Minggu, 10 Mei 2020

AYAHKU, PENEMBANG URO-URO

Hari ini saya pulang kampung. Eh bukan pulang kampung, tapi pergi nyelawat ke rumah teman yang ayahnya baru meninggal. Kebetulan rumah teman saya itu sedaerah dengan rumah orang tua saya. Ya begitulah.

Pukul 08.37 kami berangkat dari Kota Sabak dan sampai di rumah temanku pukul 09.59. ketika kami sampai, jenazah sudah dimakamkan sehingga kami hanya dapat bertemu dengan keluarga almarhum. Kami mengobrol seputar sakit almarhum namun kemudian beralih ke percakapan lainnya. Tak apik terlalu lama bercerita mengenai yang sudah tiada. Tak lama kemudian juga datang keluarga mereka dari daerah lain. Dan sepertinya rombongan yang baru datang ini mengenal (almarhum) ayah saya. Sekilas saya mendengar percakapan mereka meski tak bermaksud menguping. Mereka seperti menanyakan siapa gerangan gadis muda yang duduk disamping anak si pemilik rumah.

Iki anak’e arwahe Lek Sirun.” Jelas Ibu teman saya.

Anak’e seng ragil yo?”

Iyo, kan anak’e telu, iki seng wedok dewek, seng ragil.”

Lah, wes gadis rupane.”

Dengan pandangan menuju ke arah saya. Saya hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala.

Dan dilanjutkan beberapa pertanyaan seputar tinggal dimana, kerja apa.

Seperginya rombongan ini, teman saya bercerita bahwa ayahnya (alm) pernah cerita ke dia kalau ayah saya (alm) merupakan mantan dalang di tempat tinggalnya yang lama.

“Iya apa? Tanya saya tak percaya.

“Iya, Bapak yang bilang.” Kemudian dia memastikan dengan bertanya ke ibunya. Kata ibunya, ”Bukan dalang, tapi penembang uro-uro”. “Dulu bapakmu (ayah saya. Red) terkenal sebagai penembang uro-uro di Parit 9.”

Sekedar info, Parit 9 itu merupakan pemukiman orang Jawa (perantauan) di Mendahara yang sudah ada sejak tahun 1964. Bahkan bisa lebih lama daripada tahun tersebut karena sejak tahun 1952 telah ada orang Jawa di Mendahara, namun pemukiman awalnya terletak di Parit 7. Saat ini parit 9 sudah sepi dikarenakan pendudukknya sudah pindah ke Kuala Mendahara (Kelurahan Mendahra Ilir) dan daerah lainnya yang lebih mudah akses pendidikan dan ekonomi. Yang tertinggal hanya berupa lahan perkebunan kelapa dengan satu dua pondok untuk beristirahat atau bangsal (menginap di area kebun karena kerja).

Lanjut cerita mengenai uro-uro tadi. Karena penasaran segera saya searching “uro-uro Jawa”. Keluarlah hasilnya. Uro-uro merupakan tradisi menyanyi orang Jawa yang ditujukan untuk diri sendiri dan dilakukan sambil melakukan aktivitas sehari-hari. Uro-uro ini memiliki banyak pengertian. Ada yang menyebut uro-uro sebagai nyanyian tanpa alat musik namun ada juga yang menyebut nyanyian dengan alat musik sebagai uro-uro. Pada masa penjajahan, uro-uro sering dinyanyikan sebagai penghibur diri sekedar menghapus kesedihan akibat pejajahan. Uro-uro semacam “kebahagian”nya orang Jawa karena melalui uro-uro mereka bebas mengungkapkan perasaannya melalui tembang. Lirik dari uro-uro biasanya berupa pitutur-pitutur luhur, nasehat-nasehat yang luhur yang menceritakan tentang bagaimana kehidupan di dunia dan penciptanya.

Sewaktu ayah saya masih tinggal di parit 9 tersebut, uro-uro tak hanya dinyanyikan untuk diri sendiri namun juga ditembangkan untuk didengar oleh orang lain. Karenanya ayah saya kemudian dikenal sebagai penembang uro-uro. Kebetulan ayah teman saya ini merupakan tetangga ayah saya dulu di Parit 9.

Jujur, sebenarnya saya tak begitu paham mengenai uro-uro. Apa yang saya tulis berdasarkan hasil pencarian yang saya dapatkan dan juga cerita dari ibu teman saya tadi. Ibu saya juga tak pernah cerita kalau ayah saya pernah menjadi penembang uro-uro. Mungkin karena ketemunya ibu saya dengan ayah saya sudah memasuki tahun 1988, dan pada saat tersebut ayah saya sudah hijrah dan bermukim di Sungai Siput, Desa Sinar Kalimantan.

Saya juga membuka youtube dan mendengarkan uro-uro. Bisa lihat di facebook saya "Rihand Triyani".

 

Sekian

 

Tambahan tak penting: karena mengetik tulisan ini, keyboard notebook saya kembali normal setelah sebelumnya sempat error. Alhadulillah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

CATATAN AKHIR TAHUN 2020

 31 desember 2020 pukul 18.09 aku memulai tulisan ini. sudah lama aku tak menulis. Kesenanganku satu ini terenggut oleh rutinitas pekerjaan....