  Doitsu Sambusaku, 2007 USU e-Repository, 2009



[1] Rehngenana, Sembiring : Pemikiran Mori Ogai Terhadap Modernisasi Jepang dalam  Doitsu Sambusaku, 2007 USU e-Repository, 2009
[2] Setelah Meizi-restorasi 1867 maka Shinto ini dijadikan agama negara. Tiap penduduk harus tunduk kepada Shintoisme ini. Shintoisme adalah jiwa Jepang yang berpusat pada Tennoo sebagai pusat kekuasaan dan hidup nasional bangsa Jepang. Tiap orang Jepang harus tunduk tanpa syarat apapun juga kepada Tennoo dan inilah yang menjamin persatuan nasional bangsa Jepang yang merupakan kekuatan luar biasa untuk mencapai barang sesuatu.
[3] Chitra, Fernando. 1953. Sedjarah Asia. Jogjakarta. hlm. 10.
[4] Sebelum pembukaan jepang oleh commodore perry tahun 1854 dan meizi restorsi tahun 1867, negara jepang tidak rapat – rapat tertutup dari dunia luar.
[5] Rehngenana, Sembiring, op., cit.,
[6] Bustamam. 2011. Sejarah Asia Timur.Padanng: UNP Press, hlm. 126-128.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

CATATAN AKHIR TAHUN 2020

 31 desember 2020 pukul 18.09 aku memulai tulisan ini. sudah lama aku tak menulis. Kesenanganku satu ini terenggut oleh rutinitas pekerjaan....