Kamis, 04 Juli 2019

RENCANA


Setiap manusia memiliki rencana, namun Allah juga memiliki rencana atas setiap manusia, dan rencana Allah yang terbaik. Tugas kita hanya berdo,a dan berusaha, mengenai hasilnya serahkan pada Yang Maha Kuasa. Sebagai manusia, kita hanya bertugas menjalani scenario yang telah dipersiapkan untuk kita. Jika terlalu picik untuk meminta dihilangkan masalah, maka bukan hal memalukan jika meminta diberi kekuatan menerima masalah tersebut.


Ini aku dan ceritaku.
Sebagai manusia biasa aku juga memiliki rencana-rencana kehidupanku. Ku tulis serapi mungkin setiap daftar yang ingin kucapai. Dan sebagai manusia biasa pula aku tentu pernah kecewa ketika yang kuinginkan berbeda dari kenyataan.

Aku pernah merencanakan untuk menempuh pendidikan bidang ekonomi, namun faktanya ilmu sejarah adalah jurusan kuliahku. Aku pernah merencanakan untuk lulus secepat mungkin, faktanya aku harus kejar-kejaran dengan jadwal bayar UKT semester selanjutnya. Aku pernah berencana ini, namun faktanya itu. Aku aku aku …….

Aku pernah berencana.

Sebagai mahasiswa yang kuliah dengan mengandalkan beasiswa, maka sudah menjadi prioritasku untuk selesai kuliah sebelum masa beasiswaku berakhir. Apapun akan kulakukan selama hal itu buakn suatu hal yang salah. Bahkan meski harus setiap hari bolak-balik jalan kaki kos-kampus bukan suatu masalah asal aku dapat selesai kuliah. Meski menunggu dosen hampir seharianpun, bukan masalah jika hal itu memang fase yang harus dilewati. Segala macam suka-duka penulisan tugas akhir tak ada satupun yang dapat membuatku menguraikan air mata. Bukan aku merasa kuat, namun semua ini masih dapat kupikul sepenuhnya.

Namun hari ini, aku benar-benar sudah tak dapat untuk berpura-pura. Aku sampai pada titik lemahku. Ketika apa yang aku usahakan dijawab Allah dengan “berusahalah lagi”. Hari ini aku benar-benar merasa jatuh. Jatuh atas semua yang aku rencanakan.

Air mata itu mengalir begitu saja. Sekuat apapun aku menahannya. Sekeras apapun aku mencoba untuk berusaha tegar. Aku dan rencanaku yang menjadi kenangan.

Sayatan-sayatan perih ketika banyak orang bertanya, “Kapan sidang” terasa 2x lebih menyakitkan dibandingkan rasa sakit yang saat ini aku derita. Sungguh, rasa perih atas penyakitku tak sebanding rasanya dengan perih ketika pertanyaan itu datang namun belum dapat kuberi jawaban. Perihnya semakin berlipat-lipat ketika kedua orang tua dan keluarga yang menanyakannya demikian.

Sungguh ini bukan inginku.

Aku sudah berusaha. Melaksanakan tugas dan kewajibanku sebagai mahasiswa. Dan aku tak pernah bermain-main dengan apa yang kulakukan. Tapi sepertinya ada rahasia Allah dibalik semua ini. Sepertinya aku kurang kuat dalam berusaha.

Bersyukur aku masih memiliki harapan, setidaknya akan menjadi alasan untuk tidak mengeluhkan keadaan.


Mendalo, 04 Juli 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

CATATAN AKHIR TAHUN 2020

 31 desember 2020 pukul 18.09 aku memulai tulisan ini. sudah lama aku tak menulis. Kesenanganku satu ini terenggut oleh rutinitas pekerjaan....