Jumat, 05 Juli 2019

SEJARAH KUNO JEPANG



            Jepang adalah suatu negara kepulauan dengan pulau besar dan kecil. Bentuk geografis Jepang memanjang lebih dari 3.500 KM ke arah Timur Laut dan berada antara 24º LU - 45º LS. Luas dataran seluruhnya berjumlah 364.504 KM² adalah pulau kecil secara bersama sedangkan pulau besar ada 4 pulau dari selatan ke Utara terdiri dari pulau :
1.    Kyushu seluas 36.659 KM²
2.    Shikoku seluas 17.760 KM²
3.    Honshu seluas 288.000 KM²
4.    Hokkaido seluas 77.889 KM²

Pulau Kyushu merupakan pintu gerbang bagi masuknya pengaruh dari bangsa-bangsa Asia lainnya dan pada abd 16 telah berani mengadakan hubungan dengan Eropa. Formusa diserahkan oleh Cina kepada Jepang pada tahun 1895, disamping itu Jepang menguasai semenanjung Korea (Chosen). Walaupun Jepang terdiri dari beribu-ribu pulau, tetapi kenyataan sejarah Jepang merupakan suatu kesatuan kepulauan yang kuat.
Jepang adalah bangsa Ainu, dimana banngsa Ainu berasal dari ras Kaukasia, Pounesia, Melanesia, Ras Mongol (Korea) dan Siberia. Boleh dikatan asal bangsa Jepang berasal dari lima sumber dalam perkembangan sejarah ia telah menjadi satu bangsa yang homogen. Jepang berkembang berbeda sama sekali dengan bangsa yang menjadi sumbernya baik mereka di Asia Tenggara maupun di daratan Asia dan tidak sebagai orang Eropa atau Barat.
Sejarah Jepang dimulai pada periode zaman yang ditandai oleh pembuatan pot atau kuali (pottery) dan dilanjutkan periode Yayoi pada abad ke 300 SM, yang memperkenalkan penanaman padi dengan irigasi, maka kita melihat terbentuknya Kerajaan Yamato. Menurut mitos, Kepulauan Jepang berasal dari Dewa Izonomi dan Dewi Izanagi serta dewa-dewa Takamahakara yaitu yang terpenting adalah Amateratsu (Dewi Matahari) dan kakaknya Susano Onomikoto (Dewa Topan) dalam perkembangan negara Jepang dan bangsa memasukkan pengaruh dari Cina abad ke-5 seperti: tulisan, dan huruf Cina (kanji), ilmu konfusius, kalender, teknik irigasi, dan agama Budha. Sebelum masuknya agama Budha ke Jepang, Jepang sudah mempunyai kepercayaan tersendiri yaitu Shinto (jalannya dwwa-dewa berpusat pad penghormatan kepada Dewa nenek moyang), seperti: Dewi Matahari (Amateratsu Amikami). (Suryohadiprojo, 1987:10)[1]
            “Sebelum tahun 1867, Tennoo (Kaisar) tidak memegang pemerintahan sendiri, ia tetap tinggal sebagai dewa di dalam istananja di Kyoto. Pemerintahan negara diserahkan kepada seorang Shogun jang menentukan segala-galanja dan merupakan kekuasaan jang tertinggi di dalam negeri. Tiap daerah diperintahkan oleh seorang Daimyo (bangsawan) jang memelihara tentara sendiri-sendiri. Kaum militer ini disebut Samurai. Pemerintahan sematjam itu di Djepang disebut Pemerintahan Bakufu. Pemerintahan Bakufu di Djepang mulai tahun 1186 dan berakhir tahun 1867 dengan naik tahta Kaisar Matsuhito (Meizi Tenno. 1867-1912).”[2]
            Berdasarkan Perjanjian Shimoda (30 Maret 1854), Jepang dibuka oleh Commodere Perry, yang disebabkan oleh :
1.    Pemerintahan Bakufu berpegang pada politik isolasi, karena takut bahwa dengan masuknya pedagang-pedagang asing itu akan ikut masuk juga imperialisme asing.
2.    Pada tahun 1842 Tiongkok telah dibuka untuk bangsa asing oleh Inggris (Perang Tjandu, treaty sport). Kemudian Tiongkok habis dibagi dalam daerah-daerah pengaruh antara Inggris, Prancis, Rusia. Setelah Tiongkok habis terbagi, tinggal Jepang saja yang belum disinggung-singgung.
3.    USA membutuhkan tempat istirahat di tengah jalan pelayaran antara pantai barat USA dan Tiongkok. Dan kebetulan Jepang itu tidak hanya merupakan tempat istirahat yang baik saja, tetapi juga yang mengandunng kemungkinan-kemungkinan perdagangan teh dan sutra yang sangat menguntungkan.
4.    Kepulauan Jepang merupakan batu loncatan ke Tiongkok yang baik.
Pada tahun 1853 Commodore Perry masuk dengan 4 buah kapal perang di Teluk Yedo (Yokohama) dan mengancam Jepang supaya membuka pelabuhannya  untuk bangsa asing. Shogun (Iyesada: 1853-1858) minta diberi waktu untuk merundingkannya dengan kaisarnya (Komei Tennoo: 1847-1867). Perry pergi dan kembali lagi pada tahun 1854 dengan 7 buah kapal perang, Shogun tidak dapat lain daripada menandatangani Perjanjian Shimoda  yang menetapkan bahwa pelabuhan-pelabuhan Shimoda dan Hakodate dibuka untuk bangsa asing.[3]
Pada tahun 1858 (Townsend Harris Agreement) pelabuhan-pelabuhan Yokohama, Nagasaki, Kobe, Tokyo, Osaka, Niigata dibuka juga. Dengan ini terbukalah Jepang lebar-lebar untuk bangsa asing dan berakhirlah politik isolasinya.
Akibat pembukaan Jepang bagi bangsa asing ini ialah :
1.        Meluapnya perasaan anti-Shogun. Shogun dianggap lemah dan menjual tanah airnya kepada bangsa asing.
2.        Memperkuat gerakan pro-Tennoo, Komei Tennoo yang menolak untuk menandatangani Perjaanjian Shimoda dianggapnya orang kuat. Shogun harus mengembalikan kekuatannya kepada Tennoo.
3.        Pemberontakan Satsuma dan Choshu (1863). Keluarga Satsuma dan Choshu adalah keluarga yang paling antii-Shogun. Tindakan Shogun itu (membuka Jepang) dianggapnya sebagai penghinaan. Karena itu mereka membunuh bangsa-bangsa asing dan menyerang angkatan laut USA di pelabuhan Shimonoseki, Inggris, USA, Prancis, Belanda kemudian menjelang dan menduduki Shimonoseki. Satsuma dan Choshu menyerah dan insyaflah mereka, bahwa bangsa asing tidak dapat ditolak dengan senjata Jepang yang masih jauh terbelakang terhadap barat itu.
4.        Meizi-Restorasi (pengembalian kekuatan Tennoo kepada Meizi Tenno). Setelah insyaf bahwa bangsa barat tidak mungkin ditolak dengan kekuatan senjata, maka Jepang memilih jalan yang sangat bijaksana dan menghindarkan diri dari penjajahan bangsa barat.
Meizi-Restorasi terjadi pada tahun 14 Desember 1867, yang disebabkan oleh :
1.        Berkembangnya kembali Shintoisme.
Shinto yang pertama kali timbul pada tahun 885 dibawah pemerintahan Yomei Tennoe, mula-mula hanya untuk membeda-bedakan pemerintahan agama asli Jepang dari Tiongkok pada tahun 552. Shinto ini mengajarkan, bahwa Tennoe adalah turunan Dewa Ameterasu dan merupakan pusat pemerintahan yang bersifat kedewaan yang abadi. Karena itu keselamatan negara hanya tergantung pada Tennoo. Karena itu juga pemerintah Jepang harus diambil dari tangan Shogun dan dikembalikan kepada Tennoo, sebab pemerintah Bakufu merupakan pelanggaran jiwa Shinto.[4]

2.        Permusuhan antara keluarga Tokugawa (Shogun) dan keluarga Satsuma, Choshu, Hizen, Tosa
Keluarga Tokugawa sejak dahulu (1603) memegang jabatan Shogun yang pada hakekatnya memegang pemerintahan Jepang. Tennoo oleh keluarga Tokugawa diasingkan sebagai dewa di Kyoto. Kedudukan yang sangat tinggi dari Tokugawa ini menimbulkan iri hati beberapa daimyo a.l yang terbesar ialah : Satsuma, Chosu, Hizen, Toso, yang karena anti-Tokugawa memihak Tennoo. Jika mereka berhasil menjunjung Tennoo kembali, mereka tentu akan mendapat kedudukan yang istimewa. Dan ini betul terlaksana. Menteri-menteri dari Meizi Tennoo (lebih-lebih kalangan militer) adalah keturunan Satsuma atau  (terkenal dengan nama sat-Cho).

3.        Pembukaan Jepang untuk bangsa asing oleh Tokugawa Shogun
Pemberontakan Satsuma dan Choshu (1863) pada hakekatnya tidak seperti apa yang mereka katakan ialah karena Shogun lemah terhadap bangsa asing; tetapi karena pembukaan ini tidak menguntungkan mereka. Dengan pembukaan itu pedagang teh, sutera, sangat meningkat hingga mengakibatkan timbulnya golongan baru yang kaya-raya (golongan Zeibatsu) yang makin lama makin kaya, padahal golongan samurai (yang tidak punya apa-apa kecuali kepandaian berperang) seperti Satsuma  dan Choshu tidak dapat kenikmatan dari pembukaan Jepang untuk bangsa asing itu. Pembukaan Jepang dijadikan kedok untuk menghantam kedukaan Shogun  dan mengembalikan Tennoo yang lebih bermanfaat bagi kedudukan mereka dari pada pembukaan Jepang saja. Pada hakekatnya mereka tidak anti-pembukaan asal saja mempunyai kedudukan yang enak. Pemberontakan mereka itu hanya merupakan semata-mata letusan perasaan yang tidak puas dan bukan tindakan prinsipil.
Pada tahun 1867 waktu keadaan antara Tennoo (dan Satsuma, Chosho) dan Shogun (Yoshinobu:1866 – 1867) menjadi tegang sekali, bangsa asing (Inggris, Prancis) hendak ikut campur tangan utuk melemahkan Jepang dengan mengobarkan perang saudara (devide et inpera). Inggris ingin membantu Tennoo dan Prancis Shogun. Tetapi baik Tennoo maupun Shogun menolaknya. “tidak aka ada perang saudara di Nippon!” kata Yoshinobu dengan tegas. Pada tanggal 16 november 1867 Yoshinobu menyerahkan kekuasaannyakepada Tennoo. Pada tanggal 14 Desember Maizi Tennoo memegang tampuk pemerintahan Jepang dan membuka zaman baru yang gilang gemilang bagi Jepang.
Maizi Tennoo (Matsuhito: 1867 – 1912) memindahkan ibukota dari Kyoto ke Tokyo (1868). Berdasarkan Shintoisme diciptakannya bendera kebangsaan Jepang yang bernama Hinamaru (bedasarkan atas Ameterasu sebagai Dewa Matahari) dan lagu kebangsaann Kimigayo (bedasarkan atas keabadian tennoo sebagai dewa). Shintoisme di resmikan sebagai agama negara. Ini semua untuk menjamin kekokohan kebangsaan Jepang yang akan dijadikan dasar moderenisasi Jepang yang nanti akan di jalankan. Setelah itu Meizi Tennoo mengeluarkan proklamasinya yang terkenal pada tanggal 6 april 1868.
Dengan ini maka Meizi Restorasi besar sekali artinya bagi Jepang, ialah: perrkembangan besar – besaran hingga jepang mejelma dari negara kolot menjadi negara modern, dari negara kecil menjadi negara besar yang sangat ditakuti oleh dunia. Dan perubahan ini sebegitu cepatnya sehingga mengagumkan dunia.[5]
Pembangunan besar – besaran secara modern di Jepang sebagai akibat restorasi meizi meliputi :
1.    Pemerintahaan
Tennoo menjadi kepala negara. Feodalisme dihapuskan. Daimyo – Daimyo dijadikan pegawai negri (Han-Chiji) dan tanah-tanah yang mereka kuasai diserahkan kepada Tennoo. Pemerintahaan di atur secara barat dengan kabinet dan parlemen. Pada tanggal 11 januari 1890 UUD di sahkan oleh Tennoo.
2.      Angkatan Perang
Angkatan perang dibangun secara modern, angkatan darat (dipegang oleh keluarga Choshu) secara  Jerman dan angkatan laut (dipegang oleh keluarga Satsuma) secara Inggris. Tiap warga negara yang berumur 20 tahun harus mengikuti latihan militer dan setelah itu untuk praktek dikirim beberapa lama ketempat-tempat yang berbahaya. Kementrian Pertahanan tidak bertanggung jawab kepada parlemen, tetapi kepada Tennoo. Dengan ini kementrian pertahanan sangat kuat kedudukannya dan akhirnya menjelma menjadi Gunbatsu ( pemerintahan diktator – militer). Tidak ada seorangpu  yang berani menentang Gunbatsu. Separuh dari anggaran belanja negara di ambil oleh Gunbatsu untuk memperkuat angkatan perang Jepang. Negara Jepang akhirnya merupakan suatu benteng tentara yang besar dan kuat.
3.      Industri
Mula-mula Jepang bekerja keras untuk menambah produksi teh dan sutra yang sangat kaku di luar negeri, untuk mendapatkan defisen di luar negeri yang cukup banyak untuk dapat membeli mesin-mesin modern yang dibutuhkan bagi modernisasi perusahaan teh, sutra, pertanian dan kemudian industri.
4.      Pendidikan
Meizi Restorasi menimbulkan pendidikan baru secara barat. Banyak pelajar di kirim keluar negeri untuk menyempurnakan ilmu pengetahuan peradaban barat. Sekembalinya di Jepang mereka terus ditugaskan dalam pembangunan dan modernisasi negara.  

Nasionalisme Jepang
              Di Jepang jauh sebelum masa restorasi , pihak Shogun berusaha agar pihak-pihak yang berusaha memenangkan perang saudara diberi semacam hadiah berupa tanah-tanah dengan maksud agar mereka tidak berontak kepada kebijakan Shogun. Pada tanah itu mereka diberi kebebasan untuk memanfaatkannya dengan catatan mereka harus memberikan semacam upeti atau semacam sewaan kepada Shogun. Mereka yang telah mendapatkan tanah ini, kemudian menjadi tuan tanah feodal yang disebut Daimyo. Para Daimyo ini bertingkat-tingkat pula dan masing-masing mereka punya  hak penuh terhadap tanah mereka. Setiap Daimyo mempunyai prajurit yang terdiri atas para samurai dan ia mempunyai bawahan yang mengelola tanah lebih kecil yang jjuga disebut Daimyo. Dengan yang lebih kecil ini kemudian menyerahkan sewanya kepada Daimyo yang lebih tinggi. Sementara Daimyo yang paling tinggi akan menyerahkan pengelolaan tanahnya kepada petani-petani penggarap untuk disewakan. Kebiasaan ini terus terus berlanjut untuk sekian tahun lamanya, sehingga ini akan berpengaruh kepada Jepang terutama pada saat permulaan Restorasi.
            Daimyo-Daimyo ini terdiri dari para keluarga dekat Shogun atau para pahlawan pemenang pernag, sementara samurai lebih suka untuk mengabdikan dirinya pada tuan tanah atau daimyo. Kesetiaan mereka sudah tidak diragukan lagi, demikian pula kecintaan mereka kepada setiap atasan Daimyonya. Bahkan untuk menunjukkan kesetiannya kalu ada diantara Daimyonya meninggal, seorang samurai lantas melakukan  harakiri (membunuh diri sendiri dengan cara merobek perut dengan menggunakan pedang samurai). Hal ini tentu tidak akan terjadi bila semangat Busido (semangat berani mati) tidak mewarnai alam pikiran para ksatria Jepang tersebut. Bagi para pahlawan perang yang nakal-nakal dan selalu menentang shogun biasanya mereka disingkirkan baik secara halus maupun dengan cara kasar.[6]
            Bersama dengan modernisasi angkatan perang ditimbulkan kembali semangat Bushido sebagai dasar jiwa ketentaraan. Prajurit Jepang harus memegang teguh ajaran Bushido, artinya ialah : menginsyafi kedudukan masing-masing di dalam hidup ini; mempertinggi derajat kecakapan diri sendiri di dalam lingkungan kedudukan itu; melatih dirinya lahir batin untuk menyempurnakan kecakapannya dalam ketentraman; memegang teguh disiplin; menjunjung tinggi kehormatan bangsa dan tanah air (Tennoo) sampai tiitk darah yang terakhir. Bushido inilah yang memberi kekuatan lahir batin yang tak terhingga kepada tentara Jepang pada khususnya dan rakyat Jepang pada umumnya.
            Bukti semangat Bushido pada masyarakat  Jepang terlihat pada :
1.    Dalam perang Jepang – Rusia 1905 sisa-sisa sebuah batalyon diasingkan sebagai pengecut karena semua opsirnya gugur tetapi anak buahnya tidak semua mengikuti jejak opsirnya itu. Mereka tidak semua ikut mati. Sisanya kemudian ingin “hara-kiri” semua, tetapi tidak diizinkan oleh Jenderal Nogi. Kemudian mereka ingin menggabungkan diri pada divisi yang dipimpin oleh Jenderal Nogi sendiri untuk menebus dosanya. Mereka ditolak, karena Nogi tidak mau divisinya dikotori oleh mereka. Akhirnya mereka harus Berjibaku di muka mata Nogi terhadap benteng-benteng Rusia di Port Arthur.
2.    Dalam Perang Dunia II tentara modern USA menghadapi Bushido Jepang. Di Iwojima semua tentara Jepang gugur, tetapi USA juga kehilangan 55000 orang tentaranya yang terbaik. Iwojima masih saja merupakan kenangan yang ngeri bagi USA.
3.    Setelah Jepang menyerah, Tennoo tunduk kepada tuntutan demokrasi Mac Arthur. Jepang tunduk karena Tennoo tunduk. Setelah Jepang terlepas dari kekangan USA (Perjanjian san Fransisco) Tennoo kembali pada kedudukannya dalam Shintoisme, Jepang kembali pada Ko-do (jalan Tennoo). Tunduk dan disiplin terhadap Tennoo adalah ajaran dari Bushido.[7]
Awal abad ke-20 Jepang mengadakan Nasionalisme Jepang dan menanda tangani pakta Anti Komitren dan bergabung dengan Jerman dan Italy untuk suatu aliansi Axis. Tahun 1973 Jepang menginvansi Manchuria dan terjadi perang Tiongkok – Jepang. Tahun 1941 Jepang menyerang pangkalan angkatan laut AS di Pearl Harbour dan membawa Jepang memasuki kancah Perang Dunia II dan Amerika mulai melakukan pengeboman strategis terhadap Tokyo terhadap kota Hirosima dan Nagasaki dan akhirnya Jepang mengalami kekalahan dan menyerah kepada pihak sekutu pada Agustus 1945.[8]

Daftar Pustaka
Chitra, Fernando. 1953. Sedjarah Asia. Jogjakarta
Bustamam. 2011. Sejarah Asia Timur.Padanng: UNP Press
Sartini dan Saring Arianto, “Jepang: “Habis Gelap Terbitlah Terang””, Jurnal SOSIO e-KONS, Vol. II No. 1, Edisi Februari – April 2010, hlm. 59-67


[1] Sartini dan Saring Arianto, “Jepang: “Habis Gelap Terbitlah Terang””, Jurnal SOSIO e-KONS, Vol. II No. 1, Edisi Februari – April 2010, hlm. 59.
[2] Chitra, Fernando. 1953. Sedjarah Asia. Jogjakarta. Hlm.7.
[3] Tennoo tidak menandatangani Perjanjian Shimoda, karena ituShogun terpaksa menandatangani sendiri. Ini oleh Daimyo yang pro-Tennoo dan anti-Shogun dianggap sebagai tindakan yang lancang dari Shogun. Soal ini nanti oleh merak dianggap sebagai salah satu alasan untuk me njatuhkan Shogun.
[4] Setelah Meizi-restorasi 1867 maka Shinto ini dijadikan agama negara. Tiap penduduk harus tunduk kepada Shintoisme ini. Shintoisme adalah jiwa Jepang yang berpusat pada Tennoo sebagai pusat kekuasaan dan hidup nasional bangsa Jepang. Tiap orang Jepang harus tunduk tanpa syarat apapun juga kepada Tennoo dan inilah yang menjamin persatuan nasional bangsa Jepang yang merupakan kekuatan luar biasa untuk mencapai barang sesuatu.
[5] Sebelum pembukaan jepang oleh commodore perry tahun 1854 dan meizi restorsi tahun 1867, negara jepang tidak rapat – rapat tertutup dari dunia luar.
[6] Bustamam. 2011. Sejarah Asia Timur.Padanng: UNP Press
[7] Chitra, Fernando, Op.cit, hlm.12
[8] Sartini dan Saring Arianto, op.cit., hlm. 61.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

CATATAN AKHIR TAHUN 2020

 31 desember 2020 pukul 18.09 aku memulai tulisan ini. sudah lama aku tak menulis. Kesenanganku satu ini terenggut oleh rutinitas pekerjaan....