Selasa, 02 Juli 2019

PULANG

Gambar: pribadi


Makna pulang itu tergantung tempat mana yang saat ini kau anggap sebagai rumahmu. Jika aku adalah rumahmu, maka kepadakulah kamu nantinya akan pulang. Haha ngawur


Jadi hari selasa lalu saya pulang ke kampung halaman. Tepatnya di Kecamatan Mendahara. Sebuah kecamatan yang berada di daerah pesisir dengan rumah kayu berpanggung. Sudah dipastikan banyak yang berprofesi nelayan disini meski banyak pula petani dan pedagangnya. Dan selalu, setiap pulang ke Mendahara, nantinya akan kembali disuguhkan oleh pertanyaan, “Kapan balik ke Kota Jambi?” Padahal makna balik dan pulang itu sama kan. Seharusnnya jika saya pulang ke Mendahara maka ke Kota Jambi adalah pergi. Jika memang saya balik ke Kota Jambi maka ke Mendahara berarti Pergi. Tapi faktanya saat ini, rumahku adalah rumah orang tuaku. Di mendahara. Disanalah aku pulang, melepas dahaga kerinduan, membuang seluruh penah dari tanah rantau.

Setiap pulang ke mendahara, satu hal yang selalu saya lakukan, menjauhkan gadget dari genggaman. Bukan tanpa alasan, tapi karena begitu berharganya waktu bersama keluarga, sungguh sayang jika harus tergadai dengan tangan sibuk di gadget. Jadilah ketika di rumah Mendahara, jarang online di sosial media. Sekali dua kali tentu masih cek, siapa tau ada sesuatu yang penting meski sebenarnya saya juga bukan orang penting (terutama gak penting buat kamu, iya kamu)

Ibarat Hp, maka pulang ke rumah itu seperti charge. Full energy ketika berada di rumah. Namun sayangnya ketika sudah kembali ke kos’an, dapat dikatakan sebagian besar energy ikut tertinggal di rumah. Menjadikan diri ini merasa kekurangan ditanah rantau. Kurang kasih sayang, kurang semangat, ikut kurang pula kesehatan. Tak selera awak nak makan karena badan sedang tidak enak meski kampung tengah berbunyi minta diisi.

Fenomena kurang-kurang ini mulai saya rasakan ketika menjelang semester akhir perkuliahan. Sepertinya tidak ada tempat ternyaman selain bermeditasi dalam kesunyian di rumah. Meski sebenarnya di rumah juga ada pertanyaan horor yang diajukan, “Mbak, kapan lulus”? Kira-kira seperti itu pertanyaan Bima, adek saya. “Bim, semua akan lulus pada waktunya.”

Syukurlah, ketika di rumah, tidak ada pertanyaan, “Kapan nikah” meski pernah juga Mamak bertanya, “Nduk, koe ra duwe pacar po, kok ra pernah telponan koyo pas SMA?” Pacar? Sejenis apa itu? Lupa eh, Mak.

Dan pada akhirnya, kita tidak boleh lupa, semua akan berpulang (kembali) kepada-Nya.

Mendahara, 16 Oktober 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

CATATAN AKHIR TAHUN 2020

 31 desember 2020 pukul 18.09 aku memulai tulisan ini. sudah lama aku tak menulis. Kesenanganku satu ini terenggut oleh rutinitas pekerjaan....