Senin, 01 Juli 2019

LAPORAN KL MUSEUM PERJUANGAN RAKYAT JAMBI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
Kuliah lapangan merupakan suatu kegiatan perkuliahan atau penelitian yang dilakukan di lapangan (langsung pada tempat observasi) agar materi yang sedang dipelajari dapat dikuasai secara langsung melalui penelitian. Dengan adanya kuliah lapangan, mahasiswa diharapkan mendapat pengetahuan secara langsung mengenai objek yang akan diteliti. Tentu saja hal ini membantu mahasiswa untuk mendapat gambaran mengenai apa yang harus dilakukan berkaitan dengan objek penlitiannya. [1]
Program studi Ilmu Sejarah dari Fakultas Budaya Universitas Jambi mempunyai kegiatan kuliah lapangan kunjungan ke salah satu museum yang terdapat di Kota Jambi dalam rangka pelaksaan salah satu program Mata Kuliah yakni Mata Kuliah Sejarah Melayu Jambi Awal Abad 19. Mata kuliah ini berkaitan dengan sejarah Jambi, maka dirasa tepat jika pelaksaan langsungnya dengan melakukan suatu kunjungan ke sebuah museum salah satunya Museum Perjuangan Rakyat Jambi yang terletak di antara Jl. Sultan Agung dan Jl. Slamet Riyadi atau sebelah selatan Mesjid Agung Jambi, Kota Jambi.
1.2.  Tujuan Kegiatan
Adapun tujuan diadakannya Kuliah Lapangan ke Museum Perjuangan Rakyat Jambi adalah sebagai berikut :
1.       Untuk menyelesaikan salah satu pelaksanaan program Mata Kuliah yakni Praktik Lapangan serta untuk menyelesaikan salah satu materi yang terdapat di Mata Kuliah Sejarah Melayu Jambi Awal Abad 19 yang berkaitan masuknya Belanda dan Jepang di Negeri Jambi
2.       Memberikan gambaran secara langsung kepada mahasiswa mengenai Sejarah Perjuangan Rakyat Jambi.
3.       Memberikan pengetahuan dan memperkaya wawasan mengenai pengelolahan museum serta benda-benda koleksi museum.
4.       Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk eksplorasi lebih lanjut tentang permuseuman serta sejarah yang terdapat di dalam museum yang berkaitan dengan Mata Kuliah.

1.4. Manfaat Kegiatan
Manfaat dengan diadakannya kuliah lapangan ke Museum Perjuangan Rakyat Jambi adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui secara langsung mengenai permuseuman serta koleksi yang dipamerkan dan sejarah yang terdapat di dalamnya yangberkaitan dengan mata kuliah yang diajarkan.
2.      Mempraktikkan materi yang telah diperoleh dalam kegiatan perkuliahan di kampus serta melengkapi sumber informasi yang berkaitan dengan materi mata kuliah.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Pelaksanaan
Hari/Tanggal         : Jum’at, 17 Maret 2017
Waktu                   : 08.00 s/d Selesai
Tempat                  : Museum Perjuangan Rakyat Jambi
3.2  Peserta
Peserta kuliah lapangan ke Museum Perjuangan Rakyat Jambi adalah Mahasiswa/I Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jambi angkatan 2015 yang berjumlah 29 orang ditambah seorang dosen pengampu Mata Kuliah “Sejarah Melayu Jambi Awal Abad 19” berjumlah 1 orang. Total peserta Kuliah Lapangan ke Museum Perjuangan Rakyat Jambi adalah 30 orang.
3.3  Hasil observasi
Museum Perjuangan Rakyat Jambi terletak di antara Jl. Sultan Agung dan Jl. Slamet Riyadi atau sebelah selatan Mesjid Agung Jambi. Pendirian museum atas prakarsa dari Dewan Harian Daerah Angkatan '45 (DHD-'45) bersama Pemerintah Daerah Provinsi Jambi sebagai wujud dari pentingnya bangunan sebagai monumen dalam mengenang Sejarah Perjuangan Rakyat Jambi semasa pergerakan nasional dan kemerdekaan Indonesia. Proses pembangunan museum ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia, Letjen. Achmad Thahir pada tanggal 6 Juni 1993. Museum ini kemudian secara simbolis diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, Soeharto pada tanggal 10 Juli 1997 bersamaan dengan pembukaan MTQ Nasional ke-XVIII.[2]
Bentuk bangunan museum merupakan perpaduan antara gaya rumah tradisional Jambi dan arsitektur modern. Terdiri dari tiga lantai sebagai ruang pamer tetap dan dua teras pada kedua sayap bangunan yang sering dipergunakan sebagai ruang pamer temporer. Bangunannya sendiri seluas lebih kurang 1.365 m2 menempati lahan seluas 10.000 M.
Di Pelataran depan, dipajang salah satu koleksi bersejarah berupa replika Pesawat Terbang Catalina RI 005. Awalnya Catalina disewa oleh Dewan Pertahanan Daerah Jambi dari seorang mantan penerbang RAAF (Royal Australian Air Force) bernama Kobley, untuk kepentingan perjuangan mempertahankan dan melindungi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tugasnya adalah membawa senjata, makanan, pakaian, dan perlengkapan militer atau petugas militer dan sipil yang menghubungkan antara Kota Jambi, Bukit Tinggi, Prapat, Banda Aceh, Tanjung Karang, Jogjakarta dan Singapura. Pesawat Catalina RI 005 dalam penerbangannya mengalami kecelakaan dan jatuh di Sungai Batanghari dekat Desa Sijinjang pada tanggal 29 Desember 1948.
Ketika memasuki museum, akan disambut patung Pahlawan Nasional Jambi yang berdiri di antara dua harimau Sumatera, yaitu Sulthan Thaha Saifuddin. Patung ini menggambarkan simbol perjuangan rakyat Jambi melawan penjajahan Belanda yang dipimpin oleh Sultan Thaha pada 1855 hingga 1904. Koleksi museum sebagian besar merupakan benda-benda yang terkait dengan tinggalan masa perjuangan rakyat Jambi. Pada lantai pertama terbagi dalam dua ruang pamer.
Pada sisi kanan berupa koleksi persenjataan modern semasa perang melawan Penjajah Belanda di Jambi. Persenjataan tersebut dipergunakan pada perang kemerdekaan tahun 1945-1950, seperti senapan, pistol vickers, senjata mesin ringan, dan senjata lain termasuk senjata seperti pistol dan senapan rampasan dari Pasukan Belanda. Pada sisi kiri pengunjung, dapat dilihat peralatan senjata tradisional seperti keris, pedang, badik, tomhak, pakaian perang, ikat kepala, alat komunikasi dan perlengkapan perang bersifat religius yang dipergunakan melawan pasukan kolonial.Diantaranya yang dipakai oleh Khatib Mat Suruh dari Kerinci dan laskar Barisan Selempang Merah dari Tanjung Jabung.
Di dinding pembatas antara lantai satu dan dua, terdapat relief berwarna kekuningan yang menggambarkan sejarah Jambi, dimulai dari masa melayu kuno ketika masih dihuni masyarakat Hindu dan Budha, kemudian masa kesultanan Jambi, Masa Proklamasi Kemerdekaan RI, dan Masa Pembangunan Indonesia (Orde Baru).
Sedangkan lantai dua adalah tempat diorama-diorama perang Jambi yang bisa mengeluarkan suara berupa narasi mengenai masing-masing peperangan tersebut. Diorama-diorama ini menggambarkan setiap kejadian bersejarah di Jambi, mulai dari masa kemerdekaan Nasional hingga perjuangan melawan usaha Belanda yang menolak mengakui kemerdekaan Indonesia. Ada juga diorama pertempuran Tanah Minyak, Realisasi Perjanjian Linggarjati oleh Komisi Tiga Negara terhadap Jambi yang diprakarsai PBB, Peranan Pesawat Udara Catalina RI 005, dan diorama lainnya.
Pada lantai tiga terdapat koleksi meja kerja yang dipergunakan oleh salah seorang pejuang kemerdekaan. Terdapat pula berbagai dokumen tertulis seperti naskah-naskah perjuangan, surat-surat penting STD/TNI dan BKRD, serta foto-foto mantan gubernur, walikota dan bupati di seluruh wilayah Provinsi Jambi.
Museum Perjuangan Rakyat Jambi juga menyimpan informasi mengenai pemimpin-pemimpin kolonial (Residen) yang pernah memerintah Jambi beserta dokumentasi berupa foto. Diantaranya :
1.      D.I Heltrich, Resident Van Djambi 2 Juli 1906 – 1 Desember 1908.
2.      A. J. N. Engelenberg, Resident Van Djambi 2 Desember 1908- - 14 Juli 1910.
3.      T. A. I Heyting, Resident Van Djambi 15 Juli 1910 – 23 September 1913.
4.      A. I. Kamerling, Resident Van Djambi 24 September 1913 – 2 Desember 1915.
5.      H. C. E. Quest, Resident Van Djambi 3 Desember 1915.
6.      H. L. C. Petri, Resident Van Djambi 1918 – 6 Maret 1923.
7.      G. I. Van Dongen, Resident Van Djambi 4 April 1925 – 19 November 1928.
8.      H. Z. K. Ezermen, Resident Van Djambi 24 Agustus 1927 – 7 November 1928.
9.      Verschoor Van Nisse, Resident Van Djambi 8 November 1928 – 1 November 1931.
10.  W. Stainbuch, Resident Van Djambi 2 November 1931 – 9 Juli 1933.
11.  P. J. Van Der Meulen, Resident Van Djambi 10 Juli 1933 – 25 September 1936.
12.  M. J. Ruychaver, Resident Van Djambi 26 September 1936 – 30 Maret 1940.
13.  J. Reufers, Resident Van Djambi 31 Maret 1940 – 1942.




BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan observasi yang dilakukan di Museum Perjuangan Rakyat Jambi dapat disimpulkan bahwa museum yang terletak di antara Jl. Sultan Agung dan Jl. Slamet Riyadi atau sebelah selatan Mesjid Agung Jambi merupakan tempat yang menggambarkan mengenai sejarah perjuangan rakyat Jambi dalam melawan penjajah Belanda dan Jepang. Museum ini juga memberikan informasi mengenai keadaan sosial pada masa pendudukan Belanda dan Jepang di Jambi serta peran perempuan Jambi dalam menghadapi perang tersebut yang sering disebut sebagai bagian “dapur umum”. Untuk menghormati jasa-jasa para perempuan bagian “dapur umum” ini, maka dipajang beberapa perlatan dapur umum yang digunakan pada masa perang dan replikan 2 perempuan dan pasangannya di lantai dua.
Secara Historis, berdasarkan informasi yang di dapat di Museum Perjuangan Rakyat Jambi maka dapat disimpulkan bahwa Jambi pernah kedatangan bangsa Belanda dan Jepang. Dan tidak hanya itu, Belanda dan Jepang juga telah melakukan kolonisasi di Negeri Jambi yang menimbulkan kesengsaraan bagi rakyat Jambi sehingga menimbulkan semangat dan niat untuk mengusir penjajah (Belanda dan Jepang) dari negeri Jambi. Perjuangan yang dilakukan rakyat Jambi dalam mengusir penjajah tersebar di beberapa tempat, seperti pertempuran di Tanah Minyak, Realisasi Perjanjian Linggarjati oleh Komisi Tiga Negara terhadap Jambi yang diprakarsai PBB, serangan di Kuala Tungkal antara TNI dan pasukan Selempang Merah melawan Belanda di Kuala Tungkal, pertempuran di Kerinci (24 April 1949) yang merupakan pertempuran yang dilakukan dalam menghadapi Agresi Militer Belanda, serta pertempuran lainnya di beberapa daerah di Jambi. Berkunjung ke Museum Perjuangan Rakyat Jambi ini, merupakan suatu pengalaman menarik dan penuh masukan pendidikan dan sejarah serta aspek wisata.



[1] Laporan Kuliah Lapangan, http://iregapramuditha.blogspot.co.id/2014/07/laporan-kuliah-lapangan-herbarium.html yang diakses pada 20 Maret 2017
[2] Museum Perjuangan, http://jambikota.go.id/new/museum-perjuangan/ diakses pada 20 Maret 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

CATATAN AKHIR TAHUN 2020

 31 desember 2020 pukul 18.09 aku memulai tulisan ini. sudah lama aku tak menulis. Kesenanganku satu ini terenggut oleh rutinitas pekerjaan....