Jepang adalah suatu negara kepulauan
dengan pulau besar dan kecil. Bentuk geografis Jepang memanjang lebih dari
3.500 KM ke arah Timur Laut dan berada antara 24º LU - 45º LS. Luas dataran
seluruhnya berjumlah 364.504 KM² adalah pulau kecil secara bersama sedangkan
pulau besar ada 4 pulau dari selatan ke Utara terdiri dari pulau :
1. Kyushu
seluas 36.659 KM²
2. Shikoku
seluas 17.760 KM²
3. Honshu
seluas 288.000 KM²
4. Hokkaido
seluas 77.889 KM²
Pulau
Kyushu merupakan pintu gerbang bagi masuknya pengaruh dari bangsa-bangsa Asia
lainnya dan pada abd 16 telah berani mengadakan hubungan dengan Eropa. Formusa
diserahkan oleh Cina kepada Jepang pada tahun 1895, disamping itu Jepang
menguasai semenanjung Korea (Chosen). Walaupun Jepang terdiri dari beribu-ribu
pulau, tetapi kenyataan sejarah Jepang merupakan suatu kesatuan kepulauan yang
kuat.
Jepang
adalah bangsa Ainu, dimana banngsa Ainu berasal dari ras Kaukasia, Pounesia,
Melanesia, Ras Mongol (Korea) dan Siberia. Boleh dikatan asal bangsa Jepang
berasal dari lima sumber dalam perkembangan sejarah ia telah menjadi satu
bangsa yang homogen. Jepang berkembang berbeda sama sekali dengan bangsa yang
menjadi sumbernya baik mereka di Asia Tenggara maupun di daratan Asia dan tidak
sebagai orang Eropa atau Barat.
Sejarah Jepang dimulai pada periode
zaman yang ditandai oleh pembuatan pot atau kuali (pottery) dan dilanjutkan periode Yayoi pada abad ke 300 SM, yang
memperkenalkan penanaman padi dengan irigasi, maka kita melihat terbentuknya
Kerajaan Yamato. Menurut mitos, Kepulauan Jepang berasal dari Dewa Izonomi dan
Dewi Izanagi serta dewa-dewa Takamahakara yaitu yang terpenting adalah
Amateratsu (Dewi Matahari) dan kakaknya Susano Onomikoto (Dewa Topan) dalam
perkembangan negara Jepang dan bangsa memasukkan pengaruh dari Cina abad ke-5
seperti: tulisan, dan huruf Cina (kanji), ilmu konfusius, kalender, teknik
irigasi, dan agama Budha. Sebelum masuknya agama Budha ke Jepang, Jepang sudah
mempunyai kepercayaan tersendiri yaitu Shinto (jalannya dwwa-dewa berpusat pad
penghormatan kepada Dewa nenek moyang), seperti: Dewi Matahari (Amateratsu
Amikami). (Suryohadiprojo, 1987:10)[1]
“Sebelum tahun 1867, Tennoo (Kaisar)
tidak memegang pemerintahan sendiri, ia tetap tinggal sebagai dewa di dalam
istananja di Kyoto. Pemerintahan negara diserahkan kepada seorang Shogun jang
menentukan segala-galanja dan merupakan kekuasaan jang tertinggi di dalam
negeri. Tiap daerah diperintahkan oleh seorang Daimyo (bangsawan) jang
memelihara tentara sendiri-sendiri. Kaum militer ini disebut Samurai.
Pemerintahan sematjam itu di Djepang disebut Pemerintahan Bakufu. Pemerintahan Bakufu
di Djepang mulai tahun 1186 dan berakhir tahun 1867 dengan naik tahta Kaisar
Matsuhito (Meizi Tenno. 1867-1912).”[2]
Berdasarkan Perjanjian Shimoda (30 Maret 1854), Jepang dibuka oleh Commodere Perry, yang disebabkan oleh :
1. Pemerintahan
Bakufu berpegang pada politik isolasi, karena takut bahwa dengan masuknya
pedagang-pedagang asing itu akan ikut masuk juga imperialisme asing.
2. Pada
tahun 1842 Tiongkok telah dibuka untuk bangsa asing oleh Inggris (Perang
Tjandu, treaty sport). Kemudian Tiongkok habis dibagi dalam daerah-daerah
pengaruh antara Inggris, Prancis, Rusia. Setelah Tiongkok habis terbagi,
tinggal Jepang saja yang belum disinggung-singgung.
3. USA
membutuhkan tempat istirahat di tengah jalan pelayaran antara pantai barat USA
dan Tiongkok. Dan kebetulan Jepang itu tidak hanya merupakan tempat istirahat
yang baik saja, tetapi juga yang mengandunng kemungkinan-kemungkinan
perdagangan teh dan sutra yang sangat menguntungkan.
4. Kepulauan
Jepang merupakan batu loncatan ke Tiongkok yang baik.
Pada
tahun 1853 Commodore Perry masuk
dengan 4 buah kapal perang di Teluk Yedo (Yokohama) dan mengancam Jepang supaya
membuka pelabuhannya untuk bangsa asing.
Shogun (Iyesada: 1853-1858) minta diberi waktu untuk merundingkannya dengan
kaisarnya (Komei Tennoo: 1847-1867). Perry pergi dan kembali lagi pada tahun
1854 dengan 7 buah kapal perang, Shogun tidak dapat lain daripada
menandatangani Perjanjian Shimoda yang menetapkan bahwa pelabuhan-pelabuhan
Shimoda dan Hakodate dibuka untuk bangsa asing.[3]
Pada
tahun 1858 (Townsend Harris Agreement) pelabuhan-pelabuhan Yokohama, Nagasaki,
Kobe, Tokyo, Osaka, Niigata dibuka juga. Dengan ini terbukalah Jepang
lebar-lebar untuk bangsa asing dan berakhirlah politik isolasinya.
Akibat
pembukaan Jepang bagi bangsa asing ini ialah :
1.
Meluapnya perasaan
anti-Shogun. Shogun dianggap lemah dan menjual tanah airnya kepada bangsa
asing.
2.
Memperkuat gerakan
pro-Tennoo, Komei Tennoo yang menolak untuk menandatangani Perjaanjian Shimoda
dianggapnya orang kuat. Shogun harus mengembalikan kekuatannya kepada Tennoo.
3.
Pemberontakan Satsuma
dan Choshu (1863). Keluarga Satsuma dan Choshu adalah keluarga yang paling
antii-Shogun. Tindakan Shogun itu (membuka Jepang) dianggapnya sebagai
penghinaan. Karena itu mereka membunuh bangsa-bangsa asing dan menyerang
angkatan laut USA di pelabuhan Shimonoseki, Inggris, USA, Prancis, Belanda
kemudian menjelang dan menduduki Shimonoseki. Satsuma dan Choshu menyerah dan
insyaflah mereka, bahwa bangsa asing tidak dapat ditolak dengan senjata Jepang
yang masih jauh terbelakang terhadap barat itu.
4.
Meizi-Restorasi
(pengembalian kekuatan Tennoo kepada Meizi Tenno).
Setelah insyaf bahwa bangsa barat tidak mungkin ditolak dengan kekuatan
senjata, maka Jepang memilih jalan yang sangat bijaksana dan menghindarkan diri
dari penjajahan bangsa barat.
Meizi-Restorasi
terjadi pada tahun 14 Desember 1867, yang disebabkan oleh :
1.
Berkembangnya kembali
Shintoisme.
Shinto
yang pertama kali timbul pada tahun 885 dibawah pemerintahan Yomei Tennoe, mula-mula
hanya untuk membeda-bedakan pemerintahan agama asli Jepang dari Tiongkok pada
tahun 552. Shinto ini mengajarkan, bahwa Tennoe adalah turunan Dewa Ameterasu
dan merupakan pusat pemerintahan yang bersifat kedewaan yang abadi. Karena itu
keselamatan negara hanya tergantung pada Tennoo. Karena itu juga pemerintah
Jepang harus diambil dari tangan Shogun dan dikembalikan kepada Tennoo, sebab
pemerintah Bakufu merupakan pelanggaran jiwa Shinto.[4]
2.
Permusuhan antara
keluarga Tokugawa (Shogun) dan keluarga Satsuma, Choshu, Hizen, Tosa
Keluarga
Tokugawa sejak dahulu (1603) memegang jabatan Shogun yang pada hakekatnya
memegang pemerintahan Jepang. Tennoo oleh keluarga Tokugawa diasingkan sebagai
dewa di Kyoto. Kedudukan yang sangat tinggi dari Tokugawa ini menimbulkan iri
hati beberapa daimyo a.l yang terbesar ialah : Satsuma, Chosu, Hizen, Toso,
yang karena anti-Tokugawa memihak Tennoo. Jika mereka berhasil menjunjung
Tennoo kembali, mereka tentu akan mendapat kedudukan yang istimewa. Dan ini
betul terlaksana. Menteri-menteri dari Meizi Tennoo (lebih-lebih kalangan
militer) adalah keturunan Satsuma atau
(terkenal dengan nama sat-Cho).
3.
Pembukaan Jepang untuk
bangsa asing oleh Tokugawa Shogun
Pemberontakan
Satsuma dan Choshu (1863) pada hakekatnya tidak seperti apa yang mereka katakan
ialah karena Shogun lemah terhadap bangsa asing; tetapi karena pembukaan ini
tidak menguntungkan mereka. Dengan pembukaan itu pedagang teh, sutera, sangat
meningkat hingga mengakibatkan timbulnya golongan baru yang kaya-raya (golongan
Zeibatsu) yang makin lama makin kaya, padahal golongan samurai (yang tidak
punya apa-apa kecuali kepandaian berperang) seperti Satsuma dan Choshu tidak dapat kenikmatan dari
pembukaan Jepang untuk bangsa asing itu. Pembukaan Jepang dijadikan kedok untuk
menghantam kedukaan Shogun dan
mengembalikan Tennoo yang lebih bermanfaat bagi kedudukan mereka dari pada
pembukaan Jepang saja. Pada hakekatnya mereka tidak anti-pembukaan asal saja mempunyai
kedudukan yang enak. Pemberontakan mereka itu hanya merupakan semata-mata
letusan perasaan yang tidak puas dan bukan tindakan prinsipil.
Pada
tahun 1867 waktu keadaan antara Tennoo (dan Satsuma, Chosho) dan Shogun (Yoshinobu:1866
– 1867) menjadi tegang sekali, bangsa asing (Inggris, Prancis) hendak ikut
campur tangan utuk melemahkan Jepang dengan mengobarkan perang saudara (devide
et inpera). Inggris ingin membantu Tennoo dan Prancis Shogun. Tetapi baik
Tennoo maupun Shogun menolaknya. “tidak aka ada perang saudara di Nippon!” kata
Yoshinobu dengan tegas. Pada tanggal 16 november 1867 Yoshinobu menyerahkan
kekuasaannyakepada Tennoo. Pada tanggal 14 Desember Maizi Tennoo memegang
tampuk pemerintahan Jepang dan membuka zaman baru yang gilang gemilang bagi Jepang.
Maizi
Tennoo (Matsuhito: 1867 – 1912) memindahkan ibukota dari Kyoto ke Tokyo (1868).
Berdasarkan Shintoisme diciptakannya bendera kebangsaan Jepang yang bernama
Hinamaru (bedasarkan atas Ameterasu sebagai Dewa Matahari) dan lagu kebangsaann
Kimigayo (bedasarkan atas keabadian tennoo sebagai dewa). Shintoisme di
resmikan sebagai agama negara. Ini semua untuk menjamin kekokohan kebangsaan Jepang
yang akan dijadikan dasar moderenisasi Jepang yang nanti akan di jalankan.
Setelah itu Meizi Tennoo mengeluarkan proklamasinya yang terkenal pada tanggal
6 april 1868.
Dengan
ini maka Meizi Restorasi besar sekali artinya bagi Jepang, ialah: perrkembangan
besar – besaran hingga jepang mejelma dari negara kolot menjadi negara modern,
dari negara kecil menjadi negara besar yang sangat ditakuti oleh dunia. Dan perubahan
ini sebegitu cepatnya sehingga mengagumkan dunia.[5]
Pembangunan
besar – besaran secara modern di Jepang sebagai akibat restorasi meizi meliputi
:
1. Pemerintahaan
Tennoo menjadi kepala negara. Feodalisme
dihapuskan. Daimyo – Daimyo dijadikan pegawai negri (Han-Chiji) dan tanah-tanah
yang mereka kuasai diserahkan kepada Tennoo. Pemerintahaan di atur secara barat
dengan kabinet dan parlemen. Pada tanggal 11 januari 1890 UUD di sahkan oleh Tennoo.
2. Angkatan
Perang
Angkatan perang dibangun secara modern,
angkatan darat (dipegang oleh keluarga Choshu) secara Jerman dan angkatan laut (dipegang oleh
keluarga Satsuma) secara Inggris. Tiap warga negara yang berumur 20 tahun harus
mengikuti latihan militer dan setelah itu untuk praktek dikirim beberapa lama
ketempat-tempat yang berbahaya. Kementrian Pertahanan tidak bertanggung jawab
kepada parlemen, tetapi kepada Tennoo. Dengan ini kementrian pertahanan sangat
kuat kedudukannya dan akhirnya menjelma menjadi Gunbatsu ( pemerintahan
diktator – militer). Tidak ada seorangpu
yang berani menentang Gunbatsu. Separuh dari anggaran belanja negara di
ambil oleh Gunbatsu untuk memperkuat angkatan perang Jepang. Negara Jepang
akhirnya merupakan suatu benteng tentara yang besar dan kuat.
3. Industri
Mula-mula Jepang bekerja keras untuk
menambah produksi teh dan sutra yang sangat kaku di luar negeri, untuk
mendapatkan defisen di luar negeri yang cukup banyak untuk dapat membeli mesin-mesin
modern yang dibutuhkan bagi modernisasi perusahaan teh, sutra, pertanian dan
kemudian industri.
4. Pendidikan
Meizi Restorasi menimbulkan pendidikan
baru secara barat. Banyak pelajar di kirim keluar negeri untuk menyempurnakan
ilmu pengetahuan peradaban barat. Sekembalinya di Jepang mereka terus
ditugaskan dalam pembangunan dan modernisasi negara.
Nasionalisme Jepang
Di Jepang jauh
sebelum masa restorasi , pihak Shogun berusaha agar pihak-pihak yang berusaha
memenangkan perang saudara diberi semacam hadiah berupa tanah-tanah dengan
maksud agar mereka tidak berontak kepada kebijakan Shogun. Pada tanah itu
mereka diberi kebebasan untuk memanfaatkannya dengan catatan mereka harus
memberikan semacam upeti atau semacam sewaan kepada Shogun. Mereka yang telah
mendapatkan tanah ini, kemudian menjadi tuan tanah feodal yang disebut Daimyo.
Para Daimyo ini bertingkat-tingkat pula dan masing-masing mereka punya hak penuh terhadap tanah mereka. Setiap
Daimyo mempunyai prajurit yang terdiri atas para samurai dan ia mempunyai
bawahan yang mengelola tanah lebih kecil yang jjuga disebut Daimyo. Dengan yang
lebih kecil ini kemudian menyerahkan sewanya kepada Daimyo yang lebih tinggi.
Sementara Daimyo yang paling tinggi akan menyerahkan pengelolaan tanahnya
kepada petani-petani penggarap untuk disewakan. Kebiasaan ini terus terus
berlanjut untuk sekian tahun lamanya, sehingga ini akan berpengaruh kepada
Jepang terutama pada saat permulaan Restorasi.
Daimyo-Daimyo ini terdiri dari para
keluarga dekat Shogun atau para pahlawan pemenang pernag, sementara samurai
lebih suka untuk mengabdikan dirinya pada tuan tanah atau daimyo. Kesetiaan
mereka sudah tidak diragukan lagi, demikian pula kecintaan mereka kepada setiap
atasan Daimyonya. Bahkan untuk menunjukkan kesetiannya kalu ada diantara
Daimyonya meninggal, seorang samurai lantas melakukan harakiri (membunuh diri sendiri dengan cara
merobek perut dengan menggunakan pedang samurai). Hal ini tentu tidak akan
terjadi bila semangat Busido (semangat berani mati) tidak mewarnai alam pikiran
para ksatria Jepang tersebut. Bagi para pahlawan perang yang nakal-nakal dan
selalu menentang shogun biasanya mereka disingkirkan baik secara halus maupun
dengan cara kasar.[6]
Bersama dengan modernisasi angkatan
perang ditimbulkan kembali semangat Bushido sebagai dasar jiwa ketentaraan.
Prajurit Jepang harus memegang teguh ajaran Bushido, artinya ialah :
menginsyafi kedudukan masing-masing di dalam hidup ini; mempertinggi derajat
kecakapan diri sendiri di dalam lingkungan kedudukan itu; melatih dirinya lahir
batin untuk menyempurnakan kecakapannya dalam ketentraman; memegang teguh
disiplin; menjunjung tinggi kehormatan bangsa dan tanah air (Tennoo) sampai
tiitk darah yang terakhir. Bushido inilah yang memberi kekuatan lahir batin
yang tak terhingga kepada tentara Jepang pada khususnya dan rakyat Jepang pada
umumnya.
Bukti semangat Bushido pada
masyarakat Jepang terlihat pada :
1. Dalam
perang Jepang – Rusia 1905 sisa-sisa sebuah batalyon diasingkan sebagai
pengecut karena semua opsirnya gugur tetapi anak buahnya tidak semua mengikuti
jejak opsirnya itu. Mereka tidak semua ikut mati. Sisanya kemudian ingin
“hara-kiri” semua, tetapi tidak diizinkan oleh Jenderal Nogi. Kemudian mereka
ingin menggabungkan diri pada divisi yang dipimpin oleh Jenderal Nogi sendiri
untuk menebus dosanya. Mereka ditolak, karena Nogi tidak mau divisinya dikotori
oleh mereka. Akhirnya mereka harus Berjibaku di muka mata Nogi terhadap
benteng-benteng Rusia di Port Arthur.
2. Dalam
Perang Dunia II tentara modern USA menghadapi Bushido Jepang. Di Iwojima semua
tentara Jepang gugur, tetapi USA juga kehilangan 55000 orang tentaranya yang
terbaik. Iwojima masih saja merupakan kenangan yang ngeri bagi USA.
3. Setelah
Jepang menyerah, Tennoo tunduk kepada tuntutan demokrasi Mac Arthur. Jepang
tunduk karena Tennoo tunduk. Setelah Jepang terlepas dari kekangan USA
(Perjanjian san Fransisco) Tennoo kembali pada kedudukannya dalam Shintoisme,
Jepang kembali pada Ko-do (jalan Tennoo). Tunduk dan disiplin terhadap Tennoo
adalah ajaran dari Bushido.[7]
Awal
abad ke-20 Jepang mengadakan Nasionalisme Jepang dan menanda tangani pakta Anti
Komitren dan bergabung dengan Jerman dan Italy untuk suatu aliansi Axis. Tahun
1973 Jepang menginvansi Manchuria dan terjadi perang Tiongkok – Jepang. Tahun
1941 Jepang menyerang pangkalan angkatan laut AS di Pearl Harbour dan membawa
Jepang memasuki kancah Perang Dunia II dan Amerika mulai melakukan pengeboman
strategis terhadap Tokyo terhadap kota Hirosima dan Nagasaki dan akhirnya
Jepang mengalami kekalahan dan menyerah kepada pihak sekutu pada Agustus 1945.[8]
Daftar Pustaka
Chitra, Fernando. 1953. Sedjarah Asia. Jogjakarta
Bustamam. 2011. Sejarah Asia Timur.Padanng: UNP Press
Sartini dan Saring Arianto, “Jepang: “Habis
Gelap Terbitlah Terang””, Jurnal SOSIO
e-KONS, Vol. II No. 1, Edisi Februari – April 2010, hlm. 59-67
[1] Sartini dan Saring Arianto, “Jepang: “Habis Gelap Terbitlah Terang””, Jurnal SOSIO e-KONS, Vol. II No. 1,
Edisi Februari – April 2010, hlm. 59.
[2] Chitra, Fernando. 1953. Sedjarah
Asia. Jogjakarta. Hlm.7.
[3] Tennoo tidak menandatangani Perjanjian Shimoda, karena ituShogun
terpaksa menandatangani sendiri. Ini oleh Daimyo yang pro-Tennoo dan
anti-Shogun dianggap sebagai tindakan yang lancang dari Shogun. Soal ini nanti oleh
merak dianggap sebagai salah satu alasan untuk me njatuhkan Shogun.
[4] Setelah Meizi-restorasi 1867 maka Shinto ini dijadikan agama negara.
Tiap penduduk harus tunduk kepada Shintoisme ini. Shintoisme adalah jiwa Jepang
yang berpusat pada Tennoo sebagai pusat kekuasaan dan hidup nasional bangsa
Jepang. Tiap orang Jepang harus tunduk tanpa syarat apapun juga kepada Tennoo
dan inilah yang menjamin persatuan nasional bangsa Jepang yang merupakan
kekuatan luar biasa untuk mencapai barang sesuatu.
[5] Sebelum pembukaan jepang oleh commodore perry tahun 1854 dan meizi
restorsi tahun 1867, negara jepang tidak rapat – rapat tertutup dari dunia
luar.
[6] Bustamam. 2011. Sejarah Asia
Timur.Padanng: UNP Press
[7] Chitra, Fernando, Op.cit, hlm.12
[8] Sartini dan Saring Arianto, op.cit., hlm. 61.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar