Tulisan karya Kato, Tsuyoshi ini membahas mengenai tulisan seorang pedagang suskes yang menggambarkan bagaimana kehidupan perdagangan pada masyarakat Minangkabau. Pedagang tersebut bernama Muhammad Shaleh, seorang Minangkabau yang berasal dari Pariaman (sebuah kota pelabuhan Sumatera Barat di Indonesia sekarang). Tulisan autobiografinya dibuat ketika dia berusia 73 tahun (1914) dan memberikan informasi rinci tentang aktivitas kesehariannya sebagai pedagang dan memberi saran praktis tentang kehidupan pada umumnya dan pada bisnis khususnya. Autobiografi yang ditulisnya ini tidak terlepas dari kecendrungannya dalam belajar membaca dan menulis dan keinginnanya untuk meninggalkan sebuah kisah untuk anak cucunya.
Penggabungan kolonialisme Belanda di Indonesia mempengaruhi kehidupan para pedagang di kota-kota pesisir dan juga desa-desa petani di pedalaman, Sumatra Barat tidak terkecuali dengan proses ini. Karir komersial Muhammad Saleh bertepatan dengan fase khusus ini di masa Minangkabau, dan hidupnya mencerminkan perubahan pola keberpihakan dalam lingkaran komersial Minangkabau. Kisah hidup Muhammad Saleh awalnya ditulis tangan di Minangkabau dengan huruf Arab (Melayu) dan ditinggalkan bersama anak-anaknya setelah kematiannya.
Orang Minangkabau berasal dari banyak kelompok etnis yang ditemukan, tanah air mereka diidentifikasikan dengan Sumatera Barat. Karakter penting dari orang-orang ini adalah keyakinan yang kuat akan Islam (berbeda dengan bahasa Arab yang lebih syncrctic), khususnya, sebuah sistem keluarga matrilineal. Dunia Minangkabau terdiri dari dua wilayah: darek (dataran tinggi dalam dan merupakan pusat kebudayaan) dan daerah rantau (daerah atau perbatasan sepanjang barat Sumatra). Pada perkembangan selanjutnya dijelaskan bahwa pengaruh matrilineal tidak kuat di daerah Rantau dibandingkan di Darek, dikarenakan daerah Rantau lebih bersifat terbuka. Struktur pekerjaan pariaman nonpertanian dan beraneka ragam seperti nahkoda, sopir pedati, pedagang, tukang kayu, laboter manual, tukang kaayu, pejabat, pengrajin, guru islam, dan tutor pembacaan dan penulisan. Pariaman adalah masyarakat “terbuka” dengan mobilitas sosial yang biasa terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar