Jumat, 05 Juli 2019

CONTOH LAPORAN KULIAH LAPANGAN

LAPORAN KULIAH LAPANGAN

SUMATERA BARAT



DOSEN PENGAMPU :


DISUSUN OLEH :



ILMU SEJARAH
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS JAMBI
2017



DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1
A.    Latar Belakang Masalah............................................................................................ 1
B.     Tujuan Kegiatan........................................................................................................ 2
C.     Manfaat Kegiatan...................................................................................................... 2
D.    Pelaksanaan................................................................................................................ 3
E.     Peserta....................................................................................................................... 3
BAB II HASIL OBSERVASI............................................................................................. 4
A.    Tambang Batu Bara Sawahlunto (Lubang Mbah Soero)......................................... 4
B.     Makam M.Yamin..................................................................................................... 6
C.     Prasasti Adityawarman............................................................................................ 7
D.    Istano Basa Pagaruyung........................................................................................... 10
E.     Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta................................................................... 11
F.      Lobang Japang, Bukittinggi..................................................................................... 13
G.    Pelabuhan Teluk Bayur............................................................................................ 15

BAB III PENUTUP............................................................................................................. 16
A.    Kesimpulan................................................................................................................ 16
B.     Kesan......................................................................................................................... 17
C.     Saran.......................................................................................................................... 17
Lampiran 1 Foto Kegiatan.................................................................................................... 18
Lampiran 2 Jadwal Kegiatan................................................................................................. 22
Lampiran 3 Anggaran Kegiatan............................................................................................ 24


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kuliah lapangan merupakan suatu kegiatan perkuliahan atau penelitian yang dilakukan di lapangan (langsung pada tempat observasi) agar materi yang sedang dipelajari dapat dikuasai secara langsung melalui penelitian. Dengan adanya kuliah lapangan, mahasiswa diharapkan mendapat pengetahuan secara langsung mengenai objek yang akan diteliti. Tentu saja hal ini membantu mahasiswa untuk mendapat gambaran mengenai apa yang harus dilakukan berkaitan dengan objek penlitiannya.[1]
Program studi Ilmu Sejarah dari Fakultas Budaya Universitas Jambi mempunyai kegiatan kuliah lapangan kunjungan ke Sumatera Barat dalam rangka pelaksaan dua program Mata Kuliah yakni Mata Kuliah Sejarah Maritim Indonesia dan Sejarah Asia Timur. Mata kuliah pertama berkaitan dengan kemaritiman beserta aspek-aspek maritim seperti perkapalan, pelayaran, dan pelabuhan, maka dirasa tepat jika pelaksaan langsungnya dengan melakukan suatu kunjungan ke sebuah pelabuhan yang terdapat di Sumatera Barat, tepatnya di Pelabuhan Teluk Bayur yang terletak di Kota Padang. Sedangkan Mata Kuliah kedua berkaitan dengan bangsa Asia Timur, untuk itu kami mengunjungi salah satu peninggalan salah satu bangsa Asia Timur yang pernah menjajah di Indonesia.
Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi dengan berbagai sejarah yang terdapat di dalamnya. Selain itu terdapat pula dua pelabuhan bersejarah di salah satu kota di Provinsi tersebut, tepatnya di Kota Padang. Terlepas dari kunjungan inti ke pelabuhan Teluk Bayur, kami juga mengunjungi berbagai situs-situs sejarah yang terdapat di Provinsi Sumatera Barat dengan maksud untuk berinteraksi langsung dengan benda-beda sejarah dan mempelajari sejarah yang terdapat di Tanah Minangkabau tersebut. Kami juga melakukan kunjungan ke Gua Japang di Bukittinggi untuk melihat bagaimana salah satu bangsa Asia Timur yang pernah menjajah Indonesia meninggalkan sebuah hasil kebudayaan yang saat ini telah menjadi obyek wisata. Untuk kunjungan ke Goa Japang ini berkaitang dengan Mata Kuliah kedua yaitu Sejarah Asia Timur.

B.     Tujuan Kegiatan
Adapun tujuan diadakannya Kuliah Lapangan ke Provinsi Sumatera Barat adalah sebagai berikut :
1.       Untuk menyelesaikan pelaksanaan program Mata Kuliah yakni Praktik Lapangan serta untuk menyelesaikan materi yang terdapat di Mata Kuliah Sejarah Maritim Indonesia yang berkaitan dengan perkapalan dan pelabuhan serta Mata Kuliah Sejarah Asia Timur yakni melihat peran dan peninggalan salah satu Bangsa Asia Timur di Indonesia.
2.       Memberikan gambaran secara langsung kepada mahasiswa mengenai pelabuhan dan proses perkapalan serta kontak langsung dengan peninggalan salah satu Bangsa Asia Timur di Indonesia.
3.       Memberikan pengetahuan dan memperkaya wawasan mengenai pengelolahan pelabuhan dan perkapalan serta sejarah salah satu peninggalan salah satu Bangsa Asia Timur di Indonesia dan juga situs-situs sejarah lainnya yang terdapat di Provinsi Sumatera Barat.
4.       Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk eksplorasi lebih lanjut tentang pelabuhan dan berbagai situs-situs sejarah yang terdapat di Provinsi Sumatera Barat.

C.    Manfaat Kegiatan
Manfaat dengan diadakannya kuliah lapangan ke Provinsi Sumatera Barat adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui secara langsung mengenai pelabuhan dan proses perkapalan serta kontak langsung dengan peninggalan salah satu Bangsa Asia Timur di Indonesia yang berkaitan dengan mata kuliah yang diajarkan.
2.      Mempraktikkan materi yang telah diperoleh dalam kegiatan perkuliahan di kampus serta melengkapi sumber informasi yang berkaitan dengan materi mata kuliah.
3.      Dapat berinteraksi langsung dengan benda-benda bersejarah yang terdapat di Provinsi Sumatera Barat yang memiliki hubungan dengan sejarah Jambi.

D.    Pelaksanaan
Hari/Tanggal         : Kamis – Minggu, 11 - 14 Mei 2017
Waktu                   : 16.00 s/d Selesai
Tempat                  : Provinsi Sumatera Barat

E.     Peserta
Peserta kuliah lapangan ke Provinsi Sumatera Barat adalah Mahasiswa/I Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jambi angkatan 2015 yang berjumlah 29 orang ditambah 2 Mahasiswa perbaikan nilai dan 3 orang dosen pengampu Mata Kuliah Sejarah Maritim Indonesia dan Sejarah Asia Timur  serta 1 orang dosen pendamping. Total peserta Kuliah Lapangan ke Sumatera Barat adalah 35 orang.
BAB II
HASIL OBSERVASI

A.    Tambang Batu Bara Sawahlunto (Lubang Mbah Soero)
Memasuki Kota Sawahlunto Sumatera Barat, setelah melalui jalanan yang penuh lika-liku plus tanjakan dan turunan tajam, maka tampaklah Kota Tambang itu dikelilingi bukit yang menjulang tinggi. Kota ini unik, karena geografinya seperti kuali raksasa. Sebuah kota lama terletak bak di dasar kuali dan masih memelihara arsitektur Belanda.  Jika dari tengah kota kita melayangkan pandangan ke atas salah satu dari puncak bukit yang hijau itu, sebuah tulisan huruf Sawahlunto dipasang di puncak bukit. Sepintas mirip tulisan Holywood yang terpahat pada sebuah bukit di wilayah pantai barat California di AS. Hanya saja ukuran huruf Sawahlunto lebih kecil.
Penambangan di lubang Suro ini merupakan titik awal penambangan terbuka di kota Sawahlunto. Lubang tambang pertama di Sawahlunto yang dibangun pada 1896 oleh orang rantai yang dipimpin seorang mandor bernama Suro yang merupakan nama panggilan dari Samin Surosentiko. Lubang Tambang Mbah Soero adalah salah satu objek wisata sejarah yang terletak di kelurahan Tanah Lapang, Lembah Segar, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, Indonesia. Terowongan sepanjang 185 meter ini dibangun pada masa Pemerintahan Hindia Belanda, tahun 1898. Bekas tambang batubara ini telah menjadi saksi bisu penderitaan orang-orang rantai, yaitu para tawanan yang dipaksa bekerja menambang batubara sambil dirantai agar tidak kabur. Banyak di antara mereka yang kemudian tewas karena sakit, kelaparan, atau ditembak karena membangkang.
Terdapat 3 golongan yang bekerja di batubara Ombilin, yaitu buruh harian, buruh kontrak (contractanten) dan buruh paksa (dwangerbeiders). Buruh harian adalah buruh yang bekerja dengan upah harian. Buruh ini umumnya berasal dari orang Minangkabau, terutama penduduk sekitar wilayah penambangan. Buruh kontrak adalah buruh yang bekerja dengan masa kontrak 3 tahun sampai 5 tahun. Buruh kontrak ini umumnya berasal dari daerah-daerah kantong miskin di pulau Jawa. Sedangkan buruh paksa adalah buruh yang direkrut dari berbagai penjara di Jawa, Bali dan Makasar. Buruh paksa ini umumnya adalah para hukuman karena berbagai persoalan di masa lalu seperti pencuri, perampok dan pembunuh serta pemberontak.
Terowongan bekas penambangan batubara Sawahlunto sebagian kini sudah dipugar dan dijadikan museum tambang batu bara dengan sebutan “Lubang Tambang Mbah Suro”. Pengunjung bisa masuk ke dalamnya dan merasakan suasana bekas lorong penambangan batu bara. Panjang terowongan ini ratusan meter, tapi saat ini baru 186 meter yang dipugar, dibersihkan, dan diberi blower udara untuk menambah udara serta dilengkapi kamera pengintai (CCTV). Lebar lubang tambang ini 2 meter dengan ketinggian 2 meter.
Di bagian depan Lubang Tambang Mbah Soero terdapat sebuah bangunan yang saat ini berfungsi sebagai museum dan memamerkan benda-benda yang berkaitan dengan proses penambangan batu bara. Bangunan yang terdiri dari dua tingkat ini pada bagian bawah dipajang sebuah kaca yang didalamnya berisi peralatan “orang rantai”. Kemudian untuk bagian atasnya dipamerkan foto-foto proses penambangan dan beberapa keterangan yang berkaitan dengan penambangan batu bara di tempat tersebut. Untuk memasuki tempat wisata tersebut, setiap pengunjung dipungut biaya Rp 8.000/orang. Sebelum memasuki lubanng tambang, setiap pengunjung dihimbau agar memakai perlengkapan seperti topi pengaman dan sepatu bot serta dilarang menyalakan/membawa korek api masuk ke dalam lubang. 
B.     Makam M.Yamin
Makam Muhammad Yamin terdapat di Talawi, di tempat dimana ia dilahirkan. Kami mengunjungi Makam M.Yamin ketika dalam perjalanan dari Sawahlunto menuju Batusangkar pada hari Jum’at, 12 Mei 2017. Makam Muhammad Yamin berada di sebuah bangunan kayu dengan arsitektur adat Minangkabau di tengah sebuah kompleks luas di tepi jalan besar. Muhammad Yamin yang dilahirkan pada 23 Agustus 1903 dan meninggal di Jakarta pada 17 Oktober 1962, adalah seorang pakar hukum, sastrawan, politikus, konseptor dasar negara, pencetus sumpah pemuda, pemikir, ahli bahasa, penggali sejarah, orator, dan juga pencipta la mbang Polisi Militer. Makam Muhammad Yamin berada di dalam bangunan terbuka berbentuk gonjong beratap ijuk yang disangga dua belas buah tiang kayu kokoh, beralaskan bilah-bilah papan.
Makam Muhammad Yamin yang bentuknya relatif sederhana. Di sebelah kiri Makam Muhammad Yamin adalah makam ayahandanya, tanpa catatan kelahiran dan kapan meninggalnya. Hanya ada dua makam ini di kompleks yang bernama Usman Gelar Baginda Chatib Makam Muhammad Yamin yang luas itu. Jika melihat ejaan lama yang digunakan pada tulisan yang ada pada makam, tampaknya bentuk makam ini masih asli sebagaimana pertama kali ia dibuat. Makam terlihat agak kotor, mungkin karena pada saat itu Makam Muhammad Yamin ini masih dalam tahap renovasi, hal ini juga yang menjadi kendala kami dalam mendapatkan informasi karena kondisi tempat yang masih dalam tahap renovasi sehingga tidak banyak data yang kami dapatkan. Sebuah tembok dengan Tulisan “Makam M.Yamin terletak dibagian depan sebagai penanda lokasi tersebut. Dibalik tembok terdapat sebuah tulisan yang merupakan pesan dari M.Yamin sendiri.
C.     Prasasti Adityawarman
Prasasti Adityawarman adalah salah satu peninggalan bersejarah yang dimiliki oleh masyarakat Minangkabau. Cagar budaya tersebut terletak di pinggir jalan lintas Batusangkar-Sumatera Barat; yang tidak begitu jauh dari Istana Pagaruyung. Masyarakat Minangkabau lebih mengenal prasasti Adityawarman dengan Batu Basurek. Huruf yang dipahat pada batu prasasti adalah huruf Jawa kuno. Sedangkan bahasa yang dipakai adalah Sangsekerta bercampur dengan sedikit bahasa Melayu kuno.
Situs ini merupakan tempat dikumpulkannya prasasti-prasasti yang dikeluarkan Adityawarman yang ditemukan di sekitar Bukit Gombak, Kec. Tanjung Emas, Kecamatan Pariangan, kecamatan rambatan, dan Kecamatan Lima Kaum. Jumlah prasasti yang terdapat di kompleks ini adalah sebanyak 9 buah prasasti. Kapan waktu temuan prasasti tersebut, sampai saat ini belum didapatkan literatur yang membahasnya.
Prasasti-prasasti tersebut sekarang diletakkan dalam sebuah cungkup di Nagari Pagaruyung Prasasti-prasasti yang ada di kompleks ini terdiri dari 9 buah prasasti. Prasasti Pagaruyung I terletak paling ujung di sebelah Selatan dalam deretan prasasti-prasasti Pagaruyung. Selanjutnya berturut-turut ke arah Utara adalah Prasasti Pagaruyung II, III, IV,V, VI, VII, dan VIII . Sementara prasasti yang ke IX berupa fragmen batu andesit warna abu-abu sekarang disimpan di Ruang Koleksi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar.

1.      Prasati Pagaruyung I
Prasasti ini digoreskan pada sebuah batu pasir kwarsa warna coklat kekuningan (batuan Sedimen) berbentuk empat persegi berukuran tinggi 260 cm, lebar 133 cm, dan tebal 38 cm. Prasasti ini ditulis dalam bahasa Sansekrta bercampur dengan bahasa Melayu Kuno. Berangka tahun 1278 Åž (1356 M).

2.      Prasasti Pagaruyung II
Prasasti ini digoreskan pada sebuah batu pasir kwarsa warna coklat kekuningan. Batu artificial ini berbentuk persegi dengan lengkung setengah lingkaran pada bagian atas. Prasasti ini berukuran tinggi 250 cm, lebar 116 cm, dan tebal 18 cm. bentuk batu tersebut mengingatkan seperti bentuk sandaran pada arca. Berangka tahun 1295 Åž (1373 M).

3.      Prasasti Pagaruyung III
Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu andesit warna abu-abu kecoklatan berbentuk memanjang non-artifisial. Tulisan berada pada sisi yang menonjol keluar pada bagian atas. Batu tersebut berukuran panajng 190 cm, lebar 66 cm, dan tebal 15 cm. prasasti ini berhuruf jawa Kuna dan berbahasa sansekrta, dengan angka tahun 1269 Åž (1347 M).



4.      Prasasti Pagaruyung IV
Prasasti ini dipahatkan pada batu andesit hitam berbentuk persegi empat yang keadaan tulisannya sudah sangat aus dan pahatannya sudah hilang, sehingga hanya tinggal sisa pahatan yang berupa bayangan putih saja. Prasasti ini berukuran  panjang (tinggi) 100cm, lebar 66 cm, dan tebal 15 cm.



5.      Prasasti Pagaruyung V
Berupa fragmen batu andesit yang terdiri dari 5 baris tulisan. Dilihat dari bentuk batunya, khususnya pada sisi atas, tampak adanya bekas pecahan, demikian pula pada sisi bawahnya. Prasasti ini ditulis dengan huruf dan bahasa Jawa Kuna.

6.      Prasasti Pagaruyung VI
Digoreskan pada batu andesit warna coklat kekuningan non-artifisial. Batu monolit tersebut berbentuk persegi panjang tak beraturan dengan tulisan berada pada bagian atas. Tulisan prasasti ini baik bentuk maupun jenis tuluisannya relative kasar, kecil, dan tidak rapi. hal ini menunjukkan bahwa si penulis bukan penulis prasasti yang professional. Bidang tulisannya pun tidak diperhalus dan hanya memanfaatkan bidang yang ada sebagai media penulisan. Prasasti dengan huruf dan bahasa Jawa Kuna ini hanya terdiri dari 2 baris tulisan, sehingga tidak sebanding (proporsional) dengan bentuk dan ukuran batunya.
7.      Prasasti Pagaruyung VII
Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu andesit warna abu-abu berbentuk persegi pipih, artificial. Batu prasasti tersebut sekarang dalam keadaan patah, yaitu bagian atas, sisi kiri melengkung sampai ke tengah bidang tulisan, sehingga ada beberapa huruf yang hilang. Prasasti ini berukuran tinggi 82 cm, lebar 50 cm, dan tebal 10 cm.

8.      Prasasti Pagaruyung VIII
Prasasti ini dipahatkan pada sebuah artefak lesung batu berbentuk empat persegi dengan sebuah lubang ditengahnya. Lesung batu tersebut mempunyai ukuran panjang 52 cm, lebar 49 cm, dan tebal (tinggi) 30 cm. prasasti tersebut digoreskan pada ketiga sisinya, terletak di bagian atas. Awal tulisan dimulai pada sisi yang berbaris dua lalu dilanjutkan pada kedua sisi lainnya dan diakhiri sisi pertama. Artefak lesung tersebut terbuat dari bahan batu lapilin coklat keputihan. Berangka tahun 12 (mei-Juni) 1291 Åž (1369 M).

D.    Istano Basa Pagaruyung
Istano Basa yang lebih terkenal dengan nama Istana Pagaruyung, adalah sebuah istana yang terletak di kecamatan Tanjung Emas, kota Batusangkar, kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Istana ini merupakan objek wisata budaya yang terkenal di Sumatera Barat. Istano Basa yang berdiri sekarang sebenarnya adalah replika dari yang asli. Istano Basa asli terletak di atas bukit Batu Patah dan terbakar habis pada sebuah kerusuhan berdarah pada tahun 1804. Istana tersebut kemudian didirikan kembali namun kembali terbakar tahun 1966.
Pada tanggal 27 Februari 2007, Istano Basa mengalami kebakaran hebat akibat petir yang menyambar di puncak istana. Akibatnya, bangunan tiga tingkat ini hangus terbakar. Ikut terbakar juga sebagian dokumen, serta kain-kain hiasan.. Diperkirakan hanya sekitar 15 persen barang-barang berharga yang selamat. Barang-barang yang lolos dari kebakaran tersebut sekarang disimpan di Balai Benda Purbakala Kabupaten Tanah Datar. Harta pusaka Kerajaan Pagaruyung sendiri disimpan di Istano Silinduang Bulan, 2 kilometer dari Istano Basa.
Bangunannya berbentuk sebuah rumah panggung berukuran besar dengan atap gonjong yang menjadi ciri khas dari arsitektur tradisional Minangkabau. Rumah panggung besar ini bertingkat tiga, dengan 72 tonggak yang menjadi penyangga utamanya. Terdapat 11 gonjong atau pucuk atap yang menghias bagian atas dari bangunan ini. Seluruh dinding bangunan ini dihiasi oleh ornamen ukiran berwarna-warni yang secara total terdiri dari 58 jenis motif yang berbeda.
Sebagai sebuah istana kerajaan, masing-masing tingkat dalam bangunan ini memiliki fungsi yang berbeda-beda. Tingkat paling bawah merupakan tempat aktivitas utama pemerintahan berupa sebuah ruang besar yang melebar dengan area khusus sebagai singgasana raja di bagian tengahnya. Di sisi kiri dan kanan ruangan terdapat sebuah ruangan kamar. Di bagian belakang singgasana terdapat tujuh buah kamar sebagai tempat bagi para putri raja yang telah menikah.
Tingkat kedua dari bangunan merupakan ruang aktivitas bagi para putri raja yang belum menikah. besarnya ruangan ini sama dengan besar ruangan utama di bawahnya. Ruangan yang teratas merupakan tempat raja dan permaisurinya bersantai sambil melihat kondisi di sekitar istana. Ruangan ini disebut anjung peranginan, yang posisinya terletak tepat dibawah atap gonjong yang berada di tengah bangunan atau disebut juga gonjong mahligai. Di ruangan ini terdapat sejumlah koleksi senjata pusaka asli kerajaan yang masih tersisa, diantaranya tombak, pedang, dan senapan peninggalan Belanda.

E.     Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta
Rumah Kelahiran Bung Hatta Bukittinggi ada di Jalan Soekarno-Hatta No. 37 Bukittinggi, Sumatera Barat. Sesuai namanya, Rumah ini merupakan tempat dimana Bung Hatta dahulu dilahirkan, dan tinggal sampai berusia 11 tahun. Pada usia itu beliau pergi ke Padang guna meneruskan pendidikan di Meer Uitgebred Lager Onderwijs (MULO). Papan nama Rumah Kelahiran Bung Hatta Bukittinggi mudah dikenali. Papan nama inilah yang membuat kami berhenti dan lalu masuk ke dalam rumah bersejarah ini. Bung Hatta tinggal di rumah kelahirannya ini dari tahun 1902-1913, bersama ibu, kakek, nenek dan pamannya. Tampak depan Rumah Kelahiran Bung Hatta Bukittinggi yang cukup asri dengan dua lantai yang sebagian besar terbuat dari bilah-bilah papan kayu. Sebagian dinding rumah terbuat dari anyaman bambu. Sebuah papan memberitahu pengunjung bahwa rumah Kelahiran Bung Hatta buka dari Senin s/d Minggu, mulai pukul 08.00 pagi.
Rumah Kelahiran Bung Hatta ini memang rumah neneknya. Di sana ada kamar Mamak Idris, ada kamar bujang, ruang baca, serta perabotan rumah yang kebanyakan asli. Beberapa benda peninggalan keluarga juga disimpan di rumah ini, seperti mesin jahit tua milik neneknya. Perabotan kayu Rumah Kelahiran Bung Hatta Bukittinggi yang dibuat dari kayu surian, sejenis kayu Jati di Jawa, semuanya masih asli, demikian juga lampu dan karpet. Hanya tikar yang telah diganti baru, namun disamakan jenis dan bentuk aslinya. Ada sumur lama yang ditutup dengan papan. Aslinya sumur ini berada di belakang rumah, dekat dapur. Koleksi menarik lainnya adalah “bugi” atau sejenis bendi yang dahulu sering digunakan Bung Hatta pergi ke sekolah sewaktu kecil, yang disimpan di bagian belakang rumah, di dekat istal kuda yang kini kosong. Jika tidak naik bendi, dengan diantar kusir, beliau biasanya naik sepeda untuk pergi ke sekolah.
Di kamar di lantai atas inilah Bung Hatta dilahirkan pada 12 Agustus 1902, dari pasangan H. Muhammad Djamil dan Saleha, dan merupakan keturunan kedua dari Syech Adurrachman, atau Syech Batuhampar. Di dalam Rumah Kelahiran Bung Hatta Bukittinggi ada pula dipasang bagan silsilah keluarga, baik dari pihak Ibu maupun pihak ayah Bung Hatta
Ada dokumentasi foto saat ia berumur 10 tahun, duduk di atas bendi ditemani seorang kusir. Mereka berada di depan rumah, siap berangkat ke sekolah. Koleksi lain adalah sebuah ceret peninggalan neneknya yang disimpan di meja dekat dapur. Tutup ceret ini telah lama hilang. Ruangan lantai dua Rumah Kelahiran Bung Hatta Bukittinggi dengan lampu gantung antik, dimana terdapat kamar Pak Gaek yang adalah kakek Bung Hatta, dan kamar dimana Bung Hatta dilahirkan, serta meja makan keluarga yang masih asli. Lukisan foto bung Hatta dalam ukuran besar dengan wajah tersenyum tampak menempel pada dinding ruangan.
Sewaktu renovasi, bangunan ini dimundurkan, sehingga sumurnya kemudian berada di dalam rumah. Umur sumur ini lebih tua dari rumah yang pertama kali dibuat pada 1860. Di belakang rumah ada Lumbung Padi Aminah, dam lumbung Saleh paman Bung Hatta. Di depan lumbung padi ini terdapat lesung batu.

F.      Lobang Japang, Bukittinggi
Lubang Jepang Bukittinggi (sering disebut Lobang Jepang) adalah salah satu objek wisata sejarah yang ada di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia. Lubang Jepang merupakan sebuah terowongan (bunker) perlindungan yang dibangun tentara pendudukan Jepang sekitar tahun 1942 untuk kepentingan pertahanan. Lubang Jepang mulai dikelola menjadi objek wisata sejarah pada tahun 1984, oleh pemerintah kota Bukittinggi. Beberapa pintu masuk ke Lubang Jepang ini diantaranya terletak pada kawasan Ngarai Sianok, Taman Panorama, di samping Istana Bung Hatta dan di Kebun Binatang Bukittinggi. Lobang Jepang sendiri berada di Taman Panorama yang berada di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Jaraknya tidak terlalu jauh dari Jam Gadang yang berada di pusat kota. Jika jalan kaki hanya membutuhkan waktu kurang dari 15 menit.
Menurut tour guide di Lobang Japang, lubang tersebut di buat atas instruksi Letjen Moritake Tanabe Panglima Divisi ke 25 Angkatan Darat Balatentara Jepang. Lubang perlindungan tersebut, konon mampu menahan letusan bom seberat 500 kg. Konstruksi lubang ini dikerjakan sejak Maret 1944 dan selesai pada awal Juni 1944 dengan total pembuatan selama kurang lebih 3 tahun dengan kedalaman mencapai 49 meter di bawah permukaan tanah. Untuk membangun lubang ini, Jepang mempekerjakan secara paksa orang-orang yang berasal dari Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Tidak ada orang Bukittinggi yang mengerjakan lubang ini untuk menjaga kerahasiaan. Orang sini malah dikirim ke wilayah lain seperti Bandung dan Pulau Biak.
Masih menurut tour goude, Lobang Jepang di Bukittinggi merupakan salah satu lubang yang terpanjang di Asia mencapai lebih dari 6 kilometer dan beberapa tembus di sekitar kawasan Ngarai Sianok, Jam gadang yang terletak di samping Istana Bung Hatta, dan juga di Benteng Fort De Kock yang masuk di wilayah Kebun Binatang Bukittinggi. Saat ditemukan pertama kali pada awal tahun 1950, pintu Lobang Jepang hanya 20 cm dengan kedalaman 64 meter. Lalu setelah dikelola dan dibuka secara umum oleh pemerintahan setempat pada tahun 1984, mulut lubang tersebut dibuat lebih nyaman untuk dilalui. Sayangnya dinding telah ditutup semen dan di bagian dalam juga banyak divariasikan untuk memasang panel listrik sehingga kehilangan bentuk aslinya.
Sambi menelusuri tangga, tour guide menceritakan untuk kebutuhan wisata, lorong Lobang Jepang yang dibuka hanya kurang dari 1,5 kilometer sehingga hanya membutuhkan paling lama 20 menit untuk sampai di ujung jalan. Sedangkan lubang yang mengarah ke Ngarai diberi teralis. Di lubang ini terdapat 21 lorong kecil yang fungsinya bermacam-macam mulai sebagai ruang amunisi, ruang pertemuan, pintu pelarian, ruang penyergapan serta penjara. Ruang dapur sendiri berada tepat di sebelah ruang penjara. Tahanan yang tewas akan dipotong-potong di meja itu lalu potongannya dibuang di lubang yang terdapat di ruangan ini. Yang menarik dari lubang ini adalah kontur dinding lubang yang dibuat tidak merata dan berceruk. Fungsi dari cerukan tersebut adalah agar suara dalam lubang tidak bergema.
Pada saat gempa pun, Lobang Jepang tersebut terbukti kuat. Saat terjadi gempa beberapa waktu yang lalu hanya lapisan semen yang rontok, sedangkan kontur dindingnya tetap utuh. Saat belum dibuka untuk umum, masyarakat banyak menemukan tengkorak dan alat untuk membangun seperti cangkul. Termasuk juga peralatan makanan yang terbuat dari batok kelapa dan bambu.



G.    Pelabuhan Teluk Bayur
Pelabuhan yang terletak di Jl.Semarang No.3 Teluk Bayur, Padang 25217 adalah salah satu pelabuhan yang terdapat di Kota Padang, provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Pelabuhan Teluk Bayur sebelumnya bernama Emmahaven yang dibangun sejak zaman kolonial Belanda antara tahun 1888 sampai 1893. Pelabuhan ini berfungsi sebagai pintu gerbang antar pulau serta pintu gerbang arus keluar masuk barang ekspor-impor dari dan ke Sumatera Barat.
Pelabuhan Teluk Bayur merupakan salah satu cabang dari PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II, sebuah BUMN yang mengelola beberapa pelabuhan di Indonesia. Pelabuhan Teluk Bayur saat ini telah memiliki standar prosedur pelayanan berdasarkan ISO 9002 sehingga dapat dikatakan telah menjadi Pelabuhan Kelas Satu.
Pelabuhan Teluk Bayur sendiri adalah pelabuhan tertua di Sumatera. Dibangun sejak era kolonial Belanda mulai tahun 1888-1893, pelabuhan ini dahulunya bernama Emma Haven. Kemudian dalam perkembangannya diubah sesuai dengan lokasi dimana dia berada, menjadi Pelabuhan Teluk Bayur. Hingga saat ini, Pelabuhan Teluk Bayur merupakan pelabuhan laut teramai dan terbesar yang terletak di Pantai barat Pulau Sumatera. Pelabuhan ini ramai karena dikunjungi oleh kapal antar Samudera dan antar pulau yang singgah di Teluk Bayur. Tak heran jika Teluk Bayur menjadi urat nadi yang penting bagi Sumatera Barat.
PT Pelindo sebagai pengelola sudah menetapkan Pelabuhan Teluk Bayur menjadi Pelabuhan Kelas Satu, dengan sertifikat ISO 9002. Aneka fasilitas pun disiapkan di sini, terutama untuk industri seperti pupuk, semen batu bara dan minyak sawit. Untuk penumpang pun disediakan area terminal penumpang seluas 1608 meter persegi. Pelabuhan Teluk Bayur menyediakan pelayanan pelabuhan dan pelayanan lainnya antara lain kolam pelabuhan, pelayanan pandu & tunda, fasilitas infrastruktur pelabuhan termasuk dermaga, dolphin, & tambatan, gudang, lapangan, penanganan barang beserta perlengkapannya, operasi penanganan petikemas, operasi penanganan bulk cargo, uilitas area darat pelabuhan, dan  properti untuk usaha-usaha lebih produktif.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kuliah lapangan yang dilaksanakan selama 4 hari dari tanggal 11 Mei 2017–14 Mei 2017 mengambil tempat di Provinsi Sumatera Barat ini berkaitan dengan pelasanaan praktik lapangan mata kuliah Sejarah Maritim Indonesia dan Sejarah Asia Timur. Provinsi Sumatera Barat dipilih karena provinsi tersebut merupakan provinsi yang menyimpan berbagai peninggalan sejarah dan terdapat sebuah pelabuhan besar yang menjadi inti kunjungan kuliah lapangan. Pelabuhan yang dimaksud adalah pelabuhan Teluk Bayur yang terletak di Jl.Semarang No.3 Teluk Bayur, Padang. Kunjungan ke pelabuhan teluk bayur berkaitan dengan materi yang terdapat di Mata Kuliah Sejarah Maritim Indonesia yaitu tentang pelabuhan, perkapalan, dan pelayaran.
Untuk mata kuliah Sejarah Asia Timur, kami melakukan kunjungan ke Lobang Japang. Sebuah lubang yang dibuat oleh bangsa Jepang ketika masih menjajah Indonesia dengan memperkerjakan paksa rakyat Indonesia. Lobang yang terdapat di Bukittinggi ini memiliki 21 lorong kecil dengan panjang lubangnya sekitar 6 KM. Namun, untuk kebutuhan pariwisata, lubang hanya dibuka sepanjang 1,6 KM saja. Yang menarik dari lubang ini adalah kontur dinding lubang yang dibuat tidak merata dan berceruk. Fungsi dari cerukan tersebut adalah agar suara dalam lubang tidak bergema.
Selain melakukan kunjungan ke Pelabuhan Teluk Bayur dan Lobang Japang, kami juga melakukan kunjungan ke beberapa situs sejarah yang terdapat di provinsi Sumatera Barat, diantaranya Tambang Batu Bara (Lubang Mbah Soero) di Sawahlunto, Makam M.Yamin di Telawai, Prasasti Adityawarman, dan Istano Basa Pagaruyung di Batu Sangkar. Kami juga melakukan kunjungan ke Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta di Bukittinggi.



B.     Kesan
Kuliah lapangan  memberikan kesan, diantaranya: menambah keakraban di antara dosen dengan peserta (mahasiswa/i) dan juga di antara peserta Kuliah Lapangan itu sendiri dan memberikan pengalaman yang luar biasa bagi mahasiswa/i yang mengikuti kuliah lapangan karena dapat berinteraksi langsung dengan objek sejarah serta dapat melihat secara langsung berbagai peninggalan sejarah sekaligus mencari informasi yang diperlukan.

C.    Saran
Kuliah Lapangan (kunjungan lapangan) ini sangat penting dilakukan agar mahasiswa dapat langsung melihat berbagai hal yang berkaitan dengan mata kuliah dan materi yang diajarkan di bangku perkuliahan. Selain itu, dengan adanya kuliah lapangan, suasana perkuliahan semakin hidup dan materi lebih mudah diterima mahasiswa karena dapat belajar langsung di lapangan serta tidak terbatas pada kelas dan kampus. Kami menyadari, kuliah lapangan ini masih banyak kekurang, karena jadwal kegiatan tidak bisa dilaksanakan secara maksimal serta beberapa kendala di lapangan yang tidak direncanakan, untuk itu besar harapan kami kunjungan yang akan dilaksanakan selanjutnya bisa lebih baik dengan terlebih dahulu melakukan pra survey sehingga kunjungan bisa dilaksanakan secara maksimal.


Lampiran 2
JADWAL KEGIATAN
KULIAH LAPANGAN
MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS JAMBI

HARI/TANGGAL
WAKTU
ACARA
Tempat
Kamis, 11  Mei 2017
16.00-09.00
Otw  Jambi – Padang

Jum’at, 12 Mei  2017
09.00-10.00
Check-in BPCB
Istirahat Keperluan pribadi
Sarapan
 BPCB
10.00-11.00
Otw Batu Sangkar – Sawahlunto
BPCB
11.00-12.00
Lubang Batu Bara (Lubang Tambang Mbah Soero)
Sawahlunto
12.00-13.00
Ishoma

13.00-14.00
Otw Lubang Batu Bara (Lubang Tambang Mbah Soero) – Makam M.Yamin

14.00-15.00
Makam M. Yamin
Talawi
15.00-16.00
Prasasti Adityawarman
Batu Sangkar
16.00-18.00
Istano Basa Pagaruyung
Batu Sangkar
18.00-19.30
Ishoma

19.30-20.00
Otw BPCB

20.00-21.00
Istirahat

21.00-23.00
Diskusi bersama (Mahasiswa, Dosen, dan Pegawai BPCB)
Aula BPCB
23.00-05.00
Tidur
Asrama BPCB
Sabtu, 13 Mei 2017




05.00-08.00
Ishoma 

08.00-10.00
Otw Batu Sangkar - Bukittinggi

10.00-11.00
Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta
Bukittinggi
11.00-12.30
Lobang Japang

12.30-14.00
Ishoma 

14.00-17.00
Jam Gadang
Bukittinggi
17.00-20.30
Ishoma
Sekaligus OTW BPCB

20.30-05.00
Istirahat & tidur
Asrama BPCB
Minggu, 14 Mei 2017
05.00-07.00
Ishoma

07.00-09.00
Otw Batu sangkar – Padang

09.00-10.00
Air Terjun Lembah Anai
Lembah Anai
10.00-12.00
Pelabuhan Teluk Bayur
Padang
12.00-13.00
Ishoma

13.00-18.00
Pelabuhan Muaro Kota Padang
Jembatan Siti Nurbaya
Taplau (Pantai Padang)
Padang
18.00-19.00
Ishoma

19.00-20.00
Packing

20.00-…
Otw Pulang ke Jambi




[1] Laporan Kuliah Lapangan, http://iregapramuditha.blogspot.co.id/2014/07/laporan-kuliah-lapangan-herbarium.html yang diakses pada 20 Maret 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

CATATAN AKHIR TAHUN 2020

 31 desember 2020 pukul 18.09 aku memulai tulisan ini. sudah lama aku tak menulis. Kesenanganku satu ini terenggut oleh rutinitas pekerjaan....