Hasil Penelitian Sejarah Lisan
“ Pelestarian Bangunan Warisan Kolonial di Jambi”
Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
(Tri Handayani, Jessica Rebeka, Dewi Damayanti, Yeni Silaban, Winda Arsita Sari)
1. Pengantar
Penelitian sejarah merupakan penelaahan serta sumber-sumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis. Tujuan penelitian sejarah adalah untuk memperkaya pengetahuan peneliti tentang bagaimana dan mengapa suatu kejadian masa lalu dapat terjadi serta proses bagaimana masa lalu itu menjadi masa kini, yang pada akhirnya diharapkan meningkatnya pemahaman tentang kejadian masa kini serta memperolehnya dasar yang lebih rasional untuk melakukan pilihan-pilihan di masa kini. Alasan kami memilih topik mengenai warisan bangunan Kolonial adalah kami ingin mengetahui, memahami serta mempelajari bagaimana pelestarian bangunan warisan kolonial itu, dimana tidak semua orang tahu bahwa ada bangunan warisan kolonial disekitar kita tanpa kita sadari dan kita ketahui. Kami sepakat dan fokuskan memilih bangunan warisan kolonial di tiga bangunan, diantaranya SMPN I Kota Jambi, RS Dr.Bratanata (DKT), dan bangunan unja lama.
2. Pembahasan
Arsitektur (architecture) berasal dari bahasa Latin architectura yang berarti pembangun, tukang kayu. Arsitektur meliputi proses dan hasil perencanaan, mendesign serta konstruksi. Suatu hasil karya arsitektur mencerminkan suatau karya seni kemajuan penguasaan teknik bangunan. Arsitektur suatu bangunan mencerminkan fungsi, teknik, sosial, lingkungan dan estetika dari hasil perencanaan design dan bentuk konstruksinya.[1] Pada kurun waktu setelah 1900-an, perkembangan arsitektur kolonial Belanda yang dikembangkan merupakan bentuk dengan ciri bentuk modern yang berkembang pada saat itu di eropa dan telah disesuaikan dengan iklim tropis di Indonesia. Terjadi penyesuaian antara bentuk arsitektur modern dengan kondisi iklim tropis Indonesia dengan kondisi budaya masyarakat setempat. [2]
Gambar: Kampus UNJA Pasar (Pribadi)
Menurut Fajarwati, karakter dari sebuah objek arsitektur merupakan keberagaman atau kekhasan yang tersusun menjadi ciri-ciri objek arsitektural atau susunan elemen dasar yang terangkai sehingga membuat objek tersebut mempunyai kualitas atau kekhasan yang membedakan dengan objek lain.[3] Sejarah pembangunan pada masa kolonial Belanda di Indonesia dipengaruhi oleh masa pemerintahan Deandels. Deandels bukan seorang arsitek, tapi kebijakan yang diambilnya dalam bidang sosial, politik, ekonomi, dan militer, berakibat langsung pada pembangunan fisik untuk menaikkan citra sebagai bangsa penjajah yang berkuasa, dia memerintahkan pembangunan gedung-gedung yang berskala monumental. Model arsitektur gaya eropa atau perancis yang waktu itu terkenal dengan sebutan gaya empire dipilih oleh Daendels karena tampak depannya terkesan sebagai gaya neo klasik yang monumental. Gaya tersebut dipilih Deandels sebagai pencerminan dari kewibawaan pemerintah Hindia-Belanda waktu itu.[4]
Gebrakan atas pembangunan gedung-gedung negara yang berskala monumental dengan gaya Eropa disesuaikan dengan iklim setempat dan kemudian diikuti oleh penggantinya sampai seratus tahun kedepan (selama abad 19). Gaya ini kemudian terkenal dengan sebutan “Indische Empire Style”. Selama abad ke-19, hampir semua bangunan di Hindia Belanda mulai dari bangunan perumahan sampai gedung-gedung pemerintah bergaya “Indische Empire”, yang bercirikan kolom-kolom klasik dan denah simetri penuh. Bangunan kantor pemerintah maupun rumah tinggal mempunyai gaya yang sama, yang berbeda hanya masalah skalanya saja.[5] Indische Empire Style muncul akibat dari suatu kebudayaan yang disebut sebagai ”Indische Culture”, yang berkembang di Hindia Belanda sampai akhir abad ke-19.[6]
Masuknya Belanda di Jambi selain mempengaruhi sistem pemerintahan juga berdampak pada munculnya beberapa bangunan peninggalan Belanda. Bangunan-bangunan peninggalan Belanda ini berkaitan dengan keberadaan Belanda di Jambi dalam menjalanan aktivitas penjajahannya. Beberapa bangunan warisan kolonial di Jambi diantaranya Kampus Universita Jambi di Komp.Pasar (Kampus Unja Pasar), RS. Dr. Bratanata Jambi (DKT), SMP.N 1 Kota Jambi, Menara Air, dan beberapa bangunan lagi yang berada di komplek keresidenan Jambi pada masa dulu. Komplek keresidenan ini berada di daerah Kotapraja (pasar, sekarang). Bangunan-bangunan warisan kolonial ini masih berstatus “diduga Cagar Budaya” dan berada di bawah pengawasan Pemda setempat. Dilihat dari potensi wisatanya, bangunan warisan kolonial ini merupakan bentuk wisata khusus yang memiliki nilai sebagai objek wisata namun dengan peminat tertentu yang memiliki tujuan khusus.[7]
Bangunan-bangunan tersebut mempunyai arti penting bagi kebudayaan bangsa terutama untuk daerah Jambi sendiri untuk memupuk rasa kebangaan Nasional serta memperkokoh kesadaran jati diri bangsa, karena dapat dikatakan bahwa bangunan tersebut dapat dikatakan warisan bangsa.[8]
Sumber bangunan Kampus Unja pasar dibangun kisaran dekade tahun 1920-an. Gedung UNJA Pasar, gedung Putroretno, dan beberapa bangunan disekitarnya dulu difungsikan sebagai kamp militer oleh kolonial Belanda. Bangunan ini memiliki ciri-ciri arsitektur Eropa dengan konstruksi dari bata dan semen. Secara keseluruhan arsitektur bangunan masih asli, perubahan terdapat pada interior ruangan yang disesuaikan dengan fungsinya.[9]

Tidak jauh dari bangunan SMP.N.1, terdapat sebuah rumah sakit tentara yang dikenal dengan nama RS. Dr. Bratanata Jambi (DKT). Rumah sakit ini berdiri pada tahun 1918 dan digunakan sebagai rumah sakit militer (militer hospital). Rumah sakit ini merupakan rumah skait pertama yang didirkan di wilayah Jambi.[11] Pada masa kemerdakaan rumah sakit ini diserahkan kepada KNIL TNI AD dan dikenal dengan nama Djawatan Kesehatan Tentara yang kemudian disingkat DKT dan menjadi nama rumah sakit ini sekarang. Bangunan utama yang berciri kolonial telah bayak dilakukan renovasi, namun masih terdapat ciri/kekhasan arsitektur kolonial pada bangunan RS ini. Renovasi pertama dilakukan pada tahun 1967. Ciri khusus tersebut dapat dilihat dari bentu jendela dan lubang angin yang terdapat pada bangunan, yang merupakan bentuk bangunan Belanda yang beradaptasi dengan iklim tropis sehingga membuat rumah/bangunan dengan sirkulasi udara yang besar. Salah satu contohnya jendela yang lebar dan banyak terdapat lubang angin.[12]
Gambar: RS DKT Jambi (Pribadi)
Untuk saat ini, pelestarian bangunan dibawah pengawasan pemda dan ditanggungjawabkan pada dinas-dinas yang mengelola bangunan tersebut. Untuk BPCB sendiri, saat ini hanya mendata bangunan-banguna warisan kolonial tersebut, karena status bangunan tersebut yang masih diduga cagar budaya sehingga BPCB tidak memeiliki wewenang untuk bertindak lebih jauh. Sedangkan dari Dinas Budaya dan pariwisata Kota Jambi berusaha melakukan konsolidasi dengan pemerintah daerah terkait pelestarian dan penaikan potensi wisata dari bangunan warisan kolonial tersebut. Yang berwenang sekarang di bidang pengelolaan sesuai dengan UU Cagar Budaya adalah pemerintah daerah termasuk yang menetapkan sebagai cagar budaya juga pememrintah daerah.[13]
Beberapa bangunan warisan kolonial di Jambi ada yang telah mengalami perombakan total sehingga keaslian bangunan sudah diragukan. Salah satu contohnya adalah Gedung Putro Retno yang berada di depan Kampus Unja Pasar. Dulunya, gedung itu digunakan sebagai gedung pertemuan orang Belanda dan pelajar setingkat MULOH. Namun karena keterlambatan pemimpin untuk membentuk tim ahli cagar budaya, sehingga bangunan tersebut sudah direnovasi total dan diragukan keasliannya.[14]
Masih menurut Kasi Kepurbakalaan, seharusnya bangunan-bangunan warisan kolonial tersebut jangan dipugar atau dirombak total, dan agar mendokumentasikannya terlebih dahulu agar dapat diketahui bangunan-bangunan tersebut menciri khaskan bangunan pada masa apa. Berdasarkan Undang-Undang No. 11 tahun 2011 tentang Cagar Budaya bahwa bangunan yang mencirikan suatu bangunan bersejarah itu tidak boleh dirubah, terutama di bagian depannya, sedangkan untuk bagian dalamnya boleh direnovasi namun harus didokumentasikan terlebih dahulu. Untuk beberapa bagunan warisan kolonial yang lain, sangat diharapkan peran BPCB dalam mengedukasi instansi terkait dengan bangunan tersebut agar tidak dilakukan renovasi total terhadap bangunan warisan kolonial tersebut.
3. Penutup
Mengenai penelitian Pelestarian Bangunan Warisan Kolonial SMP 1, UNJA pasar, Rumah Sakit DKT, setelah tim peneliti terjun langsung kelapangan untuk melihat bangunan ini secara langsung, tim peneliti menganggap bahwa bangunan ini memang bangunan yang berarsitektur Belanda, bangunan ini letaknya berada pada satu kompleks yang letaknya saling berdekatan hal ini dikarenakan karena dahulunya daerah ini menjadi pusat daerah keresidenan Belanda, karena hal itu disana banyak berdirinya bangunan berarsitektur Belanda yang masih dapat kita jumpai hingga saat ini, yaitu seperti bangunan kolonial yang masuk dalam lingkup penelitian kami yakni UNJA pasar, SMPN 1 Jambi, dan Rumah Sakit DKT.
Upaya pelestarian yang seharusnya dilakukan oleh masyarakat baik tua maupun generasi muda dan pemerintah Jambi untuk tetap melestariakan bangunan tersebut agar tetap terjaga dan selalu ada karena itu memilik nilai sejarah dalam perkembangan kota Jambi adalah dengan tidak merombak secara total bangunan-bangunan tersebut, jikapun dilakukannya perenovasian pada bangunan kolonial ini maka perlunya pendokumentasiaan posisi bangunan dan pembagian ruang tersebut dengan syarat tanpa mengubah bentuk yang mencirikan pada bangunan kolonial dan juga tidak merombak total luar bangunan karena itu yang terpenting.
Terimakasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian “Pelestarian Bangunan Warisan Kolonial”. Dan tak lupa kami Sangat berterima kasih kepada narasumber-narasumber yang telah bersedia memeberikan kami banyak informasi dan meluangkan banyak waktunya kepada kami sehingga kami dapat menjalankan tugas kami. Mohon maaf apabila adanya kesalahan kami dalam melakukan penelitian dan menuliskan laporan penelitian ini, semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pembaca. Kritik dan saran kami terima dengan terbuka dalam hasil penelitian “Pelestarian Bangunan Warisan Kolonial” ini.
DAFTAR PUSTAKA
Pipiet Gayatri Sukarno, dkk., “Karakter Visual Fasade Bangunan Kolonial Belanda Rumah Dinas
Bakorwil Kota Madiun”, Jurnal Arsitektur Nalars, Vol. 13 No. 2, Juli 2014.
Handinoto, “Deandels dan Perkembangan Arsitektur di Hindia Belanda Abad 19”, Staf Pengajar.
Teknik Sipil dan Perencanaan, Jurusan Arsitektur, Universitas Kristen Petra, Surabaya.
Dr. Ir. Bachtiar Fauzy, MT dkk,”Sintesis Langgam Arsitektur Kolonial Pada Gedung Restauran ‘Halo Surabaya’ di Surabaya“.Universitas Katolik Parahyangan, 2013.
Dra. Krihanta, M.Si, “Arsip Kearsitekturan Sebagai Bukti Sejarah Peradaban Suatu Bangsa”,dalam Majalah Arsip Edisi 57 Tahun 2012.
Wawancara dengan Pak Kurnia Prastowo Adi, Staf bag. Registrad unit pengembangan dan pemanfaatan BPCB Jambi pada tanggal 24 Oktober 2017 di Kantor BPCB Jambi.
Wawancara dengan Bapak Yusuf Martun, Kasi Kepurbakalaan, Dinas Budpar Kota Jambi pada tanggal 26 Oktober 2017 pukul 17.00 WIB di Kediaman Bapak Yusuf Martun.
Wawancara dengan Ibu Sriyati, CO. TU SMPN 1 Kota Jambi pada tanggal 10 Oktober 2017 WIB di Ruang TU SMPM 1 Kota Jambi.
Data BPCB
[1] Dra. Krihanta, M.Si, “Arsip Kearsitekturan Sebagai Bukti Sejarah Peradaban Suatu Bangsa”, dalam Majalah Arsip Edisi 57 Tahun 2012, Hal 10.
[2] Dr. Ir. Bachtiar Fauzy, MT dkk,”Sintesis Langgam Arsitektur Kolonial Pada Gedung Restauran ‘Halo Surabaya’ di Surabaya“.Universitas Katolik Parahyangan,2013
[3] Pipiet Gayatri Sukarno, dkk., “Karakter Visual Fasade Bangunan Kolonial Belanda Rumah Dinas Bakorwil Kota Madiun”, Jurnal Arsitektur Nalars, Vol. 13 No. 2, Juli 2014, hal. 99
[4] Handinoto, “Deandels dan Perkembangan Arsitektur di Hindia Belanda Abad 19”, Staf Pengajar Teknik Sipil dan Perencanaan, Jurusan Arsitektur, Universitas Kristen Petra, Surabaya, hal. 18-19.
[5] Handinoto, ibid., hal. 19
[7] Hasil wawancara dengan Bapak Yusuf Martun, Kasi Kepurbakalaan, Dinas Budpar Kota Jambi pada tanggal 26 Oktober 2017 pukul 17.00 WIB di Kediaman Bapak Yusuf Martun.
[8] Laporan Utama “Arsip Penyelamat Bangunan Bersejarah” dalam Majalah Arsip Edisi 57, Tahun 2015, hal 5
[9] Data BPCB
[10] Hasil wawancara dengan Ibu Sriyati, CO. TU SMPN 1 Kota Jambi pada tanggal 10 Oktober 2017 WIB di Ruang TU SMPM 1 Kota Jambi.
[11] Data BPCB
[12] Hasil wawancara dengan Pak Kurnia Prastowo Adi, Staf bag. Registrad unit pengembangan dan pemanfaatan BPCB Jambi pada tanggal 24 Oktober 2017 di Kantor BPCB Jambi.
[13] Hasil wawancara dengan Pak Kurnia Prastowo Adi, Staf bag. Registrad unit pengembangan dan pemanfaatan BPCB Jambi pada tanggal 24 Oktober 2017 di Kantor BPCB Jambi.
[14] Hasil wawancara dengan Bapak Yusuf Martun, Kasi Kepurbakalaan, Dinas Budpar Kota Jambi pada tanggal 26 Oktober 2017 pukul 17.00 WIB di Kediaman Bapak Yusuf Martun.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar