“Hai, sudah lama gak ketemu?” Sapaku kepada teman lama yang tak sengaja kutemui di jalan.
“Eh iya, apa kabar?” jawabnya.
“Kabar baik. Kamu gimana?”
“Seperti yang terlihat.”
Secara reflek aku langsung memperhatikan dirinya dari ujung kepala sampai ujung kaki untuk mengetahui bagaimana kabarnya.
“Woy, lihat apaan, serius amat?”
“Lah tadi katanya seperti yang dilihat, ya aku liHatlah.” Tukasku.
Pertemuan yang tak sengaja berlanjut kepada ngoblol panjang bernostalgia. dari mulai membahas masalalu sampai mempertanyanya kesibukan sekarang.
“Kuliah dimana sekarang?” Tanyanya.
“Di kampus.” Jawabku dengan enteng.
“Eh, maksudnya kampus dimana?” Tanyanya kembali. Sepertinya ada nada mulai penaikan derajat celcius suhu tubuh
“Kampusnya ditinggal.” Kembali dengan enteng aku menjawab
“Eh lah, paan sih lu” Jengkelnya
“Hahahahha” Kebetulan temen lamaku ini kuketahui sekarang kuliah keperawatan. Jadi aku tidak perlu kepo mempertanyakan dia kuliah dimana dan jurusan apa.
“Jadi lu kuliah akuntansi?” Kembali dia bertanya. Ntah kenapa aku merasa pertanyaan ini mulai terasa horror ditelinga. Sejak SMA aku memang bercita-cita untuk menjadi seorang akuntan. Dan setiap ditanya mau kuliah jurusan apa, ya sudah pasti jawabannya akuntansi.
“Ya, gak jadi”
“Kenapa?” Keponya
“Gak jodoh” Entengku
“Emang apaan, lah sekarang kuiah jurusan apa?” Wah makin horror ni pertanyaannya, batinku
“Ilmu sejarah.” Lirihku dengan harapan tidak ada yang mendengar jawaban ini. Aku mulai menduga perkataan apa yang akan muncul dari mulut temanku.
“Masa lalu ya?” katanya. Nah kan benar. “Susah move on dong” tambahnya. Lah, sudah lengkap.
“Menurutmu?” Tanyaku balik mulai malas dengan percakapan horror ini. Disaat seperti ini aku berharap bisa memilik jubah ajaib menghilangnya Doraemon. Agar bisa segera menghilang dari pandangan dan terbebas dari percakapan ini. Dengan penuh kekhusukkan aku berdo’a agar Allah memberiku pertolongan menyelamatkanku dari kelanjutan percakapan ini.
“Menurutku sih begitu. Tapi tidak juga, jika dijadikan sebagai sebuah program studi perkuliahan berarti sudah menjadi suatu keilmuan yang dikaji. Dan menurutku mengkaji masa lalu tentu berbeda dengan menjalani masa lalu. Jadi tidak semua mahasiswa sejarah susah move on.” Paparnya dengan penuh kebijakan. Wah, ni calon perawat bijak juga. Aku rasa ketika nanti dia jadi perawat dia bisa menjadi trainer motivasi untuk pasiennya yang sedang depresi agar semangat menjalani kehidupan.
“Eh, aku duluan ya, sudah ditunggu sama do’i.” Tukasnya membuyarkan lamunanku
“Eh iya, hati-hati. Cepat nikah!” Jawabku seenaknya
Kembali aku melanjutkan langkahku yang sempat terhenti sejenak. Jangan ditanya dijalan mana kami bertemu dan di tempat mana tepatnya kami ngobrol, yang jelas kami berbicara dengan menggunakan bahasa manusia tidak dengan menggunakan kode, meskipun wanita penuh dengan kode. Selain itu karena wanita ingin dimengerti jadi ketika berbicara dengan sesama wanita kami bisa saling mengerti. Katanya sih gitu. Kata temenku yang ada di cermin yang setiap hari aku lihat.
Sambil berjalan aku merenungkan kata-kata temanku tadi. “mengkaji masa lalu tentu berbeda dengan menjalani masa lalu”. Benar juga ya. Selama ini aku kuliah dituntutkan untuk membahas peristiwa yang sudah terjadi. Kami diminta untuk mengkaji masa lalu tersebut. Namun kami tidak hidup di masa lalu itu. Kami tidak pula menjalani kehidupan seperti masa lalu yang kami kaji. Kami juga bukan pengenang masa lalu tapi pencari masa lalu yang dapat kami jadikan tulisan sejarah. sekelumit senyum hadir dibibirku mengingat kata-kata temanku tersebut. Ternyata pintar juga tu anak ya. Gak sia-sia disekolahin sama bapaknya mahal-mahal.
Selasa, 05 Mei 2018
Terinspirasi wa story “Jadikan aku temanmu bukan masa lalumu. Karena masa lalu cukup dikaji tidak dijalani”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar