Bangsa asing pertama yang
menginjakkan kaki di bumi Jepang adalah Portugis. Kedatangan bangsa Portugis ke
Jepang itu, ternyata membawa pula perubahan lain pada kehidupan religius di
Jepang. Sebagian orang Jepang tertarik untuk memeluk agama milik orang
Portugis. Di bawah pendeta Prancis Xavier agama Kristen dibesarkan setelah
tujuh tahun kedatangan bangsa Portugis di Jepang, banyak di antara orang-orang
Jepang yang masuk agama baru ini termasuk para daimyo yang besar dan kecil.
Untuk beberapa lama perkembangan
agama Kristen ini dibiarkan berkembang sedemikian rupa. Namun demikian beberapa
waktu ke depan, timbullah semacam kebencian terhadap penganut agama Kristen
ini. kebencian ini timbul karena adanya kekhawatiran dari pihak pemerintahan
Shogun kepada kesetiaan yang diberikan oleh penganut Kristen terhadap negara.
Akibatnya tekanan demi tekanan dilakukan terhadap penganut Kristen dengan
alasan demi keselamatan nasionalisme. Bahkan Pemerintahan Shogun mengambil
sebuah kebijakan dengan melarang orang-orang Jepang yang berada di dalam negeri
untuk keluar negeri dan melarang orang-orang di luar negeri untuk masuk kembali
ke Jepang.
Untuk beberapa lama, pintu Jepang
tertutup bagi Barat. Sementara bangsa Barat sendiri pada waktu itu ingin
melakukan hubungan dengan Jepang. Hal ini karena secara geografis Kepulauan
Jepang sangat strategis sebagai persinggahan kapal-kapal dagang dari Amerika
yang akan ke Cina atau kapal-kapal Rusia yang hendak meluaskan pengaruhnya ke
dunia timur. Negara yang memiliki kepentingan untuk membuka pelabuhan Jepang
antara lain Inggris, Rusia, dan Amerika. Namun Inggris sedang berfokus pada
pembentukan imperium di Tiongkok sehingga kurang memperhatikan Jepang. Sekarang
yang tinggal adalah Amerika dan Rusia. Kedua negara ini berkali-kali berupaya
membuka pintu Jepang untuk perdagangannya termasuk dengan alasan hendak
mengembalikan para pelaut Jepang yang terapung di Lautan Atlantik. Namun hal
ini selalu gagal dan ditolak oleh Shogun.
Akhirnya pihak Amerika membuat
rencana baru yang bersifat memaksa Jepang untuk membuka pelabuhannya. Sementara
Jepang sendiri menyadari bahwa mengingat posisinya yang sangat strategis, maka
cepat atau lambat negeri mereka tentu akan dibuka juga oleh bangsa asing.[1]
Bangsa
pertama yang mengetuk pintu Jepang ialah Rusia. Pada tahun 1792 Rusia yang
telah meluaskan wilayahnya hingga ke Siberia, mengirim seorang utusannya, Adam
Laxmann, ke Nemuro di Hokkaido untuk memulangkan awak kapal Jepang yang kandas
di Rusia, dan untuk mengajukan nota resmi yang memohon dibukanya hubungan
perdagangan antara kedua negara itu. Bakufu memberitahu utusan ini tentang
kebijaksanaan pengasingan Jepang, mengatakan bahwa pembicaraan lebih lanjut
harus dilakukan di Nagasaki, dan memintanya supaya pulang kembali. Setelah itu
Rusia mengirim utusan ke Nagasaki, tetapi utusan ini pun diusir oleh penguasa
Jepang, yang menyebabkan Rusia kemudian menggunakan kekuatan militernya untuk
menyerang wilayah bagian utara Jepang. Karena itu Bakufu meletakkan Hokkaido
langsung dibawah pengawasannya dan memperkuat pertahanan disana. Sementara itu
seorang tentara bayaran Bakufu bernama Kondo Juso menjelajahi daerah Kuriles,
dan Mamiya Rinzo membuat survai atas Karafuto (Sakhalin) dan memastikan bahwa
apa yang selama ini dianggap bagian dari benua sebenarnya merupakan pulau-pulau
tersendiri.
Pada tahun 1846 Amerika (Commodore
Biddle) mencoba membuka perdagangan dengan Jepang, tetapi gagal. Pada tanggal 8
juli 1853, Commodore Perry, komandan dari Squadron Hindia Timur dari Amerika
Serikat masuk dengan 4 buah kapal perang di Teluk Edo membawa surat dari
Millard Fillmore, Presiden Amerika.Dalam surat tersebut Fillmore menyatakan
bahwa Amerika Serikat ingin membuka hubungan baik dengan Jepang dan meminta
perlakuan lebih baik bagi awak kapal yang kapalnya karam atau terdampar,
fasilitas untuk mengisi batu bara dan perbekalan di pelabuhan-pelabuhan Jepang,
dan apabila memungkinkan, izin untuk berdagang. Perry sendiri menambahkan
sepucuk surat yang secara tidak langsung menyatakan bahwa jika permintaan
tersebut ditolak, ia akan kembali untuk memperoleh jawaban pada musim semi
berikutnya dengan membawa kekuatan yang jauh lebih besar. Ancaman itu
membuat bakufu berjanji untuk memberi jawaban atas permintaan Amerika
Serikat pada tahun berikutnya
Dalam tahun 1851
Amerika menunjuk J. H Aulick untuk membuka perhubungan dengan Jepang. Namun
kemudian Aulick diganti dengan M.C Perry dengan tugas utama yaitu meminta
kepada Jepang jaminan dan perlindungan bagi pelaut-pelat Amerika yang
mendapatkan kecelakaan dan terdampar di laut Jepang. Selanjutnya Amerika juga
menginginkan agar Jepang mau membuka pelabuhan-pelabuhan bagi kapal mereka untuk
mengambil air, batu bara, dan perbekalan airnya, kemudian pembukaan
pelabuhan-pelabuhan untuk perdagangannya.
Perry bertolak dari Norfok Amerika
pada tanggal 24 November 1852 menuju Jepang. Ia membawa surat dari Presiden
Amerika, dan meminta segera diadakan perundingan untuk membahas isi surat
tersebut. Namun demikian setelah sepuluh hari berada di laut Jepang,
perundingan belum juga dapat dilaksanakan. Perry ingin berangkat meninggalkan
Jepang, tapi sebelum ia menyampaikan pesan bahwa ia akan kembali setahun
kemudian dengan membawa pasukan yang lebih kuat untuk menerima jawaban dari
pemerintahan Shogun.
Sebulam setelah Perry meninggalkan
Jepang, datang pulalah utusan Rusia untuk menyampaikan tuntutan yang sama
kepada Jepang yaitu agar Jepang mau membuka pelabuhan untuk perdagangan dan
menetapkan perbatasan di pulau Sehalim dan kepulauan Kuril. (Kepulauan ini
tetap menjadi sengketa antara Jepang dengan Rusia sampai detik ini bahkan
mungkin untuk masa-masa berikutnya). Dan tidak beberapa lama kemudian disusul
oleh Prancis yang ternyata punya minat juga terhadap Jepang. Namun sebagai
catatan, bahwa sesungguhnya Rusia punya minat besar terhadap Jepang. Seandainya
tidak terjadi peristiwa Napoleon di daratan Eropa, mungkin saja Rusia akan \ mendaratkan segera pasukannya di daratan
Jepang.[2]
Mengingat
keaktifan yang dimainkan oleh Rusia dan Prancis di kepulauan Ryukyu,
menyebabkan Perry merasa khawatir bila kedua Negara ini mendahuluinya akan berdampak buruk terhadap
Amerika. Oleh karena itu Perry beberapa bulan sesudah itu kembali lagi ke
Jepang sambil membawa pasukan yang agak besar untuk menuntut pembukaan
pelabuhan Jepang. Ia masuk lebih dalam ke daerah Jepang, yang membuat sebagian
warga Jepang ketakutan.
Melihat
situasi yang tidak menguntungkan ini membuat pihak Shogun berfikir dua kali.
Ada beberapa pertimbangan yang ada pada Shogun, yaitu :
1.
Bila ia
menandatangani perjanjian dengan bangsa asing, maka lawan-lawan politiknya akan
berusaha untuk memanfaatkan kebijakan ini sebagai isyu politik untuk meruntuhkan
kekuasaannya (lawan politik dari Shogun ini adalah keluarga Satsuma dan Chosu).
2.
Jika tidak
ditandatangi perjanjian dengan bangsa asing untuk membua negerinya, maka ia
yakin bahwa negeri Jepang tidak akan mampu untuk mempertahankan diri dari
serangan senjata asing yang memang lebih canggih disbanding dengan yang dimiliki Jepang.
3.
Terdapat suatu
pendapt yang menyatakan bahwa kedudukan Shogun tidak sah. Kekuasaan yang kini
dimiliki oleh Shogun itu pada intinya menurut pendapat adalahhasil rampasan dari
kekuasaan yang dimiliki oleh kaisar.
Shogun kemudian mengambil keputusan yang termudah
yaitu membuka dan memberi kemudahan kepada pihak asing untuk membuka pelabuhan
Jepang. Sebagai konsekwensi dari tindakan Shogun ini adalah dia juga harus
meluluskan permintaan Negara Barat lainnya, di samping ia harus dicerca oleh
kelompok-kelompok penentangnya.
Ketika keluarga Satsuma dengan keluarga Shogun telah
berdamai dan memihak untuk memberi kesempatan kepada pihak asing berdagang di
Eropa, Shogun berhasrat untuk memberangus keluarga Choshu. Akibatnya pihak
keluarga Choshu meminta bala bantuan kepada keluarga Satsuma. Dalam sebuah
pertempuran akhirnya keluarga Shogun berhasil dikalahkan. Sementara Inggris
yang telah melihat kemerosotan kekuasaan Shogun dan perlakuannya selama
berhubungan diplomatic dengan Inggris akhirnya bangsa ini secara diam-diam
menunjukkan dukungannya kepada tindakan kedua keluarga ini (Keluarga Satsuma
dan Keluarga Shogun) dan berjanji akan bersikap netral kepada Daimyo-Daimyo
dari Satsuma dan Choshu.
Sejak kekalahannya Shogun terhadap Keluarga Satsuma
dan Keluarga Chishu, Shogun Yoshinabu Tokugawa (Shogun terakhir dari Takugawa)
harus meletakkan kekuasaanya kembali kepada Tennoo. Sejak saat itu tepatnya
pada 25 Januari 1968, dimulailah masa baru di Jepang di bawah kepimpinan Tennoo
yang dikenal juga dengan masa Meiji atau Restorasi Meiji.[3]
Berdasarkan
Perjanjian Shimoda (30 Maret 1854),
Jepang dibuka oleh Commodere Perry,
yang disebabkan oleh :
1. Pemerintahan
Bakufu berpegang pada politik isolasi, karena takut bahwa dengan masuknya
pedagang-pedagang asing itu akan ikut masuk juga imperialisme asing.
2. Pada
tahun 1842 Tiongkok telah dibuka untuk bangsa asing oleh Inggris (Perang
Tjandu, treaty sport). Kemudian Tiongkok habis dibagi dalam daerah-daerah
pengaruh antara Inggris, Prancis, Rusia. Setelah Tiongkok habis terbagi,
tinggal Jepang saja yang belum disinggung-singgung.
3. USA
membutuhkan tempat istirahat di tengah jalan pelayaran antara pantai barat USA
dan Tiongkok. Dan kebetulan Jepang itu tidak hanya merupakan tempat istirahat
yang baik saja, tetapi juga yang mengandunng kemungkinan-kemungkinan
perdagangan teh dan sutra yang sangat menguntungkan.
4. Kepulauan
Jepang merupakan batu loncatan ke Tiongkok yang baik.
Pada
tahun 1853 Commodore Perry masuk
dengan 4 buah kapal perang di Teluk Yedo (Yokohama) dan mengancam Jepang supaya
membuka pelabuhannya untuk bangsa asing.
Shogun (Iyesada: 1853-1858) minta diberi waktu untuk merundingkannya dengan
kaisarnya (Komei Tennoo: 1847-1867). Perry pergi dan kembali lagi pada tahun
1854 dengan 7 buah kapal perang, Shogun tidak dapat lain daripada
menandatangani Perjanjian Shimoda yang menetapkan bahwa pelabuhan-pelabuhan
Shimoda dan Hakodate dibuka untuk bangsa asing.[4]
Pada
tahun 1858 (Townsend Harris Agreement) pelabuhan-pelabuhan Yokohama, Nagasaki,
Kobe, Tokyo, Osaka, Niigata dibuka juga. Dengan ini terbukalah Jepang
lebar-lebar untuk bangsa asing dan berakhirlah politik isolasinya.
Akibat
pembukaan Jepang bagi bangsa asing ini ialah :
1.
Meluapnya perasaan anti-Shogun.
Shogun dianggap lemah dan menjual tanah airnya kepada bangsa asing.
2.
Memperkuat gerakan
pro-Tennoo, Komei Tennoo yang menolak untuk menandatangani Perjaanjian Shimoda
dianggapnya orang kuat. Shogun harus mengembalikan kekuatannya kepada Tennoo.
3.
Pemberontakan Satsuma
dan Choshu (1863). Keluarga Satsuma dan Choshu adalah keluarga yang paling
antii-Shogun. Tindakan Shogun itu (membuka Jepang) dianggapnya sebagai
penghinaan. Karena itu mereka membunuh bangsa-bangsa asing dan menyerang
angkatan laut USA di pelabuhan Shimonoseki, Inggris, USA, Prancis, Belanda
kemudian menjelang dan menduduki Shimonoseki. Satsuma dan Choshu menyerah dan
insyaflah mereka, bahwa bangsa asing tidak dapat ditolak dengan senjata Jepang
yang masih jauh terbelakang terhadap barat itu.
4.
Meizi-Restorasi
(pengembalian kekuatan Tennoo kepada Meizi Tenno).
Setelah insyaf bahwa bangsa barat tidak mungkin ditolak dengan kekuatan
senjata, maka Jepang memilih jalan yang sangat bijaksana dan menghindarkan diri
dari penjajahan bangsa barat.[5]
Karena mantapnya kepribadian Jepang, maka Jepang
berusaha mengejar ketinggalan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi dari dunia
Eropa. Jepang tidak pernah Khawatir akan kehilangannya. Keyakinan dan
kepercayaan pada kepribadian yang begitu besar, sehingga Jepang mampu melakukan
westernisasi. Dengan sadar dan terang-terangn tanpa takut westernisasi akan menggoyahkan kepribadian
masyarakat Jepang. Mungkin jika Jepang sebelumnya tidak mengalami masa isolasi
begitu lama yang memungkinkan terjadinya kemantapan dalam pembentukan sikapnya,
maka belum tentu kepribadian Jepang menjadi begitu kokoh untuk bertahan dalam
proses westernisasi. Sikap Jepang yang menonjol adalah peranan kelompok dalam
kehidupan masyarakat, akan tetapi Jepang wujudnya lebih nyata dan kuat.[6]
Pada zaman modern ditandai dengan adanya kedatangan
seorang Komodor AS Mattew Perry tahun 1854 untuk memaksa dibukanya Jepang
kepada Barat melalui persetujuan Kanagawa. Para samurai menganggap bahwa ini
menunjukkan lemahnya keshogunan dan mengadakan pemberontakan yang berujung pada
perang Boshin pada tahun 1867-1868. Pihak keshogunan akhirnya mundur dan Restorasi Meiji mengembangkan kekuasaan kepada Kaisar, awal abad ke-20 mulailah
Jepang mengadakan Nasionalisme Jepang dan Demokrasi Taisho. Pada tahun 1936
Jepang menandatangani Pakta Anti Komintren dan bergabung dengan Jerman dan
Itali membentuk suatu Aliansi Axis.[7]
Kejayaan bangsa Jepang dimulai pada pemerintahan zaman
Tokugawa tahun 1603-1867 dan masa Restorasi Meiji tahun 1868 dimana pada masa
Shogun Takugawa bangsa Jepang menjalankan politik isolasi (politik menutup diri
dari dunia luar) yang menyebabkan Jepang tidak ada berhubungan dengan bangsa
luar.
Jepang
pernah memberlakukan proteksionisme sampai tahun 1868. Periode ini kita kenal
dengan Periode Edo dalam rentang tahun 1600–1868. Dalam periode ini, orang
asing dilarang masuk dan orang pribumi sendiri dilarang meninggalkan Jepang.
Dalam masa
isolasi ini, justru menjadi masa-masa munculnya kebudayaan asli Jepang: Kabuki,
Geisha, dan semacamnya. Dalam masa ini, pengaruh asing (terutama Barat) belum
banyak masuk ke Jepang. Baru pada saat Periode Meiji (restorasi Meiji) dalam
rentang tahun 1868–1912, Jepang membuka diri terhadap dunia luar dan pengaruh
Barat mulai banyak berdatangan.
Terbukanya
bangsa jepang bagi bangsa asing menyadarkan bangsa Jepang akan
ketertinggalannya dari bangsa-bangsa luar. Untuk mengejar ketertinggalannya
tersebut Jepang melaksanakan modernisasi dengan cara antara lain :
1.
Di bidang pemerintahan : Sistem pemerintahan diatur
secara barat dengan menggunakan sistem Monarkhi Parlementer. Pada tanggal 11
Februari 1890 UUD Jepang disahkan oleh kaisar sementara pemerintahan daimyo
dihapuskan.
2.
Di bidang angkatann perang : Angkatan darat dipegang
oleh keluarga Chosu dan meniru sistem angkatan darat Jerman. Sedangkan angkatan
laut dipegang oleh keluarga Satsuma dan meniru sistem angkatan laut Inggris.
Menteri pertahanan bertanggungjawab langsung kepada kaisar karena itu tercipta
gunbatsu (pemerintahan diktator militer).
3.
Di bidang Industri : Yang dilakukan adalah dengan
mengirim tenaga-tenaga yang potensial untuk belajar teknologi industri di
Eropa. Selain itu juga berhasil mendatangkan mesin-mesin modern Inggris yang
biayanya didapat dari hasil penjualan teh dan kain sutra.
4.
Di bidang Pendidikan : Yang dilakukan adalah
menerapkan sisitem wajib belajar untuk anak-anak berusia 6 tahun. Selain itu
juga mengirm pelajar-pelajar ke Eropa untuk memperdalam Ilmu pengetahuan dan
teknologi.
(akan dibahas lebih mendalam pada resume pertemuan
minggu depan)
Daftar Pustaka
Bustamam.
2011. Sejarah Asia Timur.Padanng: UNP
Press.
Chitra,
Fernando. 1953. Sedjarah Asia.
Jogjakarta.
Sartini dan Saring Arianto, “Jepang:
“Habis Gelap Terbitlah Terang””, Jurnal
SOSIO e-KONS, Vol. II No. 1, Edisi Februari – April 2010, hlm. 59-67.
[3]Meiji artinya yang berfikiran cerah. Dinamakan
masa meiji karena sejak Matsuhito menjadi Tennoo, ia sangat gandrung akan
pembaharuan dan tidak terpengaruh dengan karakter ayahnya yang konservatif.
[4] Tennoo tidak menandatangani Perjanjian Shimoda, karena ituShogun
terpaksa menandatangani sendiri. Ini oleh Daimyo yang pro-Tennoo dan
anti-Shogun dianggap sebagai tindakan yang lancang dari Shogun. Soal ini nanti
oleh merak dianggap sebagai salah satu alasan untuk me njatuhkan Shogun.
[5] Chitra, Fernando. 1953. Sedjarah
Asia. Jogjakarta, hlm. 7-8
[6] Sartini dan Saring Arianto, “Jepang: “Habis Gelap Terbitlah Terang””, Jurnal SOSIO e-KONS, Vol. II No. 1,
Edisi Februari – April 2010, hlm. 59-67
Tidak ada komentar:
Posting Komentar