(Sumber: Pribadi)
Tiba-tiba aku rindu, kos 2 tingkat yang kutinggali, jalan setapak yang setiap pagi kulewati, jejeran gedung yang menyapaku setiap ku lewat dengan ayunan kaki santai di tiap harinya. Aku juga rindu kantin di belakang kampus yang menyajikan ayam geprek dan ayam rica-rica dengan harga 10 ribu saja. Sebuah kantin yang sangat sederhana dan merakyat jika dibandingkan dengan kantin di bagian depan yang lebih bagus, luas, dan lebih beragam menunya. Aku rindu tempat poto copy sebelah kampus keguruan yang sering menjadi tujuan utama ketika ada keperluan dadakan terkait poto copy dan keluarganya. Aku juga rindu dengan gorengan yang dijual di poto copy an itu. Ah hampir lupa, aku rindu bakso tusuk yang dijual di depan kampusku. Harga lima ribu seporsinya cukup untuk mengganjal perut di waktu siang ketika tak ingin makan berat di kantin. Nanti dulu, bukankah makan bakso tusuk juga masuk kategori berat? Tak taulah.
Aku rindu hingar bingar loby kampusku diwaktu sore. Ketika orkestra mahasiswa mulai manggung disana. Aku rindu kelompok-kelompok mahasiswa yang berkumpul di kantin, di loby, di tangga, bahkan di parkiran. Begitu asyik yang mereka bicarakan, mulai dari hal yang bersifat akademisi sampai hal yang bersifat rekreasi. Aku rindu jalan-jalan kampusku yang sering kususuri dengan kedua kaki ini. Aku rindu bertandang ke gedung-gedung yang ada di lingkungan kampusku. Perpustakaan yang sunyi dengan deretan buku berdebu, bakppsi yang kukunjungi kala ada perlunya saja, sekretariat BEM yang berisi mahasiswa-mahasiswa aktivis, UPT komputer yang menjadi tempat tempat asyik menikmati wifi, gedung Rektorat yang megah dan tempat menyelenggarakan banyak kegiatan. Aku rindu duduk di pendopo-pendopo di bawah pohon. Aku pun rindu duduk langsung di rerumputan bawah pohon sambil berdiskusi layaknya mahasiswa yang memikirkan kepentingan manusia.
Aku teringat pada Gedung-gedung fakultas yang memiliki karakteristisnya masing-masing. Tapi yang berkesan adalah kantin-kantinnya. Sayang sekali aku tak sempat berpetualang ke setiap kantin fakultas. aku hanya sempat merasakan kantin fakultas hukum yang bersih dan rapi, sesekali terdengar mahasiswanya berdiskusi mengenai tata hukum negara. Sekali waktu pernah pula makan di tempat yang katanya berisi orang-orang yang sangat memikirkan pengeluaran dan penerimaannya, kantin ekonomi. Kala bosan makan di kantin kampusku, kantin ilmu budaya, aku melenggang untuk bersantap di kantin keguruan. Tentu saja kantinya lebih besar dan luas dibandingkan kantin kampusku. Dan tentu saja berisi mahasiswa-mahasiswa rapi yang tak bercelana jeans. Jangan bandingkan dengan kampusku yang kebanyakan berpakaian lebih santai. Tapi inilah keunikan orang-orang seni yang bercokol di kampus ilmu budaya. Urakan secara penampilan tapi elegan dalam pemikiran. Sekali waktu pernah pula nyelawat di kantin pertanian, jajan di fakultas sains dan teknologi, atau sekedar lewat di peternakan dan kehutanan.
Aku rindu dengan gedung megah nan besar tempat pertama kali menginjakkan kaki sebagai mahasiswa. Gedung balairung yang sering digunakan untuk ospek mahasiswa. Oh ya di kampusku namanya PKK, kependekan dari Pengenalan Kehidupan Kampus. Sekaligus gedung ini pula yang menjadi tempat terakhir aku menginjakkan kaki sebagai mahasiswa. Setelahnya aku hanya menapakkan kakiku di pelataran namun tidak di dalam ruangan.
Ternyata aku juga rindu suasana diluar pagar kampus. Jejeran rumah makan dengan harga yang sangat mahasiswa. Sedikit jauh ada jejeran cafe yang menjadi tempat asyik duduk santai sambil minum jus . Ya meskipun aku lebih sering pesan cappucino cincau dibandingkan pesan jus buah. Aku rindu belanja sayur secara eceran ala mahasiswa. Aku rindu melewati petakan-petakan kos yang berisi mahasiswa dengan deretan jemuran yang tak pernah sepi. Aku rindu suara penjaja kue dekat kosku yang memiliki irama khusus, "kuuueeee" aku masih ingat dengan jelas nada dan iramanya. Ternyata aku juga rindu salakan anjing yang dipelihara tetangga kosku. Kebetulan aku tinggal di lorong yang kebanyakan non , jadi suara anjing adalah hal biasa yang setiap hari ku dengar diselingi dengan suara kucing yang dipelihara anak-anak kos di tempatku. Kirannya aku juga rindu kucing yang setiap pagi masuk kamarku, dan kemudian tidur dikasurku tanpa permisi. Cimol namanya, Oren warna bulunya, jantan jenis kelaminya.
Ternyata ada banyak hal yang kurindukan. Ini baru sekejap cerita yang ku ingat. Dan aku sangat merindukan cerita tersebut. Belum ada 1 tahun aku lepas dari gelar mahasiswa, tapi rindu masa-masa mahasiswa sudah sangat membuncah. Aku ingin kembali menyusuri jalan yang pernah ku lewati, sekedar kembali mengingat cerita dan kenangannya. Tentunya nanti, ketika waktu telah berpihak.
Kota Sabak, 15 Juni 2020

Tidak ada komentar:
Posting Komentar