Jumat, 05 Juli 2019

JEPANG DIBUKA BANGSA ASING



            Bangsa asing pertama yang menginjakkan kaki di bumi Jepang adalah Portugis. Kedatangan bangsa Portugis ke Jepang itu, ternyata membawa pula perubahan lain pada kehidupan religius di Jepang. Sebagian orang Jepang tertarik untuk memeluk agama milik orang Portugis. Di bawah pendeta Prancis Xavier agama Kristen dibesarkan setelah tujuh tahun kedatangan bangsa Portugis di Jepang, banyak di antara orang-orang Jepang yang masuk agama baru ini termasuk para daimyo yang besar dan kecil.

            Untuk beberapa lama perkembangan agama Kristen ini dibiarkan berkembang sedemikian rupa. Namun demikian beberapa waktu ke depan, timbullah semacam kebencian terhadap penganut agama Kristen ini. kebencian ini timbul karena adanya kekhawatiran dari pihak pemerintahan Shogun kepada kesetiaan yang diberikan oleh penganut Kristen terhadap negara. Akibatnya tekanan demi tekanan dilakukan terhadap penganut Kristen dengan alasan demi keselamatan nasionalisme. Bahkan Pemerintahan Shogun mengambil sebuah kebijakan dengan melarang orang-orang Jepang yang berada di dalam negeri untuk keluar negeri dan melarang orang-orang di luar negeri untuk masuk kembali ke Jepang.
            Untuk beberapa lama, pintu Jepang tertutup bagi Barat. Sementara bangsa Barat sendiri pada waktu itu ingin melakukan hubungan dengan Jepang. Hal ini karena secara geografis Kepulauan Jepang sangat strategis sebagai persinggahan kapal-kapal dagang dari Amerika yang akan ke Cina atau kapal-kapal Rusia yang hendak meluaskan pengaruhnya ke dunia timur. Negara yang memiliki kepentingan untuk membuka pelabuhan Jepang antara lain Inggris, Rusia, dan Amerika. Namun Inggris sedang berfokus pada pembentukan imperium di Tiongkok sehingga kurang memperhatikan Jepang. Sekarang yang tinggal adalah Amerika dan Rusia. Kedua negara ini berkali-kali berupaya membuka pintu Jepang untuk perdagangannya termasuk dengan alasan hendak mengembalikan para pelaut Jepang yang terapung di Lautan Atlantik. Namun hal ini selalu gagal dan ditolak oleh Shogun.
            Akhirnya pihak Amerika membuat rencana baru yang bersifat memaksa Jepang untuk membuka pelabuhannya. Sementara Jepang sendiri menyadari bahwa mengingat posisinya yang sangat strategis, maka cepat atau lambat negeri mereka tentu akan dibuka juga oleh bangsa asing.[1]
Bangsa pertama yang mengetuk pintu Jepang ialah Rusia. Pada tahun 1792 Rusia yang telah meluaskan wilayahnya hingga ke Siberia, mengirim seorang utusannya, Adam Laxmann, ke Nemuro di Hokkaido untuk memulangkan awak kapal Jepang yang kandas di Rusia, dan untuk mengajukan nota resmi yang memohon dibukanya hubungan perdagangan antara kedua negara itu. Bakufu memberitahu utusan ini tentang kebijaksanaan pengasingan Jepang, mengatakan bahwa pembicaraan lebih lanjut harus dilakukan di Nagasaki, dan memintanya supaya pulang kembali. Setelah itu Rusia mengirim utusan ke Nagasaki, tetapi utusan ini pun diusir oleh penguasa Jepang, yang menyebabkan Rusia kemudian menggunakan kekuatan militernya untuk menyerang wilayah bagian utara Jepang. Karena itu Bakufu meletakkan Hokkaido langsung dibawah pengawasannya dan memperkuat pertahanan disana. Sementara itu seorang tentara bayaran Bakufu bernama Kondo Juso menjelajahi daerah Kuriles, dan Mamiya Rinzo membuat survai atas Karafuto (Sakhalin) dan memastikan bahwa apa yang selama ini dianggap bagian dari benua sebenarnya merupakan pulau-pulau tersendiri.
Pada tahun 1846 Amerika (Commodore Biddle) mencoba membuka perdagangan dengan Jepang, tetapi gagal. Pada tanggal 8 juli 1853, Commodore Perry, komandan dari Squadron Hindia Timur dari Amerika Serikat masuk dengan 4 buah kapal perang di Teluk Edo membawa surat dari Millard Fillmore, Presiden Amerika.Dalam surat tersebut Fillmore menyatakan bahwa Amerika Serikat ingin membuka hubungan baik dengan Jepang dan meminta perlakuan lebih baik bagi awak kapal yang kapalnya karam atau terdampar, fasilitas untuk mengisi batu bara dan perbekalan di pelabuhan-pelabuhan Jepang, dan apabila memungkinkan, izin untuk berdagang.  Perry sendiri menambahkan sepucuk surat yang secara tidak langsung menyatakan bahwa jika permintaan tersebut ditolak, ia akan kembali untuk memperoleh jawaban pada musim semi berikutnya dengan membawa kekuatan yang jauh lebih besar.  Ancaman itu membuat bakufu berjanji untuk memberi jawaban atas permintaan Amerika Serikat pada tahun berikutnya
Dalam tahun 1851 Amerika menunjuk J. H Aulick untuk membuka perhubungan dengan Jepang. Namun kemudian Aulick diganti dengan M.C Perry dengan tugas utama yaitu meminta kepada Jepang jaminan dan perlindungan bagi pelaut-pelat Amerika yang mendapatkan kecelakaan dan terdampar di laut Jepang. Selanjutnya Amerika juga menginginkan agar Jepang mau membuka pelabuhan-pelabuhan bagi kapal mereka untuk mengambil air, batu bara, dan perbekalan airnya, kemudian pembukaan pelabuhan-pelabuhan untuk perdagangannya.
            Perry bertolak dari Norfok Amerika pada tanggal 24 November 1852 menuju Jepang. Ia membawa surat dari Presiden Amerika, dan meminta segera diadakan perundingan untuk membahas isi surat tersebut. Namun demikian setelah sepuluh hari berada di laut Jepang, perundingan belum juga dapat dilaksanakan. Perry ingin berangkat meninggalkan Jepang, tapi sebelum ia menyampaikan pesan bahwa ia akan kembali setahun kemudian dengan membawa pasukan yang lebih kuat untuk menerima jawaban dari pemerintahan Shogun.
            Sebulam setelah Perry meninggalkan Jepang, datang pulalah utusan Rusia untuk menyampaikan tuntutan yang sama kepada Jepang yaitu agar Jepang mau membuka pelabuhan untuk perdagangan dan menetapkan perbatasan di pulau Sehalim dan kepulauan Kuril. (Kepulauan ini tetap menjadi sengketa antara Jepang dengan Rusia sampai detik ini bahkan mungkin untuk masa-masa berikutnya). Dan tidak beberapa lama kemudian disusul oleh Prancis yang ternyata punya minat juga terhadap Jepang. Namun sebagai catatan, bahwa sesungguhnya Rusia punya minat besar terhadap Jepang. Seandainya tidak terjadi peristiwa Napoleon di daratan Eropa, mungkin saja Rusia akan \  mendaratkan segera pasukannya di daratan Jepang.[2]
            Mengingat keaktifan yang dimainkan oleh Rusia dan Prancis di kepulauan Ryukyu, menyebabkan Perry merasa khawatir bila kedua Negara ini  mendahuluinya akan berdampak buruk terhadap Amerika. Oleh karena itu Perry beberapa bulan sesudah itu kembali lagi ke Jepang sambil membawa pasukan yang agak besar untuk menuntut pembukaan pelabuhan Jepang. Ia masuk lebih dalam ke daerah Jepang, yang membuat sebagian warga Jepang ketakutan.
            Melihat situasi yang tidak menguntungkan ini membuat pihak Shogun berfikir dua kali. Ada beberapa pertimbangan yang ada pada Shogun, yaitu :
1.      Bila ia menandatangani perjanjian dengan bangsa asing, maka lawan-lawan politiknya akan berusaha untuk memanfaatkan kebijakan ini sebagai isyu politik untuk meruntuhkan kekuasaannya (lawan politik dari Shogun ini adalah keluarga Satsuma dan Chosu).
2.      Jika tidak ditandatangi perjanjian dengan bangsa asing untuk membua negerinya, maka ia yakin bahwa negeri Jepang tidak akan mampu untuk mempertahankan diri dari serangan senjata asing yang memang lebih canggih disbanding dengan  yang dimiliki Jepang.
3.      Terdapat suatu pendapt yang menyatakan bahwa kedudukan Shogun tidak sah. Kekuasaan yang kini dimiliki oleh Shogun itu pada intinya menurut pendapat adalahhasil rampasan dari kekuasaan yang dimiliki oleh kaisar.
Shogun kemudian mengambil keputusan yang termudah yaitu membuka dan memberi kemudahan kepada pihak asing untuk membuka pelabuhan Jepang. Sebagai konsekwensi dari tindakan Shogun ini adalah dia juga harus meluluskan permintaan Negara Barat lainnya, di samping ia harus dicerca oleh kelompok-kelompok penentangnya.
Ketika keluarga Satsuma dengan keluarga Shogun telah berdamai dan memihak untuk memberi kesempatan kepada pihak asing berdagang di Eropa, Shogun berhasrat untuk memberangus keluarga Choshu. Akibatnya pihak keluarga Choshu meminta bala bantuan kepada keluarga Satsuma. Dalam sebuah pertempuran akhirnya keluarga Shogun berhasil dikalahkan. Sementara Inggris yang telah melihat kemerosotan kekuasaan Shogun dan perlakuannya selama berhubungan diplomatic dengan Inggris akhirnya bangsa ini secara diam-diam menunjukkan dukungannya kepada tindakan kedua keluarga ini (Keluarga Satsuma dan Keluarga Shogun) dan berjanji akan bersikap netral kepada Daimyo-Daimyo dari Satsuma dan Choshu.
Sejak kekalahannya Shogun terhadap Keluarga Satsuma dan Keluarga Chishu, Shogun Yoshinabu Tokugawa (Shogun terakhir dari Takugawa) harus meletakkan kekuasaanya kembali kepada Tennoo. Sejak saat itu tepatnya pada 25 Januari 1968, dimulailah masa baru di Jepang di bawah kepimpinan Tennoo yang dikenal juga dengan masa Meiji atau Restorasi Meiji.[3]
Berdasarkan Perjanjian Shimoda (30 Maret 1854), Jepang dibuka oleh Commodere Perry, yang disebabkan oleh :
1.    Pemerintahan Bakufu berpegang pada politik isolasi, karena takut bahwa dengan masuknya pedagang-pedagang asing itu akan ikut masuk juga imperialisme asing.
2.    Pada tahun 1842 Tiongkok telah dibuka untuk bangsa asing oleh Inggris (Perang Tjandu, treaty sport). Kemudian Tiongkok habis dibagi dalam daerah-daerah pengaruh antara Inggris, Prancis, Rusia. Setelah Tiongkok habis terbagi, tinggal Jepang saja yang belum disinggung-singgung.
3.    USA membutuhkan tempat istirahat di tengah jalan pelayaran antara pantai barat USA dan Tiongkok. Dan kebetulan Jepang itu tidak hanya merupakan tempat istirahat yang baik saja, tetapi juga yang mengandunng kemungkinan-kemungkinan perdagangan teh dan sutra yang sangat menguntungkan.
4.    Kepulauan Jepang merupakan batu loncatan ke Tiongkok yang baik.
Pada tahun 1853 Commodore Perry masuk dengan 4 buah kapal perang di Teluk Yedo (Yokohama) dan mengancam Jepang supaya membuka pelabuhannya  untuk bangsa asing. Shogun (Iyesada: 1853-1858) minta diberi waktu untuk merundingkannya dengan kaisarnya (Komei Tennoo: 1847-1867). Perry pergi dan kembali lagi pada tahun 1854 dengan 7 buah kapal perang, Shogun tidak dapat lain daripada menandatangani Perjanjian Shimoda  yang menetapkan bahwa pelabuhan-pelabuhan Shimoda dan Hakodate dibuka untuk bangsa asing.[4]
Pada tahun 1858 (Townsend Harris Agreement) pelabuhan-pelabuhan Yokohama, Nagasaki, Kobe, Tokyo, Osaka, Niigata dibuka juga. Dengan ini terbukalah Jepang lebar-lebar untuk bangsa asing dan berakhirlah politik isolasinya.
Akibat pembukaan Jepang bagi bangsa asing ini ialah :
1.        Meluapnya perasaan anti-Shogun. Shogun dianggap lemah dan menjual tanah airnya kepada bangsa asing.
2.        Memperkuat gerakan pro-Tennoo, Komei Tennoo yang menolak untuk menandatangani Perjaanjian Shimoda dianggapnya orang kuat. Shogun harus mengembalikan kekuatannya kepada Tennoo.
3.        Pemberontakan Satsuma dan Choshu (1863). Keluarga Satsuma dan Choshu adalah keluarga yang paling antii-Shogun. Tindakan Shogun itu (membuka Jepang) dianggapnya sebagai penghinaan. Karena itu mereka membunuh bangsa-bangsa asing dan menyerang angkatan laut USA di pelabuhan Shimonoseki, Inggris, USA, Prancis, Belanda kemudian menjelang dan menduduki Shimonoseki. Satsuma dan Choshu menyerah dan insyaflah mereka, bahwa bangsa asing tidak dapat ditolak dengan senjata Jepang yang masih jauh terbelakang terhadap barat itu.
4.        Meizi-Restorasi (pengembalian kekuatan Tennoo kepada Meizi Tenno). Setelah insyaf bahwa bangsa barat tidak mungkin ditolak dengan kekuatan senjata, maka Jepang memilih jalan yang sangat bijaksana dan menghindarkan diri dari penjajahan bangsa barat.[5]
Karena mantapnya kepribadian Jepang, maka Jepang berusaha mengejar ketinggalan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi dari dunia Eropa. Jepang tidak pernah Khawatir akan kehilangannya. Keyakinan dan kepercayaan pada kepribadian yang begitu besar, sehingga Jepang mampu melakukan westernisasi. Dengan sadar dan terang-terangn tanpa takut  westernisasi akan menggoyahkan kepribadian masyarakat Jepang. Mungkin jika Jepang sebelumnya tidak mengalami masa isolasi begitu lama yang memungkinkan terjadinya kemantapan dalam pembentukan sikapnya, maka belum tentu kepribadian Jepang menjadi begitu kokoh untuk bertahan dalam proses westernisasi. Sikap Jepang yang menonjol adalah peranan kelompok dalam kehidupan masyarakat, akan tetapi Jepang wujudnya lebih nyata dan kuat.[6]
Pada zaman modern ditandai dengan adanya kedatangan seorang Komodor AS Mattew Perry tahun 1854 untuk memaksa dibukanya Jepang kepada Barat melalui persetujuan Kanagawa. Para samurai menganggap bahwa ini menunjukkan lemahnya keshogunan dan mengadakan pemberontakan yang berujung pada perang Boshin pada tahun 1867-1868. Pihak keshogunan akhirnya  mundur dan Restorasi Meiji mengembangkan  kekuasaan kepada Kaisar, awal abad ke-20 mulailah Jepang mengadakan Nasionalisme Jepang dan Demokrasi Taisho. Pada tahun 1936 Jepang menandatangani Pakta Anti Komintren dan bergabung dengan Jerman dan Itali membentuk suatu Aliansi Axis.[7]
Kejayaan bangsa Jepang dimulai pada pemerintahan zaman Tokugawa tahun 1603-1867 dan masa Restorasi Meiji tahun 1868 dimana pada masa Shogun Takugawa bangsa Jepang menjalankan politik isolasi (politik menutup diri dari dunia luar) yang menyebabkan Jepang tidak ada berhubungan dengan bangsa luar.
Jepang pernah memberlakukan proteksionisme sampai tahun 1868. Periode ini kita kenal dengan Periode Edo dalam rentang tahun 1600–1868. Dalam periode ini, orang asing dilarang masuk dan orang pribumi sendiri dilarang meninggalkan Jepang.
Dalam masa isolasi ini, justru menjadi masa-masa munculnya kebudayaan asli Jepang: Kabuki, Geisha, dan semacamnya. Dalam masa ini, pengaruh asing (terutama Barat) belum banyak masuk ke Jepang. Baru pada saat Periode Meiji (restorasi Meiji) dalam rentang tahun 1868–1912, Jepang membuka diri terhadap dunia luar dan pengaruh Barat mulai banyak berdatangan.

Terbukanya bangsa jepang bagi bangsa asing menyadarkan bangsa Jepang akan ketertinggalannya dari bangsa-bangsa luar. Untuk mengejar ketertinggalannya tersebut Jepang melaksanakan modernisasi dengan cara antara lain :
1.      Di bidang pemerintahan : Sistem pemerintahan diatur secara barat dengan menggunakan sistem Monarkhi Parlementer. Pada tanggal 11 Februari 1890 UUD Jepang disahkan oleh kaisar sementara pemerintahan daimyo dihapuskan.
2.      Di bidang angkatann perang : Angkatan darat dipegang oleh keluarga Chosu dan meniru sistem angkatan darat Jerman. Sedangkan angkatan laut dipegang oleh keluarga Satsuma dan meniru sistem angkatan laut Inggris. Menteri pertahanan bertanggungjawab langsung kepada kaisar karena itu tercipta gunbatsu (pemerintahan diktator militer).
3.      Di bidang Industri : Yang dilakukan adalah dengan mengirim tenaga-tenaga yang potensial untuk belajar teknologi industri di Eropa. Selain itu juga berhasil mendatangkan mesin-mesin modern Inggris yang biayanya didapat dari hasil penjualan teh dan kain sutra.
4.      Di bidang Pendidikan : Yang dilakukan adalah menerapkan sisitem wajib belajar untuk anak-anak berusia 6 tahun. Selain itu juga mengirm pelajar-pelajar ke Eropa untuk memperdalam Ilmu pengetahuan dan teknologi.
(akan dibahas lebih mendalam pada resume pertemuan minggu depan)



Daftar Pustaka
Bustamam. 2011. Sejarah Asia Timur.Padanng: UNP Press.
Chitra, Fernando. 1953. Sedjarah Asia. Jogjakarta.
Sartini dan Saring Arianto, “Jepang: “Habis Gelap Terbitlah Terang””, Jurnal SOSIO e-KONS, Vol. II No. 1, Edisi Februari – April 2010, hlm. 59-67.






[1] Bustamam. 2011. Sejarah Asia Timur.Padanng: UNP Press hlm. 55
[2] Bustamam. Op., cit.,  hlm. 55-56.
[3]Meiji artinya yang berfikiran cerah. Dinamakan masa meiji karena sejak Matsuhito menjadi Tennoo, ia sangat gandrung akan pembaharuan dan tidak terpengaruh dengan karakter ayahnya yang konservatif.
[4] Tennoo tidak menandatangani Perjanjian Shimoda, karena ituShogun terpaksa menandatangani sendiri. Ini oleh Daimyo yang pro-Tennoo dan anti-Shogun dianggap sebagai tindakan yang lancang dari Shogun. Soal ini nanti oleh merak dianggap sebagai salah satu alasan untuk me njatuhkan Shogun.
[5] Chitra, Fernando. 1953. Sedjarah Asia. Jogjakarta, hlm. 7-8
[6] Sartini dan Saring Arianto, “Jepang: “Habis Gelap Terbitlah Terang””, Jurnal SOSIO e-KONS, Vol. II No. 1, Edisi Februari – April 2010, hlm. 59-67

[7] http/Wikipedia/Jepang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

CATATAN AKHIR TAHUN 2020

 31 desember 2020 pukul 18.09 aku memulai tulisan ini. sudah lama aku tak menulis. Kesenanganku satu ini terenggut oleh rutinitas pekerjaan....