Ngawurisme adalah Sebuah paham tanpa penjelasan. Lebih tepatnya tidak dapat dijelaskan. Ngawurisme dianut oleh orang-orang yang sudah mulai lelah dengan carut-marut kehidupan serta yang merasa bosan dengan teoritis yang membelenggu. Ngawurisme atau lebih sering disebut dengan ngawur saja sering dilakukan tanpa perencanaan. Jadi, sifat dari ngawur ini adalaah spontanitas. Para penganut paham ngawur biasanya menyampaikan pendapatnya dengan sesukanya. Ya, intinya ngawur saja. Ngawur merupakan suatu solusi ketika berbicara dan berfikir serius namun tak dianggap penting. Ngawur terkadang harus dilakukan ketika suara-suara keseriusan hanya menjadi angin lalu tanpa makna.
Berngawur ria juga dapat menjadi alternative untuk menikmati hitam putih hidup ini. Ketika kata-kata indah tak lagi megah, ketika kata-kata mutiara tak dianggap ada, mungkin kita perlu ngawur untuk sekedar dilihat bahwa kita ada. Namun yang lebih sering terjadi, ngawur dilakukan sebagai ungkapan ekspresif seseorang yang tidak dapat dirangkai menjadi sebuah tulisan indah.
Menulis ngawur berarti menulis tanpa pedoman. Jadi, tidak ada sistematika khusus yang mengatur hasil tulisan atau metode khusus yang dilakukan untuk menghasilkan tulisan tersebut. Ya, menulislah. Tulis apapu yang ada di kepala. Namun ada satu pedoman yang saya pegang selama ini sejak mulai suka berngawur ria, yakni tulisan yang dihasilkan tidak ada unsur SARA atau merugikan pihak lain. Mungkin jika bernada menyindir, sering dilakukan. Namun sebatas tulisan itu tidak menembak 1 subjek jelas, maka ngawur masih dapat diterima.
Jika kalian berteman dengan saya di FB, IG atau beberapa akun sosial media lainnya, tentu tidak akan asing dengan hastag favorit saya “#inspirasingawur”. Hastag ini awalnya saya buat secara kebetulan ketika sedang ingin menyampaikan pendapat namun takut jika pendapat saya akan direspon dengan sangat serius oleh pembaca. Makanya saya sertakan kata ngawur di dalamnya agar mereka tidak merasa bahwa saya sedang menggurui atau menyindir sepihak.
Semakin lama, saya semakin suka dengan hastag ini. Terkesan bercanda namun sebenarnya ada keseriusan di dalamnya. Ketika saya tidak dapat bersuara menyampaikan isi kepala, kata-kata yang melakukannya untuk saya. Ketika saya sedang marah, kata-kata itu yang meredakn amarah saya. Dan tentunya, agar pihak-pihak terkait tidak merasa sedang menjadi pokok pembicaraan, saya sertakan hastag ngawur.
Lebih lanjut, kecenderungan menggunakan kata ngawur adalah ketika saya sudah lelah dengan tulisan-tulisan berat yang menjadi konsumsi “pelajar”. Sebagai insan akademika, tentu dalam menghasilkan karya harus menggunakan pedoman penulisan yang jelas serta dapat dipertanggungjawabkan. Itu sudah pasti. Dan dengan berngawur rialah saya bebas berekpresi dalam Sebuah tulisan. Tanpa pedoman, tanpa aturan, dan pastinya saya tidak merugikan pihak mana pun.
Terkait setuju tidaknya pembaca dengan konsep ngawur yang saya kemukakan, itu adalah hak masing-masing dari kita. Silahkan definisikan menurut versi masing-masing makna ngawur bagi kalian, kalau bagi saya, ya seperti ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar